Ritual Dofokokoe dan Jejak Kematian Wa Tiba Korban Mangsa Ular

  • Bagikan
Lokasi tempat ditemukan sendal, senter, dan parang korban. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Lokasi tempat ditemukan sendal, senter, dan parang korban. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: MUNA – Peristiwa yang dialami Almarhumah Wa Tiba, wanita 54 tahun masih menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Kematiannya yang mengenaskan, menyisahkan pilu bagi keluarga, terlebih anak semata wayangnya bernama Wa Jona (14). Di antara insiden itu, rupanya terdapat cerita dari orang tua terdahulu yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat, yakni ritual Dofokokoe. Namun belum diketahui, apakah kematian Wa Tiba ada kaitannya dengan ritual tersebut.

Menurut cerita para orang tua terdahulu, setiap membuka lahan baru mereka berkomunikasi dengan kawanan ular, seperti membuat perjanjian yang disebut Dofokokoe (disembunyikan) ular dalam gua.

Melalui ritual Kaago-ago dengan memberikan sesajen yang disajikan di atas daun Lapi, berupa telur dan ketupat. Setelah perjanjian itu selesai, baru ular keluar dari dalam gua untuk mencari makan.

Pelaksana Kepala Desa Lawela, La Fariz, mengatakan lokasi perkebunan Almarhumah Wa Tiba merupakan kawasan perkampungan orang tua terdahulu yang melaksanakan ritual Dofokokoe. Namun orang tua yang dipercaya dapat melakukan komunikasi dengan ular atau pawang ular telah meninggal, ritual itu pun tidak dilakukan lagi saat ini.

“Menurut cerita dulu sekitar sini (kebun korban), merupakan perkampungan orang tua terdahulu. Ritual itu juga masih dilakukan jika mau membuka lahan baru di sekitaran sini,” ungkap La Fariz kepada SultraKini.Com ketika melakukan penelusuran lokasi penemuan ular piton pemangka Wa Tiba bersama jajaran Polres Muna, Senin (18/6/2018).

Pantauan penyisiran lokasi penemuan ular pemangsa Almarhumah, ternyata berjarak sekitar satu kilometer dari pemukiman warga setempat. Kepala desa setempat juga menunjukkan lokasi penemuan ular piton pemangsa itu, termasuk lokasi ditemukannya sandal, senter, dan parang korban, serta kebun milik korban. Liang-liang yang diduga tempat persembunyian kawanan ular tak luput dari penyisiran.

Warga menunjukkan lokasi ditemukannya ular piton pemangsa Wa Tiba. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Warga menunjukkan lokasi ditemukannya ular piton pemangsa Wa Tiba. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Penelusuran lokasi perkebunan Wa Tiba korban mangsa ular di Kabupaten Muna, Sultra. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
Penelusuran lokasi perkebunan Wa Tiba korban mangsa ular di Kabupaten Muna, Sultra. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

Kapolres Muna, AKBP Agung Ramos Paretongan Sinaga, juga menyatakan bahwa lokasi tersebut rawan keberadaan ular, sebab berada di sekitaran gua dan pohon besar.

“Jadi hasil penyisiran kita itu memang wilayahnya berpotensi rawan ular, karena banyaknya gua dan pohon besar. Kami imbau kepada masyarakat untuk berhati-hati, jangan pergi kebun sendiri,” kata Agung Ramos sekaligus memimpin penyisiran tersebut.

Selain jajaran kepolisian, jajaran Koramil 01 Katobu bersama warga turut melakukan penyisiran tempat kejadian perkara.

Terlepas dari itu, Polres Muna juga memberikan bantuan sejumlah uang, peralatan sekolah, dan sembako kepada Serliati alias Wa Jona (14), anak Almarhumah di Desa persiapan Lawela Kacamatan Lohia.

Almarhumah Wa Tiba menjadi korban mangsa ular piton sepanjang tujuh meter di kawasan perkebunannya pada 14 Juni 2018. Korban ditemukan setelah pihak keluarga bersama warga mencari keberadaannya yang tak kunjung pulang dari kebun pada 15 Juni pagi, tepatnya di suasana hari pertama Lebaran 1439 H.

 

Laporan: Arto Rasyid
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan