Pemimpin yang ‘Diam-Diam’ Mensejahterakan Rakyat

  • Bagikan
Ilustrasi
Ilustrasi

SULTRAKINI.COM:Secara diam-diam tanpa publikasi dan tanpa deklarasi pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertamax, Sebelumnya PT. Pertamina telah menaikkan harga BBM untuk jenis pertamax sejak sabtu (24/2/2018) pukul 00.00 Wib.

Berdasarkan data resmi laman Pertamina, kenaikan BBM jenis Pertamax menjadi Rp8.900 Per liter, dari semula Rp. 8.600 per liter. Pertamax Turbo juga mengalami kenaikanmenjadi Rp. 10.100 per liter dari sebelummya Rp. 9.600 per liter. Sementara, BBM JenisDexlite naik dari Rp 7.500 menjadi Rp 8.100 per liter dan pertamina Dex naik dari Rp 9.250menjadi 10.000 per liter.Menurut Vice President Corporate Communication PertaminaAdiatma Sardjito kenaikan harga BBM merupakan dampak dari harga minyak dunia yangterus naik.Saat ini harga minyak dunia rata- rata mencapai US$ 75 per barel. Pangkal dari semua ini adalah penerapan system ekonomi kapitalis yang menyebabkan liberalisasi padatata kelola Bahan Bakar Minyak (BB ) atau sumber energy primer.

UU Neoliberal Menyengsarakan Rakyat

Dengan di keluarkannya UU no 22 tahun 2011 telah menjadi payung hukum legalisasiparampokan terhadap ladang minyak dan gas ( migas ) di Indonesia, akibatnya hampir 80 %ladang minyak di Indonesia di kuasai asing, pemerintah tidak lebih sebagai regulator danfasilator saja, sementara pengelolaan diserahkan pada mekanisme bisnis. Akibat liberalisasiini maka harga BBM akan terus naik namun layanannya semakin buruk. Mengingat berapa kali dalam setahun harga BBM di naikkan. Ini menjadi bukti kelalaian pemerintah menyelesaikan masalah ini, Rakyat mengalami kesengsaraan. Seharusnya Negara bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidup orang banyak bukan malah diserahkan kepada pihak swasta atau PT.Pertamina untuk di komersilkan.Inilah topeng demokrasi dimana dalam mekanisme ekonomi dan pengelolaan sumber daya alam, pemerintah dan rakyat di posisikan sebagai penjual dan pembeli dalam perdagangan bukan sebagai pelayan yang melayani rakyatnya. Tentu ini miris, mengingat pemerintah selalu Kampanye mensejahterakan rakyat.

Bahkan scenario blusukan, berbaur dengan rakyat , dan berpenampilan merakyat sering kali disorot pada sudut kamera yang pas, sehingga citra politik kesederhanaan dan cinta rakyat menjadi sesuatu yang dibanggakan di khalayak ramai. Jadilah negeri ini penuh dengan aktor-aktor dan aktris-aktris yang bertopeng kekuasaan dan jabatan yang hanya cintanya padarakyat adalah cinta semusim, iya pas musim pemilu, rakyat di undang makan-makan, diberikan angpau 100 ribuan, bingkisan, pengobatan gratis, menganggap semua rakyat adalahkeluarga, janji –janji manis yang menghanyutkan dan lain-lain. Citra positif yang dibangun menjelang pemilu, tapi setelah itu,ya sudahlah, Loe rakyat Gua penguasa, Diam-diam lupa janjinya ketika di tagih oleh rakyatnya.

Merindukan Pemimpin Yang Amanah Mungkin sama dari aspek ide yakni diam-diam, kalau Khalifah Umar diam-diam menyejahterakan rakyatnya. Saat menjabat sebagai Khalifah Umar bin Khatab pernah menghadapi cobaan yang cukup berat. Saat itu negerinya di landa paceklik karena masuk dalam Tahun Abu. Sebagai seorang pemimpin, Umar menampilkan kepribadian yang sebenar- benar pemimpin, keadaan rakyat di perhatikan seksama, tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta- onta dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat , rakyat pun berbondong- bondong datang untuk makan. Hampir setiap malam Khalifah Umar Bin Khatab melakukan perjalanan diam –diam. Ditemani seorang sahabatnya ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya, Umar Khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya. Bahkan Umar bin Khatab rela mengangkat sekarung gandum untuk ibu dan anak yang kelaparan karena ia merasa tanggung jawabnya di akhirat sangat berat.

Begitu juga Abu Bakar Assidiq yang terkenal karena kejujurannya , dermawan , adil, amanah dan sangat mengasihi rakyatnya ketika Dia diangkat sebagai Khalifah, pidato pertamanya yakni “Taatlah kalian kepada saya selama saya taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mentaati saya, apabila saya berbuat maksiat pada Allah Swt dan Rasul – Nya. Oleh karenanya, apabila saya berbuat baik, maka tolong dan bantulah saya dalam kebaikan itu, tetapi apabila saya berbuat kesalahan, maka nasehatilah saya”.Begitu Juga Khalifah Ustmaniyah Sultan Hamid II, dengan tegas menolak permintaan tokoh pendiri Negara zionis Israel, Theodore Herzl untuk memberikan sebagian wilayah di palestina untuk bangsa yahudi. Theodore hertzl bahkan mengiming-iming Khalifah dengan sejumlah uang, melunasi semua utang pemerintahan Utsmaniyah, membangun kapal induk untuk pemerintah, memberi pinjaman tanpa bunga dan membangun universitas Usmaniyyah di Palestina.

Namun jawaban Sultan Hamid membuat merah wajah Theodore Hertzl, karena semua tawarannya di tolak oleh Sultan dan dengan tegas Sultan Hamid II mengatakan “ Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini ( palestina) karena ia bukan milikku. Tanah ini adalah hak umat islam, Umat islam telah berjihad demi kepentingan palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat Kekhilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil palestina tanpa membayar harganya.

Namun, selama aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah”. Beginilah sekilas beberapa contoh kepemimpinan masa Khilafah, mereka mengayomi dan melindungi rakyatnya , Semua itu tidak lepas karena ketaatan mereka pada Allah dan Rasulnya. Mereka memahami bahwa pemimpin itu seperti Perisai yang akan mengayomi dan melindungi rakyatnya. Karena kelak setiap pemimipin akan di mintai pertanggung jawabannya di akhirat.

Demikianlah contoh sosok Pemimpin amanah yang hanya ada dimasa Pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiyah. Sosok pemimpin yang sangat takut pada Allah SWT dan terus menerapkan Syariah Islam secara total dalam aspek kehidupan masyarakat, inilah sosok pemimpin yang diam-diam mensejahterakan rakyatnya, karena mereka paham benar dengan sabda Rasululah saw, “Setiap pengkhianat diberi panji pada Hari Kiamat yang diangkat sesuai kadar pengkhianatannya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianat yang lebih besar pengkhianatannya daripada pemimpin masyarakat (penguasa) (HR Muslim, Ahmad, Abu ‘Awanah dan Abu Ya’la).

“Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum Muslim, lalu dia tidak bersungguh-sungguh mengurus urusan mereka dan tidak menasihati mereka, kecuali dia tidak bisa masuk surga bersama mereka (HR Muslim). Lalu, tidakkah umat rindu dengan sosok pemimpin seperti mereka? Wallahu a’lam.

Oleh : Maryana, Sos (Guru SMPS Antam Pomalaa-Kolaka)

  • Bagikan