Peran Ibu Di Simpang Jalan

  • Bagikan
Oleh: Fitri Suryani, S.Pd (Guru SMA Negeri di Kabupatem Konawe)

Oleh: Fitri Suryani, S.Pd
(Guru SMA Negeri di Kabupatem Konawe)

Mendidik anak pada zaman now merupakan hal yang luar biasa, karena banyak faktor yang menjadi pemicu anak dapat menjadi liar. Apa saja yang menjadi penyebab ibu kian berat menjalankan perannya? Lantas bagaimana solusi atas permasalahan tersebut?

Ibu Masa Kini

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan para ibu zaman sekarang harus menyiapkan diri menghadapi tantangan yang semakin kompleks dalam mendidik dan mengasuh anak-anak. Ia mengatakan sebagai generasi muda yang akrab dengan teknologi, akan tumbuh individualistis, lebih banyak berinteraksi lewat perangkat teknologi yang apabila dibiarkan berlarut-larut dapat mengarah pada sifat antisosial. Khofifah juga mengatakan pada saat yang sama mereka dihadapkan pada pengaruh narkoba dan pornografi.

Mengutip hasil penelitian yang dilakukan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS), Mensos mengungkapkan faktor determinan yang mempengaruhi anak melakukan kekerasan seksual kepada anak adalah pornografi (43 persen), pengaruh teman (33 persen), pengaruh narkoba/obat (11 persen), pengaruh historis pernah menjadi korban atau trauma masa kecil (10 persen) dan pengaruh keluarga (10 persen). (republika.co.id, 22/12/2017) 

Biang Masalah

Banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah, mengapa saat ini lebih berat dalam menjalankan fungsi sebagai seorang ibu. Diantaranya; Pertama, Abainya dukungan sistem dalam menjalankan fungsi keibuan. Bagaimana tidak saat ini peran ibu selain sebagai pengatur rumah tangga dan pendidik anak-anaknya, namun disisi lain seorang ibu seolah dituntut untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Bahkan tak sedikit berperan sebagai tulang punggung keluarga karena desakan kebutuhan yang mesti dipenuhi.

Kedua, penerapan sistem sekuler liberal dalam kehidupan bernegara berakibat pada rusaknya generasi. Ini dapa dilihat dengan adanya paham kebebasan berperilaku yang diemban oleh sistem tersebut. Karena dalam paham tersebut begitu mengagung-agungkan HAM. Serta aturan agama tak perlu campur tangan dalam masalah kehidupan, tetapi cukup mengurusi dalam hal ibadah ritual belaka. Selebihnya tak ada ruang bagi agama dalam masalah dunia.

Selain itu pula, tak dapat dipungkiri bahwasanya semakin banyaknya lapanganpekerjaan yang memperkerjakan para wanita tak terkecuali para ibu. Dengan adanya hal tersebut bisa dibayangkan, jika ibu yang seharusnya menjadi pendidik dan sekolah pertama bagi anak-anaknya, tak dapat memainkan perannya secara maksimal. Karena sebagian besar waktunya dihabiskan dalam rangka untuk membantu mencari tambahn pundi-pundi rupiah.

Disamping itu, selain peran orang tua terutama ibu. Peran lingkungan juga cukup berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Tak terkecuali dalam pergaulan dengan teman mereka yang banyak andil terhadap perubahan perilaku anak. Karena jika lingkungan tak baik maka kemungkinan besar anak akan lambat laun terwarnai dengan kondisi tersebut.

Olehnya itu peran ibu sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama maupun moral yang dapat membentengi diri anak dari hal-hal negatif yang dapat merusak pola pikir maupun pola sikap anak. Tentu yang sangat penting yakni dari ibu itu sendiri dalam memperbaiki diri untuk melayakkan sebagai ibu pencetak generasi yang berkualitas.

Sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anknya. Karena tidak jarang anak mengambil contoh terdekat yakni dari lingkungan keluarganya.

Tetapi semua itu tak cukup jika hanya mengandalkan peran keluarga yakni ibu, masyarakat, namun perlu juga dari institusi tertinggi yakni negara yang tak sedikit memiliki peran penting untuk menciptakan hal itu. Misalnya, meniadakan situs-situs maupun tayangan-tayangan yang tidak memiliki nilai-nilai pendidikan, apalagi konten-konten pornografi, hingga yang dapat merusak akidah. Karena jika terwujud tiga peran tersebut dengan maksimal, maka bukan tidak mungkin akan dapat mencetak generasi yang unggul.

Kacamata Islam

Dalam Islam sendiri peran ibu lebih diutamakan dalam mengatur rumah tangganya terutama mendidik anak agar menjadi anak yang cerdas, tidak hanya secara spiritual tetapi juga sains dan teknologi. Tetapi bukan berarti seorang ibu tak diperbolehkan bekerja, hanya saja dalam hal ini selama pekerjaan mereka tak menganggu peran utama mereka sebagai ibu.

Karena bagi wanita bekerja adalah mubah, sedangkan mendidik anak adalah wajib.

Maka dari itu, peran ibu agar dapat menjalankan fungsinya secara maksimal

diantaranya, memaksimalkan peran ayah selaku kepala rumah tangga agar dapat memenuhi kewajibannya secar maksimal dalam mencari nafkah. Tentunya ini juga tak lepas dari peran negara dalam menyiapkan lapangan kerja untuk warga negaranya. Sehingga dengan adanya hal tersebut tidak menganggu peran ibu yang mesti di pusingkan pula dalam urusan nafkah.

Selain itu, jika Ayah tak mampu karena sakit atau telah tiada, maka peran menafkahi keluarga dikembalikan kepada walinya. Disamping itu, peran negara juga memiliki andil, karena jika dari pihak wali tak sanggup pula dalam memberi nafkah kepada tanggungannya, maka dalam hal ini negara mempunyai peran dalam membantu mensejahterakan warganya yakni seorang ibu, terutama dalam kebutuhan primer.

Kita bisa mengambil contoh sosok perjuangan Ibu Imam asy-Syafi’i yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris asy-Syafi’i menjadi seorang imam besar. Ia mempeljari Alquran dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun. Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah.

Jadilah ia seorang pemanah ulung. 100 anak panah pernah ia muntahkan dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran. Selain itu, saat beliau baru berusia 15 tahun, Imam asy-Syafi’i sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa. Hal itu tentu tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas dan pelajar ilmu agama.

Dengan demikian peran ibu yang ideal akan sulit tercapai dalam kondisi saat ini karena tidak adanya sinergi antara peran keluarga, masyarakat dan negara untuk mencetak generasi yang unggul. Semua itu hanya dapat kita temukan jika aturan yang diterapkan bersumber dari Zat yang Maha sempurna. Tentunya dengan diterapkan aturan-Nya dalam

semua lini kehidupan. Sehingga Islam Rahmatan Lil A’lamin dapat kita rasakan, baik bagi Muslim maupun non Muslim. WalLah a’lam bi ash-shawab.

  • Bagikan