Pemda Koltim Optimis Menjadikan Pekarangan sebagai Lumbung Pangan Keluarga

  • Bagikan
Meninjau grand house tanaman budi daya sayur-sayuran di grand house Kabupaten Koltim. (Foto: Istimewa)
Meninjau grand house tanaman budi daya sayur-sayuran di grand house Kabupaten Koltim. (Foto: Istimewa)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Peran pertanian terlebih sektor pangan sangat strategis. Pertanian sebagai penyedia pangan dan bahan baku pengolahan ini perlu mendapatkan perhatian serius. Hal inilah yang disadari Pemerintah Daerah Kolaka Timur (Koltim), Sulawesi Tenggara dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lumbung pangan keluarga yang secara langsung mempengaruhi pertanian sebagai penyangga pangan dunia.

Ketahanan pangan sudah menjadi isu utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bukan hanya pada daerah dan nasional saja, namun menjadi isu global yang harus ditangani bersama.

Dalam rangka mendukung peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) atau World Food Day ke-39 yang dipusatkan di Provinsi Sultra pada 2 hingga 5 November 2019, dengan salah satu agendanya pameran hasil pertanian di kawasan Eks MTQ Kendari tersebut Kabupaten Koltim hadir untuk berkontribusi dalam meperkenalkan pangan lokal bagi masyarakat lokal hingga mancanegara.

Panen perdana di Atulano, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Koltim. (Foto: Istimewa)

Dalam pelaksanaan Pameran Pangan, Pemda Koltim-pun mengutus Dinas Pertanian, Dinas Pangan serta Dinas Perkebunan dan Holtikultura untuk mensukseskan agenda tersebut.

Dalam pencapaiannya, Koltim ditetapkan sebagai salah satu daerah pengembangan kawasan kakao nasional di Indonesia. Pada swasembada pangan khususnya padi dan jagung, Kabupaten Koltim juga memperoleh hasil yang menggembirakan.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, Kabupaten Koltim di bawah kepemimpinan Tony Herbiansyah, mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan sebagai lumbung pangan keluarga. Melalui program ini, menjadikan Koltim sebagai daerah yang maju dan berdaya saing dengan daerah lainnya. Pameran HPS ke-39 dimanfaatkan oleh Koltim untuk memamerkan berbagai produk pangan dan hasil pertanian lainnya.

Dinas Pangan Koltim
Kepala Dinas Pangan Koltim, Muhammad Aras, mengatakan pengembangan dan pemanfaatan bahan pangan di Koltim sudah dikembangakan dengan memanfaatkan pekarangan. Melalui pameran HPS ke-39, secara umum Koltim memamerkan bahan pangan segar dari hasil pemanfaatan lahan pekarangan, serta pengolahan hasil pertanian. Bahan pangan alternatif yang ditampilkan, berupa kacang panjang, kol, kangkung, sawi, bayam, dan lainnya. Sementara pangan olahan, yaitu keripik pisang, ubi, serta sagu.

“Sudah dilakukan melalui program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang pendanaannya dari anggaran daerah dan kementerian. Kami menampilkan pangan alternatif yang merupakan hasil pekarangan seperti sayur dan buah,” ujar Aras.

Kepala Dinas Pangan Koltim, Muhamad Aras. (Foto: Istimewa)
Kepala Dinas Pangan Koltim, Muhamad Aras. (Foto: Istimewa)

Sejak dicanangkan program KRPL tersebut, rupanya tidak sia-sia. Program ini sukses membawa dampak positif khususnya bagi pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan pangan rumah tangga di Koltim tidak lagi disuplai dari daerah lain karena pemerintah menganjurkan masyarakat menanam sayur dan buah di pekarangan.

“Ibu-ibu rumah tangga merasakan dampaknya yang sangat baik sekali, terutama pemenuhan kebutuhan sayuran. Selama ini mereka banyak membeli dari luar, tetapi adanya program KRPL ini, ibu-ibu rumah tangga tersebut tidak lagi membeli, mereka sudah mendapatkan hasil dari pemanfaatan pekaranganm,” jelasnya.

Ia sampaikan, jenis tanaman yang dikembangkan pada program KRPL, yaitu jenis tanaman sayuran dan buah, seperti kangkung, bayam, kacang panjang, cabe, tomat. Maksimalnya program ini, menurut Muhammad Aras dikarenakan masyarakat dibantu bibit, pupuk dan alat oleh pemerintah, sehingga mempengaruhi masyarakat lainnya.

Sebelum program ini dilakukan, masyarakat membentuk kelompok tani. Di Koltim, saat ini terbentuk beberapa kelompok tani yang mendorong dan memotivasi masyarakat lainnya. Satu kelompok minimal 20 sampai 40 orang.

“Secara umum hampir semua pekarangan dimanfaatkan, hanya ada yang secara maksimal, setengah maksimal, dan ada yang full maksimal. Rata-rata full maksimal pemanfaatan pekarangan yang menggunakan dana stimulan dari pemerintah karena dibantu benih dan peralatan sehingga dari segi pendanaan masyarakat tidak susah. Sebelum program ini dimasukan, syaratnya masyarakat membentuk kelompok yang namanya Kelompok Wanita Tani (KWT), awal terbentuk sebanyak 20 sampai 30 orang tiap kelompok,” terangnya.

Sejauh ini, KWT di Koltim terbentuk di semua desa bahkan di beberapa daerah tertentu terbentuk tiga KWT.

Aras menuturkan, motivasi awal pemerintah daerah untuk mengembangkan lahan pekarangan, yaitu mendorong dan memberdayakan ibu rumah tangga. Program KRPL mempengaruhi dampak ekonomi daerah yakni menurunkan inflasi.

“Yang menjadi cikal bakal terbentuknya KWT karena pemerintah daerah ingin mendorong dan memberdayakan ibu rumah tangga, karena melalui program KRPL memberikan dampak yang sangat signifikan. Selain memberikan manfaat pencegahan stunting, pemanfaatan pekarangan juga sangat membantu ekonomi rumah tangga,” terangnya.

Dinas Pertanian Koltim
Pemerintah Daerah Kabupaten Koltim melalui Dinas Pertanian memamerkan beberapa varietas padi unggulan dalam pameran peringatan HPS ke-39 di kawasan Eks MTQ Kendari. Padi unggulan yang akan dipamerkan, yaitu infari nutrising dan sorbuk. varietas ini yang banyak dikembangkan oleh petani saat ini.

Kepala Dinas Pertanian Koltim, Lasky Paemba menerangkan varietas infari nutrising merupakan hasil kajian atau temuan baru dari Balai Besar Tanaman Padi terlebih varietas ini dapat mencegah stunting.

“Yang dikembangkan saat ini di Koltim, yaitu padi sawah dan jagung. Varietas Infari Nutrising ini yang kami kembangkan di Koltim ke depan. Kami akan kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan untuk mengembangkan varietas ini,” ucap Lasky Paemba.

Kepala Dinas Pertanian Koltim, Lasky Paemba
Kepala Dinas Pertanian Koltim, Lasky Paemba

Lasky Paemba menuturkan, padi sawah yang dikembangkan di Koltim menjadi urutan kedua se-Sultra. Koltim memiliki luasan lahan padi sawah 14.900 hektare. Sama halnya dengan jagung, Koltim juga mengembangkan jagung sebagai produk unggulan. Jagung tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal Sultra, tetapi sampai ke pasar Makassar dan Surabaya.

“Jagung Koltim saat ini sampai di Makassar dan Surabaya. Dalam setahun petani menanam dua kali, perhektare mencapai enam sampai tujuh ton,” terangnya.

Tidak kalah dengan jagung, kata Lasky Paemba, produksi beras Koltim juga sampai di Surabaya dan Kalimantan. Sementara untuk pasar lokal, beras Koltim memenuhi kebutuhan pasar Muna dan Buton.

“Untuk meningkatkan produktivitas di Koltim, kami senantiasa menganjurkan penggunaan benih yang bersertifikat. Selain itu, modernisasi pertanian dengan pemenuhan kebutuhan alsintan serta memberikan informasi dan mengedukasi petani tentang teknologi yang terbaru,” ungkapnya.

Dinas Perkebunan dan Holtikultura Koltim
Salah satu yang menjadi fokus pengembangan Dinas Perkebunan dan Holtikulutar Koltim, yaitu mengembangkan kakao, cengkeh, kopi, dan lada. Melalui pengembangan kakao tersebut, Koltim ditetapkan menjadi salah satu kawasan pengembangan kakao nasional. Meski hanya berjalan selama dua tahun, Pemda Koltim yakin proyek ini masih akan berkelanjut karena sesuai dengan nawacita presiden.

Kepala Dinas Dinas Perkebunan dan Holtikulutar Koltim, Sawal Sarifudin, menjelaskan fokus utama pengembangan di instansinya, yaitu kakao. Saat ini, pihaknya sementara menjalin kerja sama ekspor kakao tanpa zat kimia dengan Prancis. Kerja sama ini akan meningkatkan kesejahteraan petani dikarenakan pendapatannya meningkat.

“Kakao bebas kimia ini akan dibawa ke Bali, nanti dari sana akan dibawa ke Prancis untuk diteliti. Kakao yang bebas kimia karena tidak boleh sedikitpun ada zat kimianya, harus kakao frementasi yang organik. Harganya nanti akan mahal,” ucapnya.

Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Koltim, Sawal Sarifudin. (Foto: Istimewa)
Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Koltim, Sawal Sarifudin. (Foto: Istimewa)

Sawal Sarifudin mengatakan, luas lahan tanaman kakao yang dikembangkan di Koltim saat ini mencapai 69.000 hektare. Harga kakao di tingkat petani mencapai Rp 30.000 hingga Rp 32.000, sementara kakao tanpa fermentasi mencapai Rp 36.000.

“Program pemerintah sekarang harus bibit unggul dengan benih yang memiliki sertifikasi dengan sumber benih Koka Jember dan PT Haspra,” katanya. (Adv)

Laporan: La Niati
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan