Menteri Luhut Sebut Indonesia masih Aman dari Jurang Resesi Ekonomi

  • Bagikan
Luhut Bisar Panjaitan (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: Di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Indonesia berada dalam bayang-bayang ancaman jurang resesi ekonomi, pascaSingapura dikabarkan dalam kondisi tersebut. Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengaku yakin jika kondisi makro-ekonomi Indonesia masih aman dan jauh dari bayang-bayang resesi ekonomi.

Negara tetangga Singapura secara resmi dinyatakan dalam kondisi resesi ekonomi, usai dalam dua triwulan berturut-turut pertumbuhan ekonominya berada dalam teritori negatif. Meski demikian, dikutip dari lokadata.id, Luhut mengatakan kondisi ekonomi Indonesia masih baik-baik saja. Hal itu diperkuat dengan berbagai indikator ekonomi yang ada.

“Yang jelas kita jauh dari resesi kalau melihat indikator-indikator kita sekarang. Tapi kalau kita tidak hati-hati, bisa saja kena. Singapura saja kena,” ucapnya, Rabu (15 Juli 2020).

Menurut Luhut, salah satu faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dalam teritori positif, selain karena angka inflasi yang masih terjaga, dikuatkan juga oleh kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19, salah satunya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“Mereka (Singapura) itu mengeluarkan Rp 1.000 triliun. Orang bilang kita harus lockdown-lockdown. Untungnya enggak. Kalau melakukan lockdown bisa bubar kita sekarang. Sebab itu kita bikin lockdown gaya Indonesia, yaitu PSBB. Dan PSBB itu dipuji sama IMF dan Bank Dunia. Langkah kebijakan kita dianggap bagus,” jelasnya.

Penerapan PSBB, kata dia, berdampak baik terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Hanya saja, ia masih khawatir dengan adanya ancaman second wave atau gelombang kedua pandemi Covid-19 yang sewaktu-waktu datang dan menghantam ekonomi Indonesia.

“Dampaknya bagus ya. Kita sih optimis banget, yang kita takut itu jika ada second wave. Semoga enggak ada. Kalau ada second wave, aduh. Dampaknya enggak bagus. Kasihan rakyat. (Tapi) tergantung. Kalau semua disiplin, mestinya enggak ada gelombang kedua. Saya sih takut soal disiplin rakyat kita. Kadang-kadang ceroboh, suka mengentengkan. Janganlah begitu. Makanya saya bilang, masyarakat yang disiplin itu ajak lah yang kurang disiplin. Supaya disiplin juga,” ucapnya.

Luhut mengajak semua pihak agar kompak dalam menghadapi keadaan dari berbagai sektor akibat dari pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari satu semester ini.

“Singapura technically sudah masuk resesi ya. Nah, kita jangan sampai ke situ. Padahal mereka ini menyalurkan stimulus sekitar Rp 1.000 triliun untuk kurangi dampak pandemi Covid­19. Tapi tetap saja resesi. Nah kita ini baru Rp 500 triliun. Coba bayangkan. Size kita ini jauh lebih besar. Tapi mereka masih kena resesi juga. Jadi, kita itu harus betul-betul kompak untuk menjaga negara ini,” tambahnya.

Selain itu, investasi asing yang terus masuk ke Indonesia, menurutnya membuat perekonomian dalam negeri semakin tumbuh dan kuat. Apalagi jika investasi itu diakselerasi dengan dukungan kebijakan pemerintah yang kompak antarberbagai kementerian dan lembaga.

“Ya investasi asing tadi juga mulai masuk. Kalau ini jalan semua, lalu ditambah speed-nya, kita masih bisa plus. Dengan catatan tidak ada gelombang kedua pandemi pada tahun ini. Indonesia itu dianggap negara penuh harapan. Apalagi kalau RUU Omnibus Law nanti selesai. Itu mempermudah kita melakukan harmonisasi antarkementerian dan lembaga,” ujarnya.

Sehubungan isu tenaga kerja asing masuk ke Indonesia, ditambahkan Luhut hal itu dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru bagi ribuan tenaga kerja lokal.

“Isunya itu bawa TKA kemari akan mematikan pegawai di sini. Lah, memang kita gila. Mereka itu kita undang untuk bikin lapangan kerja. Kemarin itu, TKA datang sebanyak 300 orang untuk menyiapkan lapangan kerja sebanyak 5.000 orang. Mereka itu datang untuk menciptakan lapangan kerja. Kemarin baru ada tanda tangan antara Pemerintah Daerah Konawe (dengan PT VDNI dan PT OSS),” ucapnya.

Luhut mengatakan, hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah dan terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Ia meminta berbagai lapisan masyarakat tidak lagi mempermasalahlan hal tersebut.

“Yang kayak begitu kan terjadi di mana-mana, di Bintan misalnya. Sekarang itu TKA-nya ada 700 tapi tenaga kerja dari Indonesia ada 5.000 orang. Nantinya akan menciptakan lapangan kerja untuk 20 ribu orang. Ini kan proses. Saya bilang, pergi saja ke sana. Lihat langsung. Bener enggak. Begitu. Eh enggak mau. Kadang-kadang kita pikir ini orang sebenarnya mau negerinya maju atau tidak,” sambungnya. (C)

Dari berbagai sumber
Laporan: Hasrul Tamrin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan