Membentengi Generasi dari Virus Liberalisme

  • Bagikan
Fitriani S.Pd

Islam memandang bahwa generasi muda bak mutiara yang begitu indah. Sinarnya memesona. Keberadaannya amat berharga dan senantiasa dijaga serta dilindungi. Mutiara ini tak hanya menjadi perhiasan terindah dan termahal bagi keluarganya, tapi juga berharga bagi masyarakat, bangsa bahkan umat manusia. Mutiara-mutiara inilah yang terus menjaga keagungan dan kemuliaan peradaban Islam baik dulu, saat ini dan dimasa yang akan datang.

Sayangnya, seabrak fakta memilukan menimpa generasi abad ini. Mutiara itu seolah langka dan sulit untuk ditemukan lagi. Bagaimana tidak, berbagai macam kasus mencengangkan terjadi, yang mayoritas pelakunya adalah generasi. Tragedi demi tragedi melanda mereka, hingga membuat bangsa ini semakin memprihatinkan. Sebut saja kasus aborsi. Menurut data IPW, sepanjang Januari saja ada 54 bayi dibuang di jalanan. Umumnya pelaku berusia 15 hingga 21 tahun. “ Angka ini mengalami kenaikan dua kali lipat (100 persen lebih) dibandingkan di periode yang sama pada Januari 2017 , “ ungkap Neta S Pane, Ketua Presidium IPW ( hidayatullah.com , 31/1/2018)

Belum lagi data penelitian yang pernah dilakukan oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Tahun 2012 menyebutkan bahwa 62,7% remaja tidak perawan lagi. Penelitian lain oleh Guru Besar Ilmu Obstetri dan Ginekologi FKUI Prof Biran Affandi menghasilkan data tentang angka pergaulan bebas serta tingginya angka kehamilan diluar pernikahan. Terdapat 51% remaja perkotaan tidak perawan, dan 41% remaja pedesaan juga tidak perawan (Jawa Pos, 4 Oktober 2017)Hal ini menjadi wajar sebab telah terjadi tsunami pornografi yang kian menjadi. Apalagi keberadaan media dan internet sebagai sarana penunjang, begitu mudahnya tersaji didepan mata generasi. Semua mudah dan cepat di akses.

Budaya latah Barat yang hedonis juga tak luput menyambangi. Demam k-pop  (Korea pop) dan drama Korea begitu membabi buta dan kian fanatik. Segala tingkah laku, budaya, bahasa dan life style digandrungi hanya agar sama dengan sang idola. Dilansir dari detik.com ( 22/02/2018) Indonesia adalah negara dengan jumlah pecinta segala sesuatu berbau Korea Selatan terbesar di dunia. Tak ayal kemudian ada sekelompok emak-emak yang mengadukan kegundahan hatinya kepada KPI atas iklan girlband Blackpink di aplikasi shopee yang viral akhir-akhir ini.

Tidak hanya itu, kasus kecanduan narkoba juga melanda generasi. Sekitar 11.071 orang Indonesia meninggal dalam setahun karena narkoba, yang 24 persennya adalah remaja berumur 15-19 tahun. ( tribunnews.com, 19/03/2018) Ini terjadi karena jaringan narkoba telah merambah masuk ke lingkup pendidikan, kampus dan semua kota dan kabupaten. Narkoba menjadi teror dan ancaman serius generasi negeri ini.

Itulah sedikit dari sekian banyak tragedi memilukan yang menimpa generasi, yang sebelumnya disebut sebagai mutiara indah nan berkilau itu. Lantas, siapakah yang akan disalahkan?

Liberalisme Menghancurkan Generasi

Bukan liberalisme namanya kalau tidak merusak. Ya, ideologi ini memang diciptakan untuk meratakan kerusakan di muka bumi. Sebab, dengan asas sekularismenya (pemisahan agama dari kehidupan) jelas telah menuntun manusia agar menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan. Agama justru dianggap sebagai racun yang menghambat kemajuan manusia. Liberalisme yang berasaskan kapitalisme inilah yang telah mencuci otak manusia, agar mendustakan agama dan mengingkari syariat Allah SWT. Walhasil, generasi yang tumbuh dalam sistem ini menjadi generasi yang gampang ingkar kepada Allah SWT. Paham liberalisme atau kebebasan dan permisifme (serba boleh) yang dipuja dalam sistem sekularis otomatis mendorong manusia berbuat sekehendaknya. Tak ada lagi standar hidup seperti halal-haram, benar -salah, pahala-siksa, surga-neraka, iman-kafir, terpuji-tercela seperti yang dipandu oleh agama. Sehingga tak perlu heran jika generasi yang hidup dalam sistem ini semakin banyak yang terperosok ke dalam berbagai jurang kemaksiatan. Kecanduan miras dan narkoba adalah hal biasa. Gaul bebas meluas. Seks bebas dan pornografi malah dinikmati.

Apalagi perilaku hedonisme (berhura-hura) yang tumbuh yang ditumbuh-suburkan oleh sekularisme telah menghipnotis manusia menikmati kemewahan dan kesenangan duniawi semata. Manusia terlena dan lupa dengan negeri akhirat. Sehingga, tak perlu heran jika semakin banyak generasi muda yang gemar mengumbar syahwat dan suka berpesta pora, sementara kegiatan yang bernuansa agama bagai jamur di padang pasir, sepi.

