Selain Tenunan, Bombana Lebih Khas dengan Olahan Terasi dan Dompo Pisang

  • Bagikan
Anggota Bidang Pemasaran Dekranas Bombana, Rafi memegang tenunan Burisininta. (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)
Anggota Bidang Pemasaran Dekranas Bombana, Rafi memegang tenunan Burisininta. (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Tidak mau kalah dengan produk inovasi dari kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Bombana ikut memamerkan produk cemilan berbahan pisang terasi, dan kain tenunan.

Produk cemilan unggulan Kabupaten Bombana, berupa dompo pisang yang dikemas menarik agar lebih kekinian. Rasanya pun dibuat bermacam-macam, ada original, cocopandan, coklat, dan coklat kacang. Produk ini dihasilkan dari Kecamatan Poleang.

Dompo pisang kemasan terbaru khas Bombana dipamerkan di Expo Sultra. (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)
Dompo pisang kemasan terbaru khas Bombana dipamerkan di Expo Sultra. (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)

“Kalau pembuatannya, dompo pisang dibelah dan dijemur sampai kering, itu yang original. Kalau kemasan baru, dia melalui proses khusus,” jelas Bendahara Dekranasda Kabupaten Bombana, Natalia ditemui di stan expo memperingati HUT Sultra ke-55, Jumat (26/4/2019).

Adapun produk banyak diincar di stan Bombana, yakni terasi. Rasa yang berbeda dan khas dibanding terasi lainnya membuat produk ini laris manis di stan expo.

Bahan dasar terasi sendiri adalah ebi yang ditumbuk dan dicampurkan beberapa bumbu, kemudian dibentuk.

Selain terasi, ada pula jipang, madu, dodol, waje, putu dari khas Kabaena, Kabupaten Bombana.

Di stan Dekranasda Bombana juga dipamerkan berbagai motif tenunan, serta batik terbaru khas Bombana. Motif pada batik bergambar rumah adat Bombana.

Anggota Bidang Pemasaran Dekranas Bombana, Rafi, menambahkan ada empat motif khasnya, menyerupai daun pakis, Sosoronga artinya peti, Bosu-bosu artinya renda, dan Sele-sele memiliki motif kotak-kotak. Pada motif, terdapat lima macam warna yang juga memiliki makna tersendiri.

“Merah artinya keberanian, biru artinya kebangsawanan, kuning artinya kejayaan, putih artinya kesucian, dan ada hitam tapi maknanya ada di dalam buku saya tidak begitu hafal,” terangnya kepada Sultrakini.com.

Dijelaskannya, kain tenunan umumnya dijadikan bahan baku pakaian untuk pesta, acara adat, ataupun pakaian dinas.

Tenun khas ini dibuat langsung masyarakat setempat secara manual dengan lama pengerjaannya tergantung motif.

“Tenun jenis Sele-sele itu lebih cepat pengerjaannya karena hanya menggunakan dua warna. Sedangkan, tiga jenis lainnya menggunakan lima warna, sehingga pengerjaan agak lama,” ujar Rafi.

Expo Sutra tersebut diharapkan Pemda Bombana membawa dampak positif untuk ajang promosi unggulan setiap daerah di Sultra. Termasuk Bombana.

Laporan: Intan Juwita
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan