Produksi Industri Logam di Sultra Menurun

  • Bagikan
Kepala BPS Sultra, Mohammad Edy Mahmud (tengah). (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang (IBS) Sultra pada triwulan IV 2019 meningkat sebesar 6,74 persen (y-on-y) terhadap triwulan IV 2018.

Kepala BPS Sultra, Muhammad Edy Mahmud, mengatakan pertumbuhan IBS Sultra meningkat karena di pengaruhi oleh meningkatnya produksi industri barang galian bukan logam sebesar 28.82 persen; disusul oleh meningkatnya industri logam dasar naik sebesar 12,11 persen; industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya naik sebesar 7,39 persen; dan industri makanan naik sebesar 5,39 persen.

“Sedangkan yang mengalami penurunan hanya pada produksi industri minuman turun sebesar 4,91 persen,” ujar Edy, Senin (3/2/2020).

Namun jika di bandingkan pertriwulan produksi IBS Sultra menurun, tercatat pada triwulan IV 2019 IBS menurun sebesar 21,61 persen (q-to-q) terhadap triwulan III 2019.

“Hal ini di pengaruhi menurunya produksi industri logam dasar turun sebesar 22,58 persen, dan industri
minuman turun sebesar 1,76 persen,” kata Edy.

Sementara produksi IBS yang mengalami peningkatan (q-to-q) pada triwulan IV 2019 terhadap triwulan III 2019 adalah industri makanan naik sebesar 27,01 persen; industri barang galian bukan logam naik sebesar 26,80 persen; dan industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya naik sebesar 3,57 persen.

Sementara itu sambung Edy, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) Provinsi Sulawesi Tenggara triwulan IV 2019 juga mengalami peningkatan sebesar 13,99 persen (y-on-y) terhadap triwulan IV-2018.

“Industri yang mengalami peningkatan produksi tertinggi adalah industri pakaian jadi sebesar 60,40 persen, sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri alat angkutanlainnya sebesar 62,50 persen,” jelas Edy.

Pertumbuhan produksi IMK Sultra pertriwulan pada triwulan IV 2019 tercatat naik sebesar 5,52 persen (q-to-q) terhadap triwulan III 2019. Industri yang mengalami peningkatan produksi tertinggi adalah industri barang galian bukan logam sebesar 19,78 persen.

“Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri alat angkutan lainnya sebesar 55,00 persen,” ungkapnya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, mengatakan perlambatan terjadi karena situasi ekonomi global yang lesu. Jika ekonomi dunia sedang melambat seperti saat ini, maka ekspor industri manufaktur besar dan sedang akan ikut tertekan.

“Kan pangsa pasar Indonesia bergantung juga dengan ekonomi global,” ujar Habibullah.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan