Sejak Belum Jadi Bupati, Ternyata Hugua Sudah Bantu Para Petani

  • Bagikan
Hugua bersama ibu-ibu penjual ikan di kawasan Pelabuhan Samudera Kendari. (Foto: Gugus Suryaman/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Masa depan adalah sebuah misteri, tak ada manusia yang dapat memprediksi dengan pasti. Kalimat bijak, hasil tidak akan mengkhianati proses, memang benar adanya. Karenanya, melakukan perbuatan yang terbaik adalah cara terbaik menjalani kehidupan.

Siapa yang menyangka, seorang Hugua, mantan Bupati Wakatobi dua periode, adalah aktivis yang getol memperjuangkan hak-hak rakyat kecil jauh sebelum terlibat politik praktis. Lewat Lembaga Swadara Masyarakat (LSM) Sintesa yang didirikan pada 1991, Hugua muda mencetuskan berbagai program yang berpihak kepada kepentingan masyarakat bawah.

Berbagai program LSM Sintesa saat dipimpin Hugua hingga peimpinan saat ini, sudah banyak diadopsi oleh pemerintah. Padahal banyak kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat di Sultra saat itu, sempat ditentang pemerintah era Orde Baru.

“Tapi seiring dengan era perubahan paradigma pemerintah Indonesia, program yang dirintis Sintesa ternyata sekarang banyak yang dijadikan contoh. Ini artinya LSM Sintesa era kepemimpinan Pak Hugua dan masuk kepemimpinan Pak Muhlis, sudah berpikir jauh tentang kebutuhan masyarakat,” ucap Direktur Eksekutif LSM Sintesa saat ini, Muhammad Sudair, Minggu (24/6/2018).

Program pro rakyat yang diadopsi pemerintah, diantaranya bantuan pemberdayaan ekonomi petani di pedesaan, bantuan sarana air bersih, pelatihan dukun terlatih dan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional (JPKN) yang kini diadopsi menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Menurut Sudair, ketika Hugua menjabat Direktur Eksekutif LSM Sintesa, pernah memprogramkan pemberian bantuan benih jagung manis kepada petani di Desa Amesiu Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe (dulu masih Kabupaten Kendari).

Hasil panen jagung manis ketika itu terbilang melimpah. Para petani setempat kemudian merintis penjualan jagung rebus di pinggir jalan. Sekitar tahun 2002, pada awalnya hanya satu orang yang menjadi penjual jagung rebus (PJR).

“Kita lihat sekarang, PJR berkembang pesat di Pondidaha. Bahkan sudah menjadi tempat rekreasi bagi pelintas jalan Kendari menuju Kolaka. Saya kira program yang dirintis era Hugua di Sintesa sudah memberikan manfaat bagi petani di desa,” tutur Sudair yang akrab disapa Dede.

Program lain yang kini banyak dinikmati masyarakat, yaitu pembangunan sarana air bersih di beberapa desa Kabupaten Konawe Utara, Wakatobi, Konawe Kepulauan, Kabupaten Buton, Konawe Selatan, Muna.

“Pada zaman itu, warga kesulitan mendapat air bersih. Tapi dengan kemampuan lobi ke negara-negara pemberi bantuan sarana air bersih, Hugua bersama aktivis LSM lainnya berhasil mendatangkan bantuan. Berhasil membantu pemerintah,” terangnya.

Kemudian pada tahun 2006, Hugua dilantik mejadi bupati di kampung halamannya, Kabupaten Wakatobi. Dia maju bertarung sebagai kepala daerah, karena mengaku miris melihat Kepulauan Tukang Besi itu tertinggal dari daerah lain. Padahal memiliki potensi kelas dunia yang dapat mensejaherakan masyarakat. Terbukti, selama dua periode memimpin Wakatobi, daerah yang dulunya terabaikan, kini menjadi tujuan masyarakat dunia dari 10 top destinasi di Indonesia.

Kini, Hugua menjabat Ketua DPD PDIP Sulawesi Tenggara dan maju sebagai calon Wakil Gubernur Sultra periode 2018-2023 mendampingi Asrun sebagai calon Gubernur. Pada 27 Juni 2018 mendatang, masyarakat Sultra akan menentukan pilihan pemimpin masa depan diantara tiga pasang Cagub Cawagub. Nomor 1 Ali Mazi-Lukman, nomor 2 Asrun-Hugua, dan nomor 3 Rusda-Safei.

Editor: Gugus Suryaman

  • Bagikan