Perang Dagang AS-Tiongkok Sebabkan Kenaikan Suku Bunga Global

  • Bagikan
Kepala Bagian Departemen Stabilitas Sistem Keuangan dan Statistik Sektor Jasa Keuangan OJK Pusat, Bayu Kariastanto di aula OJK Sultra, Selasa (7/8/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala Bagian Departemen Stabilitas Sistem Keuangan dan Statistik Sektor Jasa Keuangan OJK Pusat, Bayu Kariastanto di aula OJK Sultra, Selasa (7/8/2018). (Foto: Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkong mempengaruhi kenaikan suku bunga global. Tensi trade war AS- Tiongkok meningkat di mulai pada 3 sampai dengan 4 Mei 2018 awal pembicaraan perdagangan di Beijing namun tidak tercapai kesepakatan.

Namun pada 17 sampai 20 Mei 2018, negosiasi dagang AS-Tiongkok dengan sinyal yang positif dan mencapai kesepakatan mengeluarkan pernyataan bersama sehingga AS setuju untuk menunda tarif sedangkan Tiongkok telah menawarkan untuk meningkatkan pembelian barang-barang AS secara signifikan.

Pada 9 Maret 2018, AS mengenakan tarif impor baja 25 persen dan alumunium 10 persen dari semua negara termasuk Tiongkok sampai dengan 22 Maret AS mengecualikan tarif impor baja dan alumunium bagi Meksiko, Kanada, Australia, Korea Selatan, Argentina, Brazil, dan Uni Eropa.

“Pada tanggal 15 Juni 2018, AS mengumumkan tarif sebesar 25 persen terhadap produk Tiongkok senilai USD 50 miliar. Beberapa barang yang dikenakan barang industri, mainan, peralatan, kaos, Tiongkok menyatakan akan membalas jika AS benar-benar mengenakan tarif impor,” kata Kepala Bagian Departemen Stabilitas Sistem Keuangan dan Statistik Sektor Jasa Keuangan OJK Pusat, Bayu Kariastanto, Selasa (7/8/2018).

10 Juli lalu, Trump menginstruksikan pengenaan tarif sebesar 10 persen terhadap produk Tiongkok senilai USD 200 miliar, apabila Tiongkok melakukan balasan. Akhir Juli, Tarif AS sebesar 25 persen terhadap produk Tiongkok senilai USD 16 miliar aktif, beberapa barang yang dikenakan buah-buahan, kacang-kacangan, makanan laut, daging, minuman, pakaian, kendaraan, dan lain-lain.

“Tiongkok ke depan tidak akan dapat mengimbangi kenaikan pengenaan tarif AS. Nilai ekspor Tiongkok ke AS jauh lebih tinggi dari impor, dengan pertumbuhan ekspor yang juga jauh lebih tinggi, impor 154 dan ekspor 430,” jelas Bayu saat kunjungannya ke Kota Kendari.

Berlanjutnya trade war akan lebih merugikan Tiongkok mengingat ketergantungan Tiongkok terhadap AS yang lebih tinggi. Ekspor AS ke Tiongkok sebesar 1 persen PDB Ekspor/PDB AS sebesar 11,9 persen sedangkan Ekspor Tiongkok ke AS sebesar 3,7 persen PDB Ekspor/PDB Tiongkok sebesar 19,8 persen.

“Terjadinya trade wars di sebabkan oleh defisit perdagangan AS persistent di dorong oleh trade imbalance antara AS-Tiongkong, dan presiden Trump menunjuk rendahnya tarif impor AS sebagai penyebab trade imbalance,” ungkapnya.

Sentimen trade war telah mendorong pelemahan signifikan pasar keuangan Tiongkok. Sementara, sentimen trade wars belum terlalu mempengaruhi perekonomian dan pasar AS. Secara umum, perekonomian AS masih solid sedangkan trade war akan mempengaruhi ekspor Tiongkok. Excess supply Tiongkok dikhawatirkan membanjiri pasar Asia, memberikan tekanan terhadap neraca perdagangan mitra dagangnya.

Laporan: Rifin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan