Menyoal Tabloid Indonesia Barokah

  • Bagikan
Oleh Fitriani S.Pd

Pemilihan presiden (PilPres) sebentar lagi kan berlangsung, namun hawa panasnya telah lama menyeruak. Kehebohannya telah terjadi, bahkan jauh-jauh hari sebelum penetapan calon presiden-wakil presiden oleh Komisi Pemilihan Umum lalu.

Janji-janji manis menebar. Masing-masing paslon berusaha meyakinkan masyarakat sang pemilik suara. Suasanapun semakin memanas, ketika masyarakat terpecah menjadi dua kubu. Masing-masing dari mereka tak mau kalah mengkampanyekan paslon yang ia dukung. Tak jarang saling menjatuhkan dan saling sikut. Sebuah dukungan fanatik yang akut.

Tidak hanya itu saja, baru-baru ini telah ditemukan tabloid yang beredar di mesjid-mesjid di sejumlah daerah, yang mana isi tabloidnya terkandung unsur negatif yang khusus ditujukan kepada paslon 02 dan malah bernada positif kepada paslon 01. Seperti yang dilansir dari cnn.indonesia, 25/01/2019. Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno baru saja melaporkan tabloid Indonesia Barokah ke kepolisian. Mereka menganggap konten dalam tabloid tersebut kontroversi dan menyudutkan Prabowo-Sandi.

Parahnya, jalan buntu diperoleh setelah diadakan penelusuran terhadap tabloid tersebut. Hal ini terjadi karena alamat redaksi hingga nomor telepon yang tercantum dalam tabloid seolah fiktif. (Metro. tempo, com (26/01/2019) Anehnya, penyebarannya begitu luas  hingga ke masjid-masjid yang berada di pelosok-pelosok desa dan kecamatan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa ini bukanlah aktivitas perseorangan, melainkan aktivitas yang terorganisir. Hanya saja tidak diketahui siapakah pihak yang bertanggung jawab atas penerbitan dan pendistribusian tabloid ini. Hal inilah yang kemudian menimbulkan polemik di antara masyarakat maupun di antara para politisi.

Masing-masing pihak baik yang berada di barisan pasangan calon 01 apalagi di barisan pasangan calon 02 mengaku tidak merasa diuntungkan. Banyak pejabat yang tidak mengapresiasi kampanye negatif tanpa identitas ini.

Dampak Negatif

Lazimnya, kemisteriusan tabloid ini harus di bongkar. Sebagaimana pembongkaran kasus terorisme yang tak cukup sampai 24 jam. Sebab, jika tak diberantas secara baik dan tuntas, maka akan menimbulkan efek yang buruk terhadap pergerakan opini dakwah lewat media.

Sebab, jika kasus ini terus dibiarkan. Pelakunya tak ditangkap dan dihukum, maka tentu kehadiran tabloid ini akan dam telah membawa  dampak negatif untuk pergerakan dakwah Islam lewat media. Adapun di antaranya adalah , tabloid Indonesia Barokah merupakan cara terbaik dan terampuh untuk menghancurkan dakwah Islam di mesjid-mesjid. Lihat saja, kehebohan ini berdampak pada penyeleksian tabloid-tabloid Islam serupa yang selama ini beredar dalam mesjid. Apalagi yang dibahas adalah hal-hal yang berbau politik dan kampanye, sedangkan politik tak boleh menyambangi mesjid. Jadi harus steril dari politik praktis. Tirto.com, 25/01/2018. Padahal, agama dan negara adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Apalagi, Islam datang membawa seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termaksud dalam urusan negara dan politik. Sehingga sudah menjadi hal yang wajar, politik dibahas dalam mesjid. Kita juga bisa melihat siroh, bagaimana Rasulullah saw dan para sahabat dulu mendiskusikan terkait futuhat /perang yang akan dilakukan oleh kaum muslimin, atau membahas terkait kemaslahatan umat di mesjid.

Kemudian, tabloid ini sesungguhnya adalah serangan terhadap media-media Islam lainnya, sehingga bisa di perkirakan akan lahir aturan yang mengatur tentang peredaran buletin-buletin Islam lainnya seperti buletin dakwah kaffah, tabloid Media Umat, dan lain sebagainya. Tentu saja hadirnya tabloid ini adalah cara paling efektif untuk mengamputasi dan mempersempit pergerakan serta perkembangan dakwah Islam melalui media.

Na’asnya lagi, tabloid ini secara tidak langsung sebenarnya telah mencerminkan kebobrokan sistem demokrasi di Indonesia yang sedang diberlakukan saat ini. Kampanye hitam jelas sudah menunjukkan tidak sehatnya persaingan meraih jabatan. Segala macam cara ditempuh untuk bersaing tidak sehat, hanya agar kursi kekuasaan bisa diperoleh. Sibuk memoles diri agar dicintai, dan dipilih oleh rakyat. Padahal dalam Islam, kepemimpinan bukanlah jalan untuk memperoleh kekuasaan dan jabatan, melainkan untuk mengurusi kemaslahatan umat. Menerapkan syariat secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Sebab, tanggung jawab pemimpin adalah mengawal tegaknya Syariat Islam di tengah umat. Karena kepemimpinan di dalam Islam adalah sebagai pengganti tugas kenabian dalam menjaga agama dan mengatur urusan negara dengan agama.

Maka satu-satunya solusi untuk mengakhiri semua polemik ini ialah diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan, termaksud dalam urusan negara dan pemerintahan. Saat itu tak akan ada lagi kampanye hitam yang fanatik akan jabatan dan kekuasaan. Tak akan ada lagi dikriminalisasi terhadap media Islam, serta tak ada lagi tabloid abal-abal yang penerbit dan alamat redaksinya fiktif. Wallahu A’lam Bissawab

Oleh Fitriani S.Pd

  • Bagikan