Sering Dibully, Siswa SD di Muna Nyaris Bunuh Diri

  • Bagikan
IF (7), salah satu siswa SD di Katobu yang menjadi korban bully. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)
IF (7), salah satu siswa SD di Katobu yang menjadi korban bully. (Foto: Arto Rasyid/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM : MUNA – IF (7), salah satu siswa SD di Katobu, Kabupaten Muna nyaris bunuh diri. Depresi karena menjadi korban bully teman sebayanya.

Korban dianiaya teman yang berjumlah 11 orang pada pada (26/10/2018) sekitar pukul 09.00 WITA. Sayangnya kejadian itu tidak diketahui pihak sekolah dengan alasan sedang melakukan rapat internal.

Korban dibully sekelompok temannya dengan cara diangkat dan diayun kemudian dilempar ke bawah meja guru. Tak sampai disitu perut dan bagian belakang korban berkali-kali diinjak, selain itu wajah bagian pipi sebelah kanan dicakar, dibawah hidung ditusukkan pena.

Ibu korban, menuturkan dirinya yang berdomisili di Kota Kendari kaget saat mengatahui dari nenek korban bahwa anaknya kembali menjadi korban bully oleh temannya di sekolah.

Menurutnya sejak masuk SD kelas I, korban yang tinggal bersama neneknya sering diganggu oleh sekelompok teman sekolahnya. Namun, hal itu masih dianggap wajar karena masih anak-anak yang suka bermain. Ironisnya sejak naik kelas 3 korban justru sering dibully dengan ditinju belakangnya, bajunya dicoret-coret, bahkan dalam setahun diakuinya sudah 4 kali membelikan tas baru karena tas milik korban saat tiba di sekolah sering diinjak-injak dan bukunya ikut dirobek.

“Kejadian itu bukan sekali dua kali tapi hampir setiap hari. Pekan lalu anak saya ke Kendari keluhkan sesak nafas dan dadanya sakit akibat di sekolah sering ditendang. Hal itu yang saya tidak bisa terima kalau terjadi yang tidak diinginkan, bagaimana?” keluhnya kepada SultraKini.Com, Sabtu (27/10/2018).

Dia turut menyangkan, pihak sekolah yang terkesan acuh, sebab saat nenek korban melaporkan kejadian tersebut ke wali kelas korban hanya berjanji akan mengawasi, namun kejadian masih saja terulang bahkan lebih parah dari sebelumnya.

“Anak saya juga pernah laporkan ke wali kelasnya malah anak saya dibalik marahi, sehingga anak saya alami trauma waktu ceritakan ke saya kejadiannya sambil menangis dan berpikiran ingin bunuh diri. Atas kejadian ini saya mau pindahkan saja anak saya disekolah lain karena di sekolahnya dia sudah tidak merasa aman,” ungkapnya.

Sementara itu, guru wali kelas korban, Erni, mengatakan tidak mengetahui kejadian yang menimpa korban karena pada saat itu semua guru sedang melakukan rapat. Dia juga tidak menampik jika korban kerap dibully oleh sekelompok teman kelasnya, bahkan hal itu sudah ditindaki dengan memberikan sanksi kepada para pelaku berdiri di depan kelas sambil mengangkat kaki satu.

“Kami pikir sudah pulang karena sebelum rapat digelar anak-anak sudah kami suruh pulang, saya tidak tahu kalau masih ada siswa yang berada di dalam sekolah sampai ada kejadian itu. Sudah sering saya beri sanksi, hanya saja kami takut juga mau kerasi anak-anak karena adanya HAM. Karakter anak sekarang itu lebih nakal dibanding dulu,” ujar saat ditemui Sultra kini.com, Sabtu (27/10/2018).

Dia juga mengakui, balik memarahi korban saat melapor dikarenakan korban juga nakal suka mengganggu teman kelasnya disaat jam belajar berlangsung.

Saat SultraKini.Com hendak konfirmasi terkait kekerasan yang dialami IF dalam lingkungan sekolah, ke kepala sekolahnya sedang berada di luar daerah.

Laporan: Arto Rasyid

Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan