Petani Milenial Wolo Kolaka Adopsi Teknologi Pertanian Melalui Android

  • Bagikan
Mahmuddin, petani milenial asal Wolo Kolaka dikebun kakao miliknya seluas 50 are. Foto: Dok Pribadi.
Mahmuddin, petani milenial asal Wolo Kolaka dikebun kakao miliknya seluas 50 are. Foto: Dok Pribadi.

SULTRAKINI.COM: Petani generasi milenial di Kolaka Sulawesi Tenggara memanfaatkan android sebagai sumber informasi dan inspirasi penggunaan teknologi berhubungan dengan kegiatan usaha tani atau perkebunannya. Android adalah sistem operasi berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat bergerak layar sentuh seperti telepon pintar.

“Kami sangat terbantu atas keberadaan android ini,” jelas Mahmuddin, petani kakao asal Kelurahan Ulu Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka dalam perbincangan dengan SultraKini.com usai menghadiri pembukaan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Kendari, Sabtu (2 November 2019) malam.

Mahmuddin, pria kelahiran 9 September 1999 menjelaskan saat ini ia berkebun kakao seluas 50 are. Dalam mengelola kebunnya ia kerap menggunakan alat semprot manual. Namun belum lama ini ia sudah mampu membuat sendiri tangki semprot elektrik karena melihat teknologinya melalui akun youtube.

Selain itu, melalui internet Mahmuddin juga banyak belajar hal-hal teknis perkebunan lainnya seperti teknik pemangkasan, pemupukan organik serta pemberantasan hama dan penyakit kakao.

Hal senada juga dialami Firdaus. Petani milenial, kelahiran 15 Februari 1982, yang selain mengolah sawah  juga memiliki kebun kakao dan cengkeh. Ia mengaku, melalui internet banyak pula belajar soal pengelolaan lahannya, termasuk cara memilih benih yang baik serta penanganan hama penyakit.

Baik Mahmuddin maupun Firdaus terjun sebagai petani setamat SMA. Mereka mengaku bahwa di daerahnya, Kecamatan Wolo, petani seusianya sangat terbantu dengan keberadaan internet. Namun mereka mengungkapkan bahwa petani generasi tua sangat sulit menerima perubahan-perubahan, termasuk adopsi teknologi.

Pengakuan kedua petani generasi milenial tersebut dibenarkan oleh Hartati, penyuluh pertanian di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka.

Menurutnya, petani generasi milenial di wilayah kerjanya bisa mencapai 30 persen dari total petani yang ada. Rendahnya partisipasi generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian antara lain dipengaruhi oleh tambang. Mereka lebih suka bekerja di tambang.

Selain itu, luas lahan pertanian dan perkebunan mereka sangat terbatas, sehingga dari sisi ekonomi tidak bisa menghasilkan lebih banyak.

Secara nasional, jumlah petani usia produktif terus menurun dari tahun ke tahun. Sedangkan minat generasi muda atau kaum milenial untuk terjun ke sektor pertanian masih minim.

Sensus Pertanian 2013 mencatat jumlah rumah tangga petani turun 20 persen dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta, atau turun 15,6 juta rumah tangga. Bahkan diperparah lagi dengan kondisi 61 persen petani Indonesia telah berusia di atas 45 tahun.

Dengan demikian keterlibatan generasi milenial dalam mendukung, mengembangkan, serta memajukan sektor pertanian menjadi sangat dibutuhkan. Pertanian juga perlu sentuhan serta terobosan generasi ini.

Generasi milenial atau generasi Y merupakan sebutan bagi mereka yang lahir pada 1980 – 1990, atau pada awal 2000.

Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) meluncurkan program gerakan Ayo Galakan Ekspor Generasi Milenial Bangsa atau disingkat Agro Gemilang pada awal tahun 2019.

Program Agro Gemilang ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk menyiapkan generasi muda menghadapi era revolusi industri 4.0. Berbagai upaya dari seluruh unit kerja dijajaran pemerintahan termasuk Kementerian Pertanian melakukan persiapan bagi generasi yang akan memimpin Indonesia di tahun 2030 ini.

Setelah gerakan pembangunan SDM petani milenial yang diluncurkan oleh Badan SDM Kementan, kini Agro Gemilang menjadi program Barantan untuk mempersiapkan dan mendorong para petani muda untuk memasuki pasar ekspor.

Kaum muda di kalangan milenial didorong untuk menjadi petani. Jadi petani saat ini adalah termasuk gaul dan milenial.

Apalagi di era digital dan industri 4.0, lahan pertanian juga semakin sempit, petani harus melek teknologi. Banyak sektor bisnis pertanian yang masih luas untuk digarap kaum milenial ini.

Laporan: Shen Keanu

 

 

 

  • Bagikan