SLI: Petani Sultra Belajar Mamahami Iklim Untuk Optimalisasi Pertanian

  • Bagikan
Ilustrasi. (Foto: Arsip SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Dampak perubahan iklim dalam meningkatnya risiko bencana hidrometeorologis telah dirasakan di berbagai sektor termasuk sektor pertanian.

Perubahan iklim paling dirasakan petani adalah ancaman puso atau gagal panen ketika kemarau panjang, turunnya produksi hasil panen karena hujan, hama dan penyakit karena pola tanam yang tidak berjalan. Selain itu, bencana banjir juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, banjir yang melanda lima kabupaten di Sultra selama bulan Mei tahun 2017 telah menyebabkan lebih dari 1,7 ribu hektar sawah terendam dan setidaknya 800 hektar sawah gagal panen.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia data cuaca dan iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memiliki beberapa produk dan kanal layanan informasi cuaca dan iklim seperti ramalan cuaca harian, tiga harian, dan mingguan, prediksi musim setiap bulan, serta peringatan dini cuaca yang sebenarnya dapat membantu petani dalam mengambil keputusan dalam kegiatan pertanian.

Tetapi dari hasil kajian terhadap layanan informasi cuaca dan iklim yang dilakukan United States Agency for International Development Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (USAID APIK) ditemukan bahwa belum optimalnya proses diseminasi dari pemerintah daerah ke masyarakat, serta keterbatasan akses informasi mengakibatkan tingkat penggunaan informasi cuaca dan iklim di kalangan petani masih sangat rendah.

Menyadari permasalahan tersebut, USAID APIK bekerja sama BMKG, Dinas Pertanian Sultra, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), dan Dinas Pertanian Kota Kendari menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap tiga bidang pertanian yang dipusatkan di Kelurahan Baruga, Kota Kendari.

SLI merupakan studi lapangan yang berorientasi pada program praktis dan memberikan kesempatan kepada petani untuk belajar bersama. Melalui SLI, petani diberdayakan memahami dan memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim/musim secara efektif dalam kegiatan pertanian mereka.

SLI tahap 3 pertanian akan dilaksanakan selama tiga bulan, dari 15 Juli hingga 14 Oktober 2017 dan diikuti oleh 30 orang petani. Pengamatan di lokasi demplot akan dilakukan setiap hari oleh petani dan pertemuan akan dilakukan setiap 10 hari untuk membahas hasil pengamatan di lapangan sebagai proses pembelajaran.

Kegiatan SLI akan difasilitasi tim dari BMKG Maritim Kendari, BMKG Klimatologi Ranomeeto Konawe Selatan, Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan USAID APIK Sulawesi Tenggara.

“Kita harus segera beradaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah nyata dirasakan dampaknya. Pemanfaatan teknologi dan penggunaan informasi cuaca dan iklim yang optimal akan membantu meningkatkan ketangguhan petani yang berperan penting dalam ketahanan pangan,” kata Manajer Regional Sulawesi Tenggara USAID APIK, Buttu Ma’dika.

Hadirnya SLI diharapkan ketangguhan petani menghadapi risiko bencana dan iklim akan meningkat dan membantu upaya peningkatan kesejahteraan mereka serta memastikan stok pangan untuk masyarakat tetap aman dan berkelanjutan.

Sumber: USAID APIK

  • Bagikan