Polemik Pameran Industri Rokok WTPM

  • Bagikan
Muh. Saleh S. Dinar.Foto:ist

CITIZEN JOURNALISM
SULTRAKINI.COM: KENDARI – Rokok merupakan benda yang sulit dipisahkan dari masyarakat Indonesia. Tidak sedikit masyarakat menjadikan benda ini sebagai pelengkap saat santai hingga hajatan pernikahan.

 

Bahkan istilah masyarakat Sulawesi, tidak asing menyebut “pembeli rokok” (pemberian upah kepada seseorang) saat melakukan kegiatan gotong royong ataupun kegiatan kemasyarakatan. Hal tersebut menjadi pemandangan biasa dijumpai pada masyarakat Indonesia.

 

Tahun ini, tepatnya tanggal 27-28 April 2016 diselenggarakan pameran industri rokok “World Tobacco and Process Machinary” di Jakarta. Sejak awal April, mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia menolak penyelenggaraan pameran tersebut karena tidak sesuai dengan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

 

Pameran industri rokok bukan hal baru di Indonesia. Pada tahun 2012 pelaksanaan WTA (World Tobacco Asia) di Jakarta menuai banyak protes sehingga pihak panitia berjanji tidak akan melakukan kegiatan serupa. Disayangkan, tahun 2014 di Bali, kembali muncul pameran industri rokok dengan tajuk “Inter-Tabac Asia” namun gagal diselenggarakan berkat aksi para aktivis. Bahkan ketika akan dipindahkan di Jakarta, Ahok sebagai gubernur menolak dengan tegas. Namun mengherankan tahun ini Ahok menyetujui pelaksanaan WTPM.

 

Pameran WTPM memuat tentang proses dan mesin produksi rokok yang merupakan program besar untuk meningkatkan produksi rokok di Indonesia. Tentu saja hal tersebut merupakan ancaman terhadap Indonesia dari peningkatan angka kesakitan akibat rokok dan berdampak buruk pada lapangan kerja buruh linting.

 

Dosen FKM UHO, Asrun Salam S.K.M., M.Kes menyayangkan tetap diadakannya penyelenggaraan pameran indutri rokok. “Sebenarnya, bertentangan dengan semangat pemerintah pusat dan daerah yang selama ini telah berkampanye menciptakan kawasan bebas rokok di beberapa tempat. Bahkan ada yang mempunyai Perda Anti Rokok,\” katanya.

 

Beliau juga menyayangkan sikap Gubernur Jakarta. “Disitulah masalahnya, harusnya tidak boleh terjadi, karena akan sangat mengganggu gencar-gencarnya program anti rokok. Dan faktanya perokok di lapangan kita lihat, di Indonesia sedang mengalami apa yang saya namakan Badai Perokok sudah memasuki kalangan pelajar sampai anak SD. Coba lihat saja dimana ada sekumpulan anak- anak remaja hampir disitu ada perilaku perokok dengan bangganya mereka lakukakan secara berjamaah. Bahkan diantara lima orang anak remaja ngumpul, empat diantaranya perokok aktif,” ungkapnya.

 

Beliau memberikan pernyataan dukungan kepada mahasiswa yang tergabung dalam ISMKMI untuk menolak penyelenggaraan pameran indutri rokok. “Untuk ISMKMI, Indonesia sekarang sudah memasuki keadaan darurat bahaya rokok bagi remaja dan anak-anak. Untuk itu ISMKMI harus lebih aktif dalam turut serta mengkampanyekan akan bahaya darurat kebiasaan rokok bagi remaja dan anak-anak.

 

Beliau menambahkan, “Jangan racuni remaja dan anak terhadap iklan-iklan rokok yang selama ini masih sangat aktif di pemberitaan terutama di TV. Seluruh elemen mahasiswa harus bersama dan terkoordinir untuk menentang adanya pameran industri rokok.”

 

CitizenS: Muh. Saleh S. Dinar
(Mahasiswa Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UHO)

Redaksi SULTRAKINI.COM menerima kiriman artikel citizen journalism (jurnalisme warga), barupa info, berita, maupun foto seputar wilayah Sulawesi Tenggara. Pembaca dapat mengirimkan artikel/foto melalui email: [email protected] atau [email protected]. Kontributor artikel/foto kami menyebutnya CitizenS (jurnalisme pembaca SULTRAKINI)

  • Bagikan