Memahami Tauhid Kepada Allah

  • Bagikan
Ilustrasi

Tahuid berasal dari bahasa Arab yang diartikan sebagai konsep aqidah dalam Islam yang menyatakan Keesan Allah. Seorang muslim harus meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan merupakan hakikat Islam yang paling besar dan merupakan syarat diterimanya amal ibadah.

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang pernah dilakukan oleh para ulama  mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi mnejadi tiga yakni :

1. Tauhid Rububiyyah yaitu mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa di lakukan oleh Allah. Sebagaimana firmannya :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)

Adapun yang tidak mengimani Rububiyyah  Allah adalah para komunis atheis. Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata “orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhuan. Dengan keyakinan mereka yang demikian berarti mereka lebih kufur dari pada orang-orang kafir jahiliyah.

2.Tauhid Uluhityyah yaitu mentauhidkan allah dalam segala bentukl peribadatan baik yang zhahir (fisik) maupun yang batin          

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)

Makna ibadah adalah segala hal yang Allah serta Rasulnya  perintahkan dan cintai. Seperti Shalat, Zakat, Puasa dan ibdah ibadah lainnya   maka seorang muslim hanya menyerahkan semua ibadah kepada Allah semata.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)

Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: “Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan” Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid uluhiyyah

3.Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma was sifat Allah ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi dirinya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif (memalingkan), tanpa ta’thil (mengingkari) dan tanpa takyif (menggambarkan hakikat wujud Allah) Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا

“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)

Pentingnya belajar Tauhid

Pada saat ini banyak umat muslim yang mengaku Islam namun tidak mentauhidkan Allah, masih melakukan ritual-ritual yang menyekutukan Allah. Padahal Tauhid adalah kunci keridhaan Allah kepada umatnya. Sebagai umat Muslim kita wajib mempelajari Tauhid agar tidak salah kaprah dalam beribadah maupun bermu’amalat. Dalil yang menunjukkan pentingnya mempelajari tauhid ialah,

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110). 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48). Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu Allah dalam keadaan berbuat syirik.” 

Semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari kesyirikan dan tetap istiqomah dalam mentauhidkan Allah.

Sumber : Yufid.com

  • Bagikan