Mengenal Cardiac Arrest, Kondisi yang Menyebabkan Bupati Koltim Meninggal

  • Bagikan
Ilustrasi. (Thebigland/Shutterstock)

SULTRAKINI.COM: Meninggalnya Bupati Kolaka Timur, Samsul Bahri dinyatakan secara medis disebabkan oleh cardiac arrest atau masyarakat sering menyebutnya dengan serangan jantung, Jumat (19/3/2021). Apakah cardiac arrest itu dan penyebabnya?

Keterangan pihak RSUD Konawe, Sulawesi Tenggara melalui dokter yang menangani Samsul Bahri, dr. Abdianto Ilham bahwa penyebab meninggalnya Samsul Bahri adalah serangan jantung.

“Tidak sadarkan diri dan selama penanganan di rumah sakit dia tidak sadarkan diri sampai dinyatakan meninggal dunia,” ucapnya.

Sebelum meninggal, beliau sempat mengikuti pertandingan persahabatan sepak bola antara Pemda Koltim vs tim Partai Gerindra di lapangan sepak bola Latamoro.

Namun, kick off babak pertama dan istirahat sekitar pukul 16.45 Wita, Samsul menuju pinggir lapangan dan duduk beristirahat sambil meminum air mineral sebotol. Tidak berselang lama, bupati pingsan dan dilarikan ke Puskesmas Tirawuta menggunakan ambulans.

Mengingat peralatan medis di puskesmas terbatas, Bupati Samsul dirujuk ke RSUD Konawe sekitar pukul 17.00 Wita. Namun, setelah sempat mendapatkan penanganan medis, pukul 19.45 Wita, beliau dinyatakan meninggal.

(Baca juga: Aktif di Lapangan Sejak Dilantik, Berikut Sejumlah Jejak Samsul Bahri Selama Menjabat Bupati Koltim

Dilansir dari Alodokter, henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba yang ditandai dengan hilangnya kesadaran dan napas yang berhenti.

Kondisi ini terjadi karena gangguan listrik di jantung, yang mengakibatkan pompa jantung terhenti. Akibatnya, aliran darah ke seluruh tubuh juga terhenti.

Henti jantung mendadak dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen hingga kematian. Oleh karena itu, kondisi ini perlu ditangani secepatnya. Pertolongan segera berupa CPR dan kejut jantung dapat membantu mencegah akibat tersebut.

Penyebab

Berbeda dengan serangan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, henti jantung mendadak disebabkan oleh gangguan irama jantung, tepatnya penyakit ventrikel fibrilasi.

Ventrikel fibrilasi adalah gangguan irama jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar saja, bukan berdenyut untuk memompa darah, sehingga menyebabkan jantung berhenti secara mendadak.

Henti jantung mendadak lebih berisiko terjadi pada orang-orang yang sudah memiliki penyakit jantung sebelumnya, seperti:

  • penyakit jantung koroner
  • penyakit otot jantung (kardiomiopati)
  • gangguan katup jantung
  • penyakit jantung bawaan
  • sindrom marfan

Selain menderita penyakit jantung, seseorang akan lebih berisiko terkena henti jantung mendadak jika:

  • Berusia di atas 45 tahun (pria) atau di atas 55 tahun (wanita).
  • Memiliki keluarga dengan riwayat penyakit jantung.
  • Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak.
  • Memiliki kebiasaan merokok.
  • Menyalahgunakan NAPZA seperti kokain atau amfetamin.
  • Mengalami obesitas.
  • Mempunyai kadar kolestrol yang tinggi.
  • Memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Menderita diabetes.
  • Mengalami sleep apnea.
  • Menderita gagal ginjal kronis.

Gejala Henti Jantung Mendadak

Seseorang yang mengalami henti jantung mendadak akan hilang kesadaran dan berhenti bernapas. Meskipun tidak selalu, beberapa hari hingga beberapa minggu sebelum terjadi henti jantung mendadak, dapat muncul gejala, berupa pusing, muntah, merasa cepat lelah, nyeri dada, jantung berdebar, dan sesak napas.

Pencegahan

Henti jantung mendadak dapat terjadi pada siapa pun, baik yang memiliki riwayat penyakit jantung ataupun tidak, meskipun orang yang memiliki penyakit jantung lebih rentan untuk mengalaminya. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya henti jantung mendadak, lakukanlah gaya hidup yang baik bagi kesehatan jantung, seperti tidak merokok, menjaga berat badan ideal, menghindari mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi garam, teratur berolahraga, mengelola stres, hindari konsumsi alkohol, dan rutin periksakan kesehatan.

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan