Perekonomian Indonesia Membaik, OJK: Tetap Waspada

  • Bagikan
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, saat menyampai Konferensi Pers, Senin, (2/11/2020) melalui Live streaming di YouTube Jasa Keuangan (OJK TV) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, saat menyampai Konferensi Pers, Senin, (2/11/2020) melalui Live streaming di YouTube Jasa Keuangan (OJK TV) (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Di tengah signal pemulihan perekonomian global saat ini meskipun masih belum merata, International Monetary Fund (IMF) merevisi ke atas proyeksi perekonomian global 2020.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, saat memberikan keterangan pers mengatakan kinerja perekonomian AS dan Tiongkok yang lebih baik dari ekspektasi didukung oleh kebijakan moneter dan fiskal global yang akomodatif dan pro-pertumbuhan.

“Namun demikian, beberapa downside risks terus diwaspadai, antara lain kenaikan kasus infeksi Covid-19 di Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa, meningkatnya risiko politik menjelang pemilihan Presiden AS, dan meningkatnya risiko no-deal Brexit,” ujar Wimboh, Senin, (2/11/2020) melalui Live streaming di YouTube Jasa Keuangan (OJK TV).

Wimboh menyampaikan, rilis data pertumbuhan ekonomi Q3-2020 telah menunjukkan perbaikan, meskipun masih di zona kontraksi. Di domestik, sektor rumah tangga dan dunia usaha juga terlihat masih berhati-hati dalam beraktivitas ekonomi seiring masih tingginya laju infeksi Covid-19.

“Secara umum rilis data perekonomian mengalami perbaikan, antara lain, ditunjukkan oleh kinerja eksternal yang positif dengan neraca perdagangan terus mencatatkan surplus selama lima bulan terakhir dan belanja APBN yang terakselerasi9” katanya.

Perbaikan beberapa indikator perekonomian baik global maupun domestik tersebut memberikan sentimen positif terhadap kinerja pasar keuangan yang masih terjaga.

Setelah sempat mengalami penurunan di bulan September (Sept: -7 persen mtd), IHSG di BEI kini kembali menguat sebesar 5,30 persen mtd dimana pada 27 Oktober 2020 ditutup di level 5.128,2.

“Sejalan dengan yang terjadi di emerging market lainnya, investor non residen masih melakukan aksi jual bersih di pasar saham sebesar Rp3,7 Triliun di Oktober, sehingga
secara ytd tercatat Rp47,3 Triliun aliran dana asing keluar,” terangnya.

Di tengah tekanan arus dana keluar, terjadi peningkatan peran investor domestik, khususnya investor ritel yang sejalan dengan program OJK untuk memperluas basis investor domestik yang diharapkan mampu menopang kinerja IHSG secara berkelanjutan.

“Sementara itu, pasar SBN menguat dengan rata-rata yield di seluruh tenor turun sebesar 13,8 bps walaupun investor non-residen mencatatkan net-sell Rp22,7T mtd (net sell Rp106,6 T ytd). Penguatan pasar SBN ini didukung oleh peningkatan partisipasi sektor perbankan di pasar SBN di saat permintaan kredit belum kuat,” tambanya. (C)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan