Reposisi Mahasiswa: Agen Perubah atau Agen Pengkritik

  • Bagikan
Fitriani S.Pd

SULTRAKINI.COM: Seperti kita ketahui bersama jika sikap kritis mahasiswa meninggi akhir-akhir ini karena permasalahan di negeri ini yang tak kunjung di temukan benang merahnya. Salah satunya ialah kondisi gizi buruk suku Asmat Papua, wilayah yang terkenal dengan gunung emasnya ini.

Mahasiswa UI yang menjabat sebagai Ketua BEM UI ini, beberapa waktu mendadak viral baru-baru ini. Mahasiswa yang dikenal dengan nama Zadiit Taqwa ini telah berani memberikan kartu kuning yang biasa dipakai di pertandingan sepak bola, kepada orang nomor satu di negeri ini. Kartu kuning tersebut jelas memiliki arti yang sudah menjadi rahasia umum dalam dunia persepakbolaan yang artinya kartu peringatan.

Ketua BEM UI ini memberikan kartu kuning sebagai bentuk kritiknya terhadap cara kerja pemerintahan Jokowi JK yang terkesan lambat menyelesaikan masalah gizi buruk di Asmat Papua.Mereka ingin apa yang terjadi di Papua segera diselesaikan. Tentu saja, apa yang dilakukan mahasiswa tingkat akhir UI ini menuai pro dan kontradisosial media.

Namun yang menjadi pertanyaannya ialah apakah dengan hanya sekedar U8 kartu kuning saja itu sudah cukup?Sebenarnya apa yang dilakukan oleh ketua BEM UI dan teman-temannya hanyalah sebuah kritikan biasa tanpa solusi, yang siapa saja bisamelakukan hal demikian. Kritik tanpa solusi disini jelas tidak akan membawa hasil yang positif akan apa yang dikritiki. Karena sejatinya kritik hanyalah sekedar mengungkap fakta saja, tanpa menganalisis kenapa semua fakta itu bisa ada dan apa solusi yang ditawarkan agar fakta-fakta tersebut terhenti atau teratasi dengan baik, yang tidak hanya skala nasional, tapi internasional.

Kartu kuning tidaklah berarti apa-apa jika diberikan tanpa memberikan solusi yang fundamentalis. Apa lagi tujuan pemberian kartu kuning tersebut cumakarena kondisi gizi buruk yang terjadi di Asmat Papua saja. Sementara permasalahan di negeri ini banyak. Seperti utang negara yang semakin anjlok, BBM yang terus melambung, TDL yang dinaikkan setiap bulannya,kemiskinan, kerusakan moral, kriminalisasi, pembunuhan, dan lain-lain yang tak kan mungkin semua disebutkan satu-satu disini. Walau tak bisa dipungkiri juga bahwa disatu sisi, pemberian kartu kuning tersebut juga menunjukkan bahwa masih ada mahaisswa yang tidak terbungkami suaranya, ditengah mayoritas mahasiswa hari ini yang bersikap apatis dan hanya berkecimpung dalam dunia perkuliahannya saja tanpa memikirkan apa yang terjadi disekelilingnya, terlebih negaranya.

Sesungguhnya semua permasalahan-permasalahan itu tidak akan bisa teratasi jika hanya dengan memberikan kartu kuning saja. Kartu yang berarti peringatan namun tanpa solusi. Tentu kita mengingkinkan hadirnya mahasiswa yang menjadi agen pengkritik sekaligus agen pengubah dengan langkah yang konkrit.

Mahasiswa seyogyanya memiliki pemikiran yang kritis, yaitu yang bisa mengungkap fakta. Tidak hanya sampai disitu saja, melainkan juga menganalisis penyebabnya dengan pemikiranyang cemerlang, yang mana ia bisa mampu melihat dengan kaca mata berbeda. Kemudian ia memberikan solusi terbaiknya yang tidak hanya akan menyelamatkan masalah gizi buruk di Asmata Papua, namun juga sekaligus menyelesaikan seluruh permasalahan yang menimpa negeri ini bahkan yang menimpa negeri-negeri muslim yang lainnya, yang tentunya semua itu bisa terwujud jika hukum islam terterapkan dalam seluruh linik kehidupan.

Gambaran mahasiswa sebagai agen of change di mata dunia tentu bukanlah mahasiswa abal-abal yang hanya pandai mengritik,namun mereka yang memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengubah dunia yang tadinya di lingkupi kegelapan dan kedzoliman menjadi terang benderang penuh kedamaian dan kesejahteraan, dengan memberikan analisis yang tajam serta solusi terbaik.

Apalagi, solusi dari permasalahan tersebut juga bukanlah dengan berangkat ke Asmat Papua untuk terjun langsung di sana. Terlebih memang sebelumnya team dokter dan bahan-bahan makanan sudah dikirimkan ke sana. Namun apakah itu bisa membuat mereka tidak akan kekurangan gizi lagi untuk selama-lamanya.Sementara tambang emas di sana masih tetap di keruk oleh aseng asing. Lantas jika itu seandainya bisa, bagaimana dengan segudang permasalahan lain yang sudah lama menggunung di negeri ini?

Ya. Sistem yang bernaung dalam kapitalisme hari inilah yang menjadi akar permasalahan yang terjadi di negeri ini, termaksud di Asmat juga. Seolah mati di lumbung padi, itulah gambaran yang cocok untuk negeri yang Kaya akan SDA ini.  sistem kapitalis telah nyata membuat pemimpin negeri ini hanya berpihak ada para pemilik modal tanpa mengindahkan bagaimana nasib rakyat.

Adapun sikap yang harus dilakukan, mahasiswa dan  pemuda Islam bukan hanya sekedar mengritiki dengan mengangkat kartu kuning,  tetapi juga mengkritisi yang kemudian diakhiri dengan mengangkat kartu merah atas sistem Kapitalisme  yang menjadi jalan neoimperialisme penyebab kemiskinan dan semua carut marut masalah bangsa ini.

Berani, kritis dan solutif, itulah karakter hakiki mahasiswa yang seharusnya, dan Islam memiliki solusi atas segala permasalahan manusia baik dari segi  sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, sistem kesehatan dll. Tentu sebagai aktivis mahasiswa, Kita harus lantang menyampaikan yang benar, kritis mengingatkan kebijakan yang salah dan memberikan solusi dengan sudut pandang aqidah Islam, bukan yang lain. Karena sejarah kegemilangan Islam telah membuktikan bahwa hanya penerapan Islamlahrahmatan lil alamin itu terterapkan selama 1300 tahun. Wallahu a’lam bissawab

Penulis : Fitriani S.Pd ( Member of Akademi Menulis Kreatif) .

Alamat : Kel. Waha,Kec.Tomia, Kab. Wakatobi.

No. Hp :085823986052

  • Bagikan