Melintasi Banjir di Konawe Utara, Tarif Rakit Hingga Rp 1,5 Juta

  • Bagikan
Dedy, Babinkamtibmas Kecamatan Oheo saat membatu warga menurunkan kendaraannya.
Dedy, Babinkamtibmas Kecamatan Oheo saat membatu warga menurunkan kendaraannya.

SULTRAKINI.COM: KONAWE UTARA  – Banjir kembali melanda Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Hujan yang mengguyur selama sepekan menyebabkan sejumlah ruas jalan terendam air hingga mencapai ketinggian tiga meter.

Misalnya di Jalan Desa Puhialu, Desa Sambadete, Kecamatan Oheo dan ruas jalan Desa Polora Indah, Kecamatan Langgikima. Akibatnya penghubung Kendari (Sultra) – Morowali (Sulteng) lumpuh total.

Selain itu, puluhan rumah warga yang berada di Kecamatan Andowia, Oheo dan Kecamatan Langgikima pun ikut terendam banjir. Bahkan ratusan sawah siap panen ikut terendam banjir.

Namun dibalik musibah tersebut, sebagian masyarakat di dua kecamatan itu mengais rejeki dengan membuat pincara untuk menyebrangkan kendaraan di ruas jalan yang terendam banjir.

Bagi masyarakat yang ingin melewati jalur trans Sulawesi menuju Morowali (Sulteng) tepatnya di Desa Puhialu, harus membayar Rp 100 ribu. Begitu juga di Desa Sambadete Kecamatan Oheo.

Sedangkan di Desa Polora Indah dan Desa Sone Jaya  jika menggunakan kendaraan roda dua, sekali menyebrang menggunakan pincara harus membayar Rp150 ribu premotor.

Jadi pengendara yang akan mudik harus melintasi 4 titik tempat pincara dan menyiapkan dana sekitar Rp 500 ribu. Sedangkan kendaraan roda empat bervariasi, ada yang Rp 500 ribu hingga Rp1 juta sekali menyebrang.

“Mobil kecil, sekali menyebrang Rp 500 ribu. Kalau mobil besar seperti Hilux dobel cabin Rp700 ribu, mobil truk Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta sekali menyebrang,” kata Malik, salah satu pemilik pincara kepada SultraKini.Com,  Senin (03/06/2019).

Menurut Malik, penghasilan satu pincara bisa mencapai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per hari. Itu kalau pincara mobil, kalau motor bersih dua sampai tiga juta jika ber operasi dari pagi sampai malam.

“Biasanya dikendalikan sepuluh orang sampai 15 orang, Selama dua hari beroperasi sudah mengumpulkan sekitar Rp 3 juta. Dan itu hanya melayani penyebrangan roda dua,” kata Malik

Sementara itu, Erik salah satu warga Kendari  harus merogok kocek saat melintasi empat titik  penyebrangan dengan menggunakan pincara.

“Saya dari Bahodopi (Sulteng) mau pulang Kendari untuk lebaran. Pincara pertama dan kedua di bagian Kecamatan Langgikima bayar Rp 300 ribu. Masing-masing Rp 150 ribu sekali menyebrang, Kemudian pincara ketiga dan ke empat asing-masing Rp 200 ribu,” jelas Erik kepada Sultrakini.com.

Laporan: Arifin Lapotande

 

  • Bagikan