Islam Melindungi Generasi

Islam memiliki paradigma yang khas dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang menimpa umatnya, termaksud tragedi yang menimpa generasi abad ini. Adalah negara, masyarakat, individu/keluarga sebagai pilar penting penjaga generasi. Sebab, masalah ini tak dapat diselesaikan jika hanya dilakukan oleh individu atau keluarga saja. Negara memiliki beban sebagai pengayom, pelindung, dan benteng bagi keselamatan seluruh rakyatnya, demikian juga nasib generasi menjadi kewajiban negara untuk menjaminnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw yang artinya ” Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas pihak yang dipimpinnya, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. (HR. Al Bukhari, Muslim). Negara adalah benteng sesungguhnya yang akan melindungi generasi. Mekanisme perlindungan dilakukan secara sistematik melalui penerapan berbagai aturan Allah SWT.

Pertama, penerapan sistem ekonomi Islam. Beberapa kasus yang melanda generasi terjadi karena fungsi ibu sebagai pendidik dan penjaga anak kurang berjalan. Hal ini terjadi karena tekanan ekonomi memaksa ibu untuk bekerja. Sehingga perannya untuk mendidik dan mengayomi anaknya tidak berjalan optimal. Padahal orang tua mempunyai peranan penting dalam menyayangi anak-anak, mendidiknya, serta menjaganya dari ancaman yang bisa menjerumuskan mereka kepada azab neraka. ( QS. At-Tahrim 66). Oleh sebab itu, dengan adanya penerapan sistem ekonomi Islam akan membuat setiap individu terpenuhi kebutuhan dasarnya. Islam juga mewajibkan negara menyediakan lapangan kerja yang cukup dan layak agar para kepala keluarga dapat bekerja dan mampu menafkahi keluarganya, sehingga tidak ada anak yang terlantar, krisis ekonomi, dan lain-lainnya. Para perempuan akan fokus pada fungsi keibuannya mengatur menjaga dan mendidik anak. Tidak lagi dibebani tanggung jawab nafkah. Tentu, semua ini akan berjalan beriringan dengan pengelolaan sumber daya alam negeri oleh negara yang hasilnya dikembalikan kepada rakyat.

Kedua, penerapan sistem pendidikan Islam. Negara wajib menerapkan kurikulum berasaskan Aqidah Islam yang akan melahirkan individu bertakwa. Individu yang mampu melaksanakan seluruh kewajiban yang diberikan Allah dan terjaga dari kemaksiatan apapun yang dilarang Allah SWT. Sistem pendidikan Islam tidak hanya akan melahirkan generasi cerdas secara akademik. Namun juga berkualitas secara spritual.

Ketiga, penerapan sistem sosial. Negara wajib menerapkan sistem sosial yang akan menjamin interaksi yang terjadi antara laki-laki dan perempuan, berlangsung sesuai dengan ketentuan syariat. Di antara aturan tersebut adalah perempuan diperintahkan untuk menutup aurat dan menjaga kesopanan serta menjauhkan mereka dari eksploitasi seksual. Larangan berkhalwat, larangan memperlihatkan dan menyebarkan perkataan serta perilaku yang mengandung erotisme dan kekerasan (pornografi dan pornoaksi) serta sesuatu yang merangsang  seksualitas. Ketika sistem sosial Islam diterapkan tidak akan muncul gejala sosial yang liar, yang menjadi pemicu kasus pencabulan, perkosaan serta seks bebas.

Keempat, pengaturan media massa. Berita dan informasi yang disampaikan media hanyalah konten yang akan membina ketakwaan dan menumbuhkan ketaatan. Sebaliknya, apapun yang akan melemahkan keimanan dan mendorong terjadinya pelanggaran hukum syara akan dilarang keras oleh negara.

Kelima, adanya kontrol masyarakat. Masyarakat wajib melindungi generasi dari berbagai macam penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran hukum syara. Masyarakat juga wajib melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar. Tidak akan membiarkan kemaksiatan masih terjadi di sekitar mereka. Budaya saling menasehati tumbuh subur dalam masyarakat Islam. Jika ada kemaksiatan atau tampak ada potensi munculnya kejahatan, masyarakat tidak akan diam, mereka akan mencegahnya atau melaporkan pada pihak berwenang.

Sayangnya semua itu tidak akan mampu terwujud jika yang berlaku di negeri ini masihlah ideologi kapitalisme sekularisme. Ketiadaan peran negara sebagai pelindung rakyat akan terus terjadi disebabkan bukanlah aturan pencipta yang diterapkan. Penerapan ekonomi kapitalis, penyebaran budaya liberal dan lain-lainnya akan terus ada sampai negara mencampakkan sekularisme liberalisme dan   menerapkan Islam secara Kaffah dalam institusi Khilafah. Sebab, ketika ia tegak, maka Islam akan menjadi rahmat bagi semesta alam. Para generasipun akan tumbuh dan berkembang dalam keamanan dan kenyamanan, serta jauh dari bahaya yang mengancam. Wallahu A’lam Bissawab

Oleh Fitriani S.Pd (Pemerhati Remaja)

  • Bagikan