Rumah Pucuk, Spot Wisata Baru di Kendari Bernuansa Alam

  • Bagikan
wisata alam Rumah Pucuk yang berada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)
wisata alam Rumah Pucuk yang berada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: Wisata alam bisa menjadi alternatif liburan di akhir pekan. Selain karena kesegaran udaranya, Anda dapat mengabadikan momen melalui swafoto maupun video yang instagenic. Kota Kendari juga punya wisata alamnya yang tidak kala menarik, apalagi berbicara wisata alam di dalam kota.

Berada di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara tidak hanya Taman Kota, Tugu Persatuan, ataupun kawasan mangrove bisa dikunjungi. Daerah yang masih luas kawasan pepohonannya ini, juga memiliki wisata alam yang dikenal Rumah Pucuk.

Namanya Rumah Pucuk tentu lokasi yang berada di Jalan Latsitarada, Kecamatan Kambu, Kota Kendari ini memiliki tempat nongkrong di atas pohon.

Rumah Pucuk dari kejauhan di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)
Rumah Pucuk dari kejauhan di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

Uniknya, kawasan tersebut memiliki Dermaga Pucuk, Rumah Pucuk, dan tempat duduk lainnya, berupa gazebo atau sekadar kursi dan meja yang terbuat dari kayu di sejumlah tempat di kawasan ini untuk para pengunjung.

Dermaga Pucuk di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)
Dermaga Pucuk di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

Ketika berada di daerah perbukitan ini, pengunjung bisa merasakan sensasi berada di Dermaga Pucuk yang tingginya sekitar sepuluh meter. Ditambah, pemandangan hiruk pikuk perkotaan sejauh mata memandang serta pemandangan sanset yang menenangkan.

Apalagi saat malam hari, nuansa sejuk dan indahnya alam sebaiknya tidak dilewatkan.

Dermaga Pucuk nampak di malam hari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)
Dermaga Pucuk nampak di malam hari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

Dermaga Pucuk merupakan kawasan swafoto yang terbuat dari kayu. Pengunjung akan berjalan sekitar 12 meter untuk bisa berada di ujung dermaga yang dibuat lebih luas agar menampung sekitar 20 orang.

Di sini pengunjung juga bisa berswafoto di Rumah Pucuk, lebih umumnya spot foto ini menyerupai rumah pohon. Meski baru satu pohon, keberadaan Rumah Pucuk cukup menyita perhatian untuk merasakan sensasi berada di atas pohon. Sebab, rasanya tidak lengkap apabila belum berada di pucuk pohon yang dinamakan pohon Kulahi dalam bahasa Muna.

Rumah Pucuk menyerupai rumah pohon karena pengunjuk akan menaiki tangga melingkari pohon untuk tiba di pucuknya. Sekitar tiga meter, pengunjuk mendapatkan tempat beristirahat, begitu pula di atasnya hingga tibalah di pucuk pohon.

Di ketinggian sekitar 15 meter ini, tempat beristirahatnya lebih unik karena menyerupai kapal kecil dengan tulisan titanic di bagian pinggirnya. Sehingga seakan menaiki kapal kecil di atas pohon. Pemandangannya juga tidak kala menarik.

Cukup ekstrem selama menaiki tangga yang terbuat dari kayu itu. Namun, desain Rumah Pucuk dibuat sedemikian rupa agar aman bagi pengunjung.

Jalan menuju pucuk pohon di kawasan wisata alam Rumah Pucuk yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

Jika tidak ingin menikmati pemandangan dari Dermaga Pucuk atau Rumah Pucuk, pengunjuk juga disediakan sejumlah tempat duduk, gazebo, perpustakaan di sekitarnya.

Di balik desain Dermaga Pucuk dan Rumah Pucuk, adalah Rizal Ramli yang menyusun konsep bangunan tersebut. Dikatakannya, kedua tempat ini memiliki filosofi dan dibangun menggunakan kayu yang kuat agar tahan lama, misalnya kayu Kulahi (dalam bahasa Muna) dan Kayu Eha.

Dermaga Pucuk, kata dia dibangun dengan filosofi laba-laba. Dimana, banyak kayu yang membuat dermaga menjadi tahan dan berdiri kuat di ketinggian tersebut. Pembangunan dermaga juga belum tuntas. Artinya, bakal ada tiga tingkatan pada dermaga agar lebih menikmati pemandangan.

“Saya hanya imajinasi (konsep bangunan). Filosofinya adalah laba-laba, tahan terbuat dari kayu Kulahi (bahasa Muna) dan kayu Eha. Kayu kulahi itu kuat, semakin tua semakin kuat,” jelas pria yang bekerja di perusahaan konstruksi ini, Jumat (28/6/2019).

