Sempurnanya Pabrik Sagu di Labela, Semua Bagian Dimanfaatkan Tanpa Sisa

  • Bagikan
Pabrik pengolahan sagu yang berada di Desa Labela, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara yang didirikan organisasi pangan dunia, FAO. (Foto: Mas Jaya/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KONAWE – Organisasi pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO) dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), mendirikan pabrik pengolahan sagu di Desa Labela, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Pabrik tersebut tak hanya mampu menghasilkan produk sagu, tetapi juga diproyeksi mampu menghasilkan aneka produk kebutuhan lainnya.

Secara umum pabrik tersebut akan menghasilkan sagu basah. Jenis sagu yang biasanya diolah untuk kuliner tradisional, seperti sinonggi.

Selain itu, pabrik tersebut juga didesain untuk memproduksi sagu kering atau tepung sagu. Salah satu bilik di pabrik ini, menyediakan ruang khusus tempat pengeringan sagu lewat sinar matahari atau dipanaskan dengan api.

“Untuk sagu basah satu ton, kalau dikeringkan bisa susut menjadi empat ratus kilogram. Tapi harga jualnya lebih mahal dan inilah yang ditunggu dunia,” ujar Kades Labela, Kadir Ambemali,  Jumat (23/2/2018).

Selain sagu, konsultan FAO juga menyarankan untuk memanfaatkan limbah air pengolahan sagu sebagai bahan bio gas. Limbah cair berwarna hitam tersebut saat ini telah dibuatkan kolam khusus di bagian bawah pabrik. Nantinya, gas metan yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk kebutuhan kompor masak.

Selanjutnya, limbah ampas sagu dapat digunakan untuk media tanam jamur Merang. Para anggota kelompok pengolah sagu di Desa Labela telah mempraktikannya. Hasilnya sudah dapat mereka makan.

“Hasil jamurnya sudah dimakan anggota kelompok. Nanti kalau produksinya banyak, akan kita target untuk dijual,” jelasnya.

Kemudian, kulit batang sagu. Jika biasanya dibuang begitu saja, maka kali ini kulit tersebut akan dilolah menjadi briket arang. Cara pembuatannya, yakni dengan membakar kulit batang sagu menjadi arang. Kemudian arang tersebut dihancurkan dalam blender. Setelah itu dibuat adonan macam sinonggi lalu dimasukan dalam cetakan. Selanjutnya, dikeringkan dan setelah itu dihasilkanlah briket arang yang bisa dipakai untuk kebutuhan memasak.

“Dengan begini, semua produk dari sagu menjadi termanfaatkan, baik untuk kebutuhan maupun untuk dijual,” tandasnya.

 

Laporan: Mas Jaya

  • Bagikan