Permintaan Ekspor Cacao Butter Sultra Terus Meningkat

  • Bagikan
Pengemasan cacao butter asal Sultra untuk diekspor ke Jerman. (Foto: Istimewa)
Pengemasan cacao butter asal Sultra untuk diekspor ke Jerman. (Foto: Istimewa)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Salah satu produk olahan kakao unggulan Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah cacao butter. Kini produk ini kian diminati di pasaran luar negeri, sehingga pemerintah mendorong peningkatan produksi petani.

Cacao butter asal Sultra diekspor secara rutin ke Belanda dan Jerman. Bulan Juni 2019, sebanyak 60 ton cacao butter senilai Rp 4,3 miliar diekspor ke negeri kincir angin, Belanda. Produk ini kembali diekspor ke Jerman dengan jumlah 40 ton atau senilai Rp 2 miliar.

Kepala Karantina Pertanian Kendari, L.M Mastari, menerangkan volume ekspor cacao butter Sultra menunjukan tren meningkat dibandingkan tahun 2018. Total volume ekspor cacao butter asal Sultra selama satu tahun mencapai 360 ton. Di tahun 2019, mulai Januari hingga Juli volume ekspor cacao butter mencapai 220 ton.

“Ekspor cacao butter ini adalah pengiriman ke-6 sepanjang semester pertama di tahun 2019, terus mengalami peningkatan tiga kali lipat dibandingkan frekuesi ekspor semester pertama tahun 2018 yang hanya tembus dua kali pengiriman,” jelas Mustari saat penyerahan phytosanitary certificate cacao butter tujuan Jerman, Kamis (25/7/2019) malam.

“Kemungkinan untuk terus bertambah sampai dengan Desember nanti cukup besar,” sambungnya.

Pengemasan cacao butter asal Sultra untuk diekspor ke Jerman. (Foto: Istimewa)
Pengemasan cacao butter asal Sultra untuk diekspor ke Jerman. (Foto: Istimewa)

(Baca: Kendari Ekspor Langsung Komoditas Pertanian, Balai Karantina Lepas Cacao Butter ke Belanda)

Sebagai dukungan atas ekspor produk kakao ini, Karantina Pertanian Kendari melakukan pemeriksaan hama gudang dan pengawasan saat stuffing di kontainer. Tidak hanya itu, keterlibatan karantina pertanian dalam rantai ekspor cacao butter ini dimulai sejak masuknya bibit atau benih.

“Setiap pemasukan benih atau bibit kakao melalui bandara ataupun pelabuhan selalu kami periksa untuk memastikan bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dapat merusak tanaman kakao. Nanti dilanjutkan monitoring dan pemantauan di perkebunan kakao setiap tahunnya untuk memastikan perkebunan kakao bebas dari OPTK,” terang LM. Mastari.

Laporan: Hasrul Tamrin
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan