Mengenal Vulvitis, Gejala Dan Penanganannya

  • Bagikan
Mengenal Vulvitis, Gejala Dan Penanganannya foto google image.com

SULTRAKINI.COM: Vulvitis merupakan infeksi atau peradangan yang terjadi pada organ intim luar wanita yang disebut vulva. Vulva sendiri meliputi labia, klitoris, dan pintu masuk (vestibulum) ke vagina. Karena lembap, kulit vulva sangat rentan mengalami iritasi. Dan iritasi bisa disebabkan oleh infeksi, reaksi alergi, atau luka. Wanita berbagai usia bisa mengalami vulvitis. Anak perempuan yang belum mencapai usia pubertas atau wanita pascamenopause berisiko lebih tinggi mengalami vulvitis.

 Tingkat estrogen yang lebih rendah dapat membuat mereka lebih rentan terhadap kondisi ini karena jaringan pengering vulva yang lebih tipis.

Kenali Faktor Penyebab Vulvitis

Vulvitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk di antaranya:

Infeksi jamur, bakteri, virus seperti herpes genital, kutil kelamin karena HPV (Human Papillomavirus), atau kutu seperti kudis atau kutu kemaluan.

Penyakit menular seksual.

Memiliki kondisi kulit tertentu, seperti eksim atau dermatitis.

Kadar hormon estrogen yang rendah.

Menderita kanker vulva.

Penggunaan kertas toilet berwarna atau yang memakai pengharum.

Reaksi iritasi terhadap sabun yang digunakan untuk membersihkan area intim Anda.

Prosedur pembersihan atau douching vagina.

Iritasi oleh air kolam renang yang mengandung klorin.

Reaksi alergi terhadap spermisida dan pembalut wanita.

Mengenakan pakaian dalam sintetis yang tidak memakai bahan katun pada bagian selangkangan.

Mengenakan baju renang basah untuk waktu yang lama

Sering bersepeda atau menunggang kuda

Gejala pada vulvitis dapat berbeda-beda sesuai penyebabnya, namun secara umum meliputi:

Sensasi perih di daerah vulva.

Nyeri saat bersenggama dan buang air kecil.

Rasa gatal yang hebat dan terus-menerus.

Keputihan.

Terdapat kulit pecah kecil pada kulit vulva.

Kemerahan dan bengkak pada vulva dan labia (bibir vagina).

Vulva melepuh.

Bercak putih pada vulva

Pada vulvitis karena infeksi jamur, gejala dapat berupa gatal berat dan keputihan dengan lendir putih kekuningan kental seperti keju, sedangkan pada infeksi bakteri dapat timbul nyeri atau gatal pada kemaluan disertai keputihan berwarna keabu-abuan yang berbau amis. Infeksi virus seperti herpes dapat menimbulkan nyeri akibat luka dan muncul lepuhan pada kemaluan yang berisi cairan.

Untuk menentukan diagnosis, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan penelusuran riwayat penyakit dan keluhan, pemeriksaan fisik untuk melihat apakah terdapat radang, luka, atau lepuhan pada vagina, melihat jenis keputihan dan mengambil sampel cairan vagina untuk diperiksa lebih lanjut jika diperlukan. Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan urine untuk menilai apakah terdapat infeksi saluran kemih. Terkadang dokter akan melakukan pemeriksaan biopsi atau IVA jika dicurigai terdapat kanker vulva atau serviks.

Perawatan Vulvitis yang Perlu Anda Ketahui

Ada berbagai cara mengatasi gejala-gejala vulvitis, baik obat medis atau pun cara alami, diantaranya:

Hentikan penggunaan produk yang menyebabkan iritasi atau alergi

Gunakan pakaian dalam berbahan katun yang nyaman dan tidak terlalu ketat

Dokter Anda mungkin juga meresepkan penggunaan salep kortison di daerah yang terkena dampak iritasi beberapa kali dalam sehari. Hal ini bisa membantu mengurangi iritasi dan gatal.

Penggunaan krim estrogen topikal juga dapat mengatasi rasa gatal dan gejala vulvitis lainnya.

Krim antijamur seperti butoconazole, clotrimazole, miconazole, dan terconazole. Antijamur oral untuk jamur vagina dan vulvitis meliputi fluconazol.

Antivirus seperti acyclovir jika vulvitis disebabkan oleh herpes genital.

Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri.

Jika terjadi gatal sangat parah, maka dokter mungkin menyarankan Anda mengonsumsi tablet antihistamin untuk mengurangi rasa gatal. Tetapi jenis obat ini dapat menyebabkan kantuk dan meningkatkan tekanan darah. Anda perlu berkonsultasi jika memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya.

Jika penyebab vulvitis Anda adalah kadar estrogen rendah, pemberian tablet vagina yang mengandung hormon estrogen dapat menjadi solusi yang membantu mengatasi vulvitis.

Pada dasarnya, pengobatan vulvitis disesuaikan dengan penyebab atau kondisi yang mendasarinya. Selain dengan pengobatan, Anda juga perlu menjaga area kewanitaan Anda agar senantiasa bersih, kering, dan menghindari pemakaian produk pembersih area kewanitaan atau douching karena dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik pada vagina.

Ada banyak kondisi berbeda yang bisa memengaruhi vulva, mulai dari infeksi ringan, hingga penyakit kulit, bahkan kanker. Hal tersebut bisa menimbulkan gejala yang sangat berbeda, termasuk gatal, perdarahan, ruam, atau benjolan. Penting bagi Anda untuk mengenali gejala yang timbul di sekitar vulva. Gejala vulvitis juga bisa menjadi pertanda adanya kelainan atau penyakit lain pada alat kelamin. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan dan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat.

Alodokter.com

  • Bagikan