Masalah Gizi Menjadi Alasan Perayaan HPS Ke -39

  • Bagikan
Pose bersama usai pembukaan HPS ke 39 di Desa Puudamu (Foto: La Niati/SULTRAKINI.COM)
Pose bersama usai pembukaan HPS ke 39 di Desa Puudamu (Foto: La Niati/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONAWE SELATAN – Lebih dari 800 juta orang menderita kelaparan dan lebih dari 790 juta orang sekarang mengalami obesitas di dunia karena kombinasi diet yang tidak sehat dan kurangnya olah raga.

Situasi ini mendorong FAO untuk merayakan Hari Pangan Sedunia (HPS) tahun ini yang di pusatkan di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), dengan tema global tindakan kita adalah masa depan kita. Diet sehat untuk #Zero Hunger.

Perwakilan FAO PBB untuk Indonesia dan Timur Leste, Stephen Rudgard mengatakan masyarakat dunia saat ini mengubah pola makan dan kebiasaan makannya, dari pola makan musiman dari hasil tanam yang kaya akan serat menjadi pola makan yang kaya akan tepung olahan, gula, lemak, dan garam.

“Di Indonesia harga makanan pokok cukup tinggi dan kami melihat kenyataan bahwa harga-harga makanan di Indonesia merupakan salah satu termahal di Asia Tenggara. Faktanya, kelaparan dan obesitas hidup berdampingan di seluruh Indonesia, dan kadang-kadang bahkan berada di rumah tangga yang sama,” ujar Stephen Rudgard dalam sambutannya pada pembukaan HPS ke 39, Sabtu (2/10/2019).

Menurut Stephen Rudgard, pola makan secara umum di Indonesia tidak sama dengan di kebanyakan negara berpenghasilan menengah. Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras, namun konsumsi sayuran, buah, daging, dan lemaknya rendah. Faktanya, Indonesia memiliki porsi asupan energi tertinggi dari biji bijian khususnya beras di dunia. Porsi makanan bukan tepung di Indonesia adalah 30 persen, sedangkan rata-rata global adalah SO persen.

Sementara itu, tingkat konsumsi buah dan sayuran kurang dari setengah asupan harian yang direkomendasikan secara nasional. Ia katakan, pola makan di indonesia umumnya rendah Iemak dan minyak, sekitar 20 persen dari total kalori yang dikonsumsi dibandingkan dengan Eropa yang mencapai 30-50 persen.

Stephen Rudgard menerangkan, Indonesia memiliki salah satu keanekaragaman hayati terkaya di dunia dan beragam tanaman pangan dan jenis hewan ada di Indonesia, namun pola makan di Indonesia bergantung pada sejumlah jenis tanaman dan hewan yang jumlahnya menurun.

“Prevalensi nasional jumlah stunting pada anak anak di bawah usia 5 tahun sangat signifikan yakni lebih 30% dan prevalensi kondisi kurus untuk kelompok usia yang sama juga sangat signiflkan pada 10 persen, disisi lain 8% anak-anak di Indonesia mengalami obesitas,” jelasnya.

Laporan: La Niati

Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan