Rawan Banjir, Warga Desa Lamokula Simulasi Kesiapsiagaan Bencana

  • Bagikan
Simulasi penanggulangan bencana di Desa Lamokula, Kabupaten Konawe Selatan. (Foto: Istimewa)
Simulasi penanggulangan bencana di Desa Lamokula, Kabupaten Konawe Selatan. (Foto: Istimewa)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe Selatan, Adi Warsa Toar, menerangkan banjir dan longsor menjadi bencana utama di Konawe Selatan (Konsel). Potensi tersebut sudah seharusnya diselaraskan dengan peningkatan kesadaran masyarakat setempat.

Daerah langganan banjir di wilayah Konsel, salah satunya Desa Lamokula, Kecamatan Moramo Utara.

“Desa Lamokula sendiri memang daerah langganan banjir, kami berkoordinasi dengan APIK (Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan) untuk mengadakan simulasi bencana di sana,” terang Adi Warsa Toar kepada Sultrakini.com, Kamis (24/4/2019).

(Baca: Banjir Moramo Utara Surut, Sebagian Warga Masih Mengungsi)

(Baca juga: Puluhan Rumah Warga Konsel Terendam Banjir)

Simulasi di Desa Lamokula merupakan rangkaian dari kegiatan yang dilaksanakan sejak 22 April mulai dari penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) bersama masyarakat, pemasangan sistem peringatan dini, berupa alat pengukur tinggi muka air, penyusunan peta dan jalur jalur evakuasi bencana, dan pemasangan rambu evakuasi.

Kegiatan ini diikuti lebih dari 300 warga Desa Lamokula mulai dari perangkat desa, pemuda, perempuan, dan anak-anak.

Sejumlah perwakilan Kelompok Siaga Bencana (KSB) dari wilayah lain di Konsel, yaitu dari Desa Awunio, Rumba-Rumba, Batujaya, Bungin Permai, Roraya, Laeya, Matawolasi, Laikandongan dan Boro-Boro Lameuru, turut dalam simulasi tersebut.

“Baru-baru ini kami membentuk beberapa KSB lagi di Konsel. Pak bupati merespon baik kegiatan pembentukan KSB. Targetnya, 2020 KSB sudah harus terbentuk di 50 desa. KSB penting untuk kesiapsiagaan bencana karena mereka menjadi ujung tombak di masyarakat,” jelas Adi Warsa Toar.

Di satu sisi, simulasi evakuasi banjir dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional setiap 26 April digagas oleh BNPB dengan menargetkan keterlibatan 50 juta orang. HKBN ini mengangkat tema Kesiapsiagaan Dimulai dari Diri, Keluarga, dan Komunitas. Tujuannya, memberikan pemahaman kepada masyarakat mengetahui alur proses penyelamatan diri, serta peran yang harus dilakukan saat banjir.

Manager Regional Sultra USAID APIK, Buttu Ma’dika, mengatakan pihaknya aktif meningkatkan ketangguhan masyarakat Sultra dan senantiasa melakukan kerjasama dan bersinergi dengan pemerintah terkhusus dengan BPBD sejak 2016. Usai simulasi 2018 di Desa Laeya, Kabupaten Konsel, kini USAID APIK memperkuat sistem kesiapsiagaan bencana melalui penyusunan SOP, sistem peringatan dini, jalur evakuasi, dan melakukan simulasi bersama masyarakat Desa Lamokula.

“Hal ini mempertegas komitmen APIK untuk terus mendorong masyarakat sadar bencana yang mengancam di daerahnya dan memiliki kemampuan untuk mempersiapkan diri dan menanggulanginya,” ucap Buttu Ma’dika.

Pada Mei 2017, empat sungai kecil yaitu Kali Mekar Jaya (Konsel), Kali Tolea Asi (Konsel), Kali Bangga Ea (Konsel), dan Kali Adunggeho meluap dan merugikan lebih dari 40 kepala keluarga. Sementara Juni 2018, banjir memaksa warga setempat kembali mengungsi.

Data BNPB menyebutkan, sepanjang 2018 terjadi 2.572 bencana yang sebagian besar bencana hidrometeorologi (terkait cuaca). Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri tergolong rentan terhadap bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang ekstrem.

APIK merupakan program berdurasi lima tahun dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) untuk membantu Indonesia mengelola risiko bencana dan iklim.

APIK bekerja memperkuat kapasitas Pemerintah Indonesia di tingkat nasional, provinsi, hingga tingkat lokal. APIK juga bekerja langsung dengan masyarakat dan sektor bisnis agar secara proaktif mengelola risiko, serta meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan untuk mengakses, memahami, dan mengomunikasikan informasi iklim.

Selain Desa Lamokula, APIK akan melakukan penyusunan SOP dan simulasi evakuasi bencana di Kelurahan Lepo-Lepo, Kota Kendari pada Senin, 29 April 2019.

Laporan: Maykhel Rizky&Ade Putri
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan