Materi Bom Bikin Trauma, Satpam UHO: Bukan Ranahnya Kita

  • Bagikan
Para anggota Brimob Polda Sultra berjaga di lokasi meledaknya Bom UHO pasca insiden. (Foto: dok/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Insiden meledaknya bom jenis Granat Nanas di Universitas Halu Oleo 29 Maret 2016 lalu, masih menimbulkan perdebatan. Sebab materi pengenalan bom bagi satpam kampus dinilai belum substansial. Apalagi pelatihan menggunakan bahan peledak asli dan masih aktif di tempat yang bukan medan latihan militer.

 

Bahkan para satpam pun tampak trauma dengan kejadian tersebut. Mereka sendiri menilai, pelatihan menggunakan objek aktif belum perlu dilakukan bagi para satpam. Bahkan saat simulasi sekalipun.

 

\”Kalau sekedar ingin tahu tidak apa, supaya kita tahu. Tapi kalau yang aktif nda usah, bukan ranahnya juga kita security,\” kata seorang Satpam UHO, Budiman kepada SULTRAKINI.COM, Sabtu (2/4/2016).

 

Dia mengaku baru sekali menerima materi tentang bom tersebut. Dia mengaku tidak keberatan diberi pelatihan tersebut, namun dengan catatan tidak menggunakan benda aktif.

 

\”Kalau materi tidak ada masalah, simulasi juga tidak masalah, yang penting jangan yang aktif,\” katanya.

 

Kepada SULTRAKINI.COM, Budiman mengaku saat insiden terjadi dia berada di tempat. Namun 20 menit sebelum kejadian, dia meminta izin keluar ruangan.

 

Posisi duduk para peserta pelatihan, tutur dia, menghadap ke pintu keluar bangunan dengan posisi pemateri berada di depan peserta. Saat materi pengenalan bahan peledak berlangsung, terdapat sejumlah bahan peledak di meja pemateri salah satunya Granat. Sedangkan posisi duduknya berada di depan sejajar dengan para korban meninggal.

 

\”Sebelah kiriku Arham, provosnya kita yang sekarang kritis di RS Bahteramas. Kalau jumlah saf dan barisnya tujuh atau enam,\” ucapnya via telepon, Sabtu (2/4/2016).

 

Menurut Sekretaris Unit Pelaksana Teknis UHO, Ali Marhadi, penyusunan materi pelatihan dilakukan pihak Polda Sultra, pihak UHO sebagai pihak penyelenggara saja.

 

\”Dalam MoU itu pelatihan, salah satunya pelatihan satpam. Saya tidak bisa menanggapi itu (materi pengenalan senjata dan bahan peledak), karena yang menyusun kurikulumnya Polda,\” terang, Sabtu (2/4/2016).

 

Peserta pelatihan kala itu merupakan gelombang pertama, yang dijadwalkan berlangsung sejak 22 Maret hingga 11 April.

 

Usai kejadian tersebut, para peserta pelatihan satpam UHO belum masih menunggu jadwal kegiatan selanjutnya, termasuk bagi gelombang II. Pihak UHO maupun Polda masih menunggu hasil penyelidikan tim Mabes Polri.

 

\”Kapolda bilang pada 29 Maret itu, hentikan. Nanti setelah ada hasil baru dilihat lagi. Termasuk gelombang II,\” tambahnya.

 

Sedangkan pengadaan materi pengenalan senjata dan bahan peledak untuk gelombang II tambah Ali Marhadi, bukan kewenangannya.

 

\”Saya tidak bisa bicara materi,\” ucapnya.

 

Sementara itu, alasan belum diadakannya konferensi pers dari pihak UHO disebabkan masih menunggunya hasil penyelidikan tim Mabes Polri.

 

\”Lagi proses Identifikasi tim Mabes Polri, sekarang tunggu dulu hasil identifikasi dan hasil laboratorium forensik. Kita tidak bisa tanggapi yang tidak kita pahami. Makanya saya jawab seperti uang harus dijawab,\” tambah Ali Marhadi yang juga panitia penyelenggara pelatihan tersebut.

  • Bagikan