Perempuan dan Lingkungan

  • Bagikan

Oleh: Sri Damayanty, SKM., M. Kes
(Dosen Kesling STIK Avicenna & Ex Ketum Kohati Badko HMI Sultra)

 

Berbicara tentang perempuan dan lingkungan, terasa ada kesamaan antara keduanya. Sebagian perempuan masih terdiskriminasi, kurang perhatian, KDRT misalnya. Tetapi juga tereksploitasi sebagai benda pemuas nafsu bejat, entah itu terkemas dalam bentuk pemerkosaan atau dalam bentuk human trafficking.

 

Nyaris tak ada beda dengan lingkungan hari ini. Kurang mendapat perhatian, dibiarkan kotor begitu saja oleh sampah sisa buangan manusia. Tetapi di sisi lain, lingkungan menjadi komoditi yang sangat menguntungkan dan menggiurkan, tereksploitasi dalam bentuk penambangan liar salah satu contohnya. Dampak berkepanjangan dari itu, lingkungan menjadi tak sehat, dimana-mana terjadi pencemaran udara, tanah dan air serta berbagai masalah kompleks lainnya.

 

Dalam konteks sosial, biasanya mereka-mereka yang bernasib sama akan selalu saling berangkulan dan bersatu padu. Mungkin karena kesamaan nasib inilah sehingga perempuan menjadi lebih akrab dengan lingkungan. Hampir dapat dipastikan bahwa perempuan sangat menjaga kebersihan minimal kebersihan di rumah. Tak pernah melewatkan menyapu ruangan minimal dua kali sehari, membersihkan dan menata halaman, menanam berbagai jenis tanaman/bunga dan sebagainya. Ini tidak bermaksud mengesampingkan laki-laki yang juga mampu dan biasa melakukan hal-hal sepeleh tersebut.

 

Banyak hasil kajian yang menunjukkan bahwa perempuan adalah manajer yang paling baik dalam penanganan lingkungan. Salah satunya adalah hasil kajian P4OWLH (Pengkajian Pengembangan Pembinaan dan Pemasyarakatan Organisasi Wanita di Bidang Lingkungan Hidup), yang menunjukkan bahwa :

 

1) Masyarakat menghendaki agar perempuan berperan dalam pemeliharaan lingkungan hidup dengan alasan perempuan lebih terbiasa mengerjakan kebersihan lingkungan hidup di samping tersedianya waktu yang lebih banyak.

 

2) Pengelolaan lingkungan terutama di rumah tangga dan di lingkungan pemukiman lebih banyak dilakukan oleh perempuan, jika di lingkungan umum lebih banyak dilakukan bersama-sama oleh perempuan dan laki-laki. Secara umum lebih banyak dilakukan oleh perempuan, dan ada kalanya oleh laki-laki.

 

3) Perempuan sudah terbiasa memelihara lingkungan terutama di halaman rumah maupun lingkungan sekitar, menjaga kebersihan dengan menyapu dan membuangan sampah pada tempatnya, mengelola sampah, menanami halaman dan melakukan penghijauan dengan tanaman yang produktif, serta pengaturan tata ruang sehingga membuat suasana menjadi teratur dan indah.

 

Oleh karena itu, pemerintah mensyaratkan adanya konsep Pengarusutamaan Gender dalam Inpres No. 9 Tahun 2000, yang didefinisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan dan program yang memperhatikan kepentingan laki-laki dan perempuan secara seimbang mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.

 

Demikin halnya dalam setiap kebijakan dan program yang berorientasi pada kepedulian terhadap lingkungan, maka perempuan dan laki-laki mendapat hak yang sama untuk berpartisipasi. Sehingga perempun tidak hanya berada pada level tekhnis saja, melainkan mulai dari tahap perumusan kebijakan harus dilibatkan.

 

Hal tersebut relevan dengan tujuan pelaksanaan PUG yakni agar semua komponen masyarakat mendapatkan manfaat yang sama dari pembangunan, memperoleh akses, partisipasi dan kontrol yang setara antara laki-laki dan perempuan, serta kelompok-kelompok rentan dan termajinalisasi dalam pembangunan.

 

Hari ini, semakin banyak gerakan-gerakan peduli lingkungan yang diprakarsai oleh sekelompok perempuan. Tak usah jauh-jauh, di Kendari tanggal 21 Februari 2016 lalu diadakan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2016. Kegiatan ini melibatkan siswa-siswi maupun mahasiswa guna mengedukasi masyarakat untuk menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse dan Recycle). Yang ingin penulis sampaikan disini, bahwa kegiatan ini diprakarsai oleh beberapa orang perempuan aktivis lingkungan dari kalangan dosen dan BLH Provinsi dan Kota.

 

Tentu tidak sekedar buah bibir saja jika perempuan hari ini tidak hanya mampu sebatas tehnis, melainkan menjadi inisiator sekaligus eksekutor terhadap persoalan-persoalan lingkungan. Tentunya hal tersebut merupakan wujud nyata partisipasi perempuan.

 

Partisipasi perempuan sangat berkorelasi positif dengan kualitas lingkungan. Keduanya memiliki pengaruh timbal balik. Perempuan yang aktif akan menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, teratur dan indah. Sebaliknya jika terjadi kerusakan lingkungan maka yang paling banyak menderita adalah perempuan dan anak-anak itu sendiri.

 

Dalam pranata keluarga, perempuan merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Dalam masa-masa tumbuh kembang anak, perempuan dalam hal ini ibu memiliki lebih banyak waktu bagi anak-anaknya. Sehingga pola sikap dan perilaku ibu akan menjadi contoh teladan bagi sang anak, termasuk dalam urusan penataan lingkungan di rumah.

 

Tentunya, dalam peran perempuan sebagai pendidik bagi anak, berikutnya sebagai penggerak dalam keluarga dan masyarakat terdekatnya, perempuan tidak hanya sebatas aktif melainkan perlu modal pengetahuan tentang lingkungan itu sendiri. Sebab pengetahuan yang baik, akan melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula.

 

Maka tak dapat dipungkiri lagi sebuah hadist, “Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya maka baik pula negaranya”. Penerjemahan kalimat ini semestinya ditempatkan pada semua sisi kehidupan, tidak terbatas pada urusan domestik (rumah tangga) saja. Sebab perempuan memiliki fungsi ganda, bahkan majemuk. Perempuan disamping berperan sebagai anak bagi orang tua, istri bagi suami, ibu bagi anak-anak, juga sebagai anggota masyarakat dan tentunya sebagai khalifah dan hamba Allah SWT.

 

“Selamat hari Perempuan Internasional, 8 Maret”

  • Bagikan