Peresmian Rumah Adat Bharugano Wuna Ditutup dengan Atraksi Adu Kuda

  • Bagikan
Atraksi adu kuda atau Pogeraha Adhara pada penutupan peresmian rumah adat Bharugano Wuna. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Tenggara, Saleh Lasata mengapresiasi inisiatif Bupati Muna, LM. Rusman Emba dalam mengembangkan pariwisata dan kearifan lokal di daerah setempat.

“Dengan dibangunnya Rumah Adat Bharugano Wuna yang merupakan simbol jati diri masyarakat Muna mulai dieksplor. Dan bagi saya pribadi suatu kesyukuran tersendiri bahwa jati diri kita orang muna, pelan tapi sangat yakin telah diangkat kembali oleh Bupati Muna,” kata Saleh Lasata dalam sambutannya yang dihadiri unsur Forkopimda, Sekda Muna, Nurdin Pamone, para tokoh lembaga adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala SKPD, camat, lurah, kades serta ratusan masyarakat, Kamis  (28/12/2017).

(Baca: Meriahnya Ragam Tarian Sambut Peresmian Rumah Adat Barugano Wuna)

Semasa menjabat sebagai Bupati Muna, dengan PAD Rp 700 juta dan APBD Rp 22 miliar saat itu, dia memiliki impian untuk membangun Kabupaten Muna melalui sektor pariwisata dan kearifan lokal. Namun impian tersebut baru terwujudkan dikepemimpian Bupati Muna, LM. Rusman Emba.

“Dulu waktu jabat Bupati, saya punya impian untuk mengadakan rumah adat termaksud meleura, tapi saat ini telah diwujudkan oleh Bupati Muna. Untuk kedua kalinya saya ke sini (Muna), saya sampaikan jangan sampai kita kehilangan jati diri, bahkan saya khawatir generasi sekarang tidak tahu lagi menggunakan bahasa daerah,” ungkapnya.

Menurutnya, jati diri memang tidak bisa ditawar. Namun dengan perkembangan Kabupaten Muna saat ini yang sudah memiliki bandar udara, patut dibanggakan selaku orang Muna. Sebab merupakan salah satu akses untuk mengembangkan daerah melalui sektor periwisata.

“Saya salut dan apresiasi kepada Bupati Muna mulai mengeksplor jati diri Muna pelan-pelan dengan mengembangkan pariwisata dan kearifan lokal,” tutupnya.

Dikesempatan yang sama, Bupati Muna, LM. Rusman Emba, mengungkapkan pembangunan rumah adat sebagai simbol persatuan dan kesatuan kebesaran Muna yang harus dijaga, guna membangkitkan kembali potensi-potensi yang pernah dirintis oleh para pejuang terdahulu.

“Selama sekat-sekat masih ada, kita tidak akan bisa berkembangan. Pembangunan rumah adat ini semacam spirit kebangsaan bahwa sejak 700 tahun silam, saat raja La Eli menjadi raja di Muna, hingga saat ini kita masih tetap teguh masih punya karakter dan jati diri untuk membangun Muna,” tegas Rusman.

Pantauan SultraKini.Com, dalam rangkaian peresmian rumah adat Bharugano Wuna, ditutup dengan atraksi adu kuda atau dikalangan orang Muna dikenal dengan sebutan Pogeraha Adhara yang memiliki makna filosofi tinggi sebagai simbol harga diri yang harus dipertahankan.

Laporan: Arto Rasyid

  • Bagikan