Dermaga Pucuk di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)
Dermaga Pucuk di kawasan wisata alam yang ada di Kota Kendari, Jumat (28/6/2019). (Foto: Dok.SULTRAKINI.COM)

Sementara Rumah Pucuk, juga memiliki filosofi hingga empat filosofi di dalamnya, yakni Filosofi cinta artinya proses pembangunannya didasari cinta dan ikhlas. Kedua, filosofi alam artinya rumah pohon berada di alam sehingga siapa pun berada di dalamnya serasa bersahabat dengan alam.

Ketiga, filosofi kapal hantu artinya Rumah Pucuk nampak tetapi tidak secara ilmiah. Bangunan ini kuat meski berada di pohon serta menggambarkan kehidupan alam yang tidak sebatas dihuni manusia. Keempat, filosofi kapal titanic artinya di dunia ini tidak ada yang abadi seperti mengutip cerita adanya kapal titanic yang begitu megah dan dianggap tidak tenggelam namun pada akhirnya karam.

“Rumah Pucuk memiliki empat filosofi, yaitu cinta, alam, kapal hantu, dan kapal tetanic,” terangnya yang juga pernah terlibat dalam pembuatan landasan pesawat di Papua, pembuatan jalan trans provinsi, serta pembangunan jembatan di Papua.

Tidak perlu biaya mahal untuk menikmati semua itu. Pengunjung cukup mengeluarkan 2.000 rupiah dan suasana alam bisa dinikmati sepuasnya.

Sejumlah makanan dan minuman juga tersedia di sini dengan harga terjangkau. Sebab, wisata alam Rumah Pucuk memang target pasarnya adalah mahasiswa.

Keberadaan kawasan wisata alam Rumah Pucuk di atas lahan sekitar satu hektare ini dikembangkan sejak 2016. Popularitasnya meningkat mulai 2019. Meski dalam pengembangan sarana prasarana, wisata yang dibuka 24 jam ini lumayan banyak pengunjungnya. Dalam sehari, 300an orang berkunjung di kawasan tersebut.

Lantas, siapa yang mengembangkan kawasan wisata Rumah Pucuk?

Adalah Komunitas Rumah Pucuk di balik keberadaan wisata alam dalam kota ini.

Ketua Komunitas Rumah Pucuk, Bakri bercerita, kawasan wisata ini dikembangkan dengan tiga impian atau target di dalamnya, yakni menghadirkan kawasan wisata alam dalam kota, menyediakan tongkrongan di malam hari yang asyik utamanya kalangan mahasiswa, dan melalui pengembangannya hingga mencapai mandiri bisa mendukung gerakan kegiatan sosial komunitas.

Dikatakannya, nama Rumah Pucuk memiliki filosofi. Kawasan ini pula dibangun anggota komunitas secara swadaya dan masih proses pengembangan, khususnya sarana dan prasarana wisata agar memberikan kenyamanan kepada pengunjung.

“Pucuk itu kan ketinggian. Pucuk ini punya filosofi tersendiri, sesuatu itu tidak akan tumbuh tinggi jika tidak adanya pucuk. Jadi Rumah Pucuk ini akan tumbuh terus. (Kenapa murah?) Kami pasarnya itu targetnya mahasiswa,” ucapnya kepada Sultrakini.com, Jumat (28/6/2019).

Ke depan, tidak hanya pemandangan alam didapatkan pengunjung, tetapi nuansa edukasi dan bidang usaha juga dihadirkan di sini.

“Kita punya target setiap empat bulan ada hal baru bisa dilihat pengunjung,” tambahnya.

Wisata alam Rumah Pucuk berdiri di lahan sekitar satu hektare milik Ebia yang juga turut mengembangkan pariwisata tersebut. Menurutnya, lahan miliknya lebih bermanfaat dibuat wisata dibanding dibiarkan menjadi lahan tidur.

“Dari pada dibiarkan menjadi lahan tidur mendingan menjadi kawasan wisata,” singkatnya yang juga mengelola kedai di kawasan itu.

Untuk mencapai kawasan tersebut, bisa ditempuh sekitar satu kilometer perjalanan dari depan Jalan Latsitarada. Namun, lelahnya perjalanan akan terbayarkan saat berada di wisata alam Rumah Pucuk.
Pengunjung terlihat ramai ketika hari semakin larut serta waktu akhir pekan. Wajar saja, wisata masih dalam pengembangan ini, membuat pengunjung harus membagi tempat dengan pengunjung lainnya.

Editor: Sarini Ido

  • Bagikan