Soal Kematian Paus, Arhawi: Bisa Jadi Makan Sampah Kiriman

  • Bagikan
Bupati Wakatobi, H. Arhawi (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM).
Bupati Wakatobi, H. Arhawi (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM).

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Kematian paus sperma yang terdampar di Pulau Kapota, Desa Kapota Utara, Kecamatan Wangi-wangi selatan, Kabupaten Wakatobi yang terdapat sampah plastik di saluran pencernaannya, mendapat tanggapan dan perhatian dari berbagai pihak, salah satunya Bupati Wakatobi, Arhawi.

Arhawi mengatakan hingga saat ini belum ditahu pasti penyebab pasti kematian paus sperma tersebut, “Teman-teman dari Balai Taman Nasional Wakatobi dan WWF terlibat secara langsung untuk mengetahui pasti penyebab kematian paus tersebut, apakah disebabkan oleh sampah atau apa,” kata Arhawi, Rabu (21/11/2018).

Arhawi menjelaskan bisa jadi kematian paus ini diakibatkan oleh faktor usia paus yang telah terlalu tua, namun secara kebetulan paus tersebut terdampar ke Wakatobi.

Menurutnya hal Ini menjadi pelajaran bagi seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.

“Hari ini kita hanya lihat hanya paus, tapi tidak menutup kemungkinan kedepan habitat lain mengalami nasib yang sama dengan paus. Sampah pun menjadi fokus Pemda Wakatobi,” terangnya

Pemda Wakatobi, lanjutnya, di Dinas Lingkungan Hidup Wakatobi telah mengambil banyak langkah kongkrit terkait penanganan sampah, seperti himbauan pembuatan tong sampah disetiap desa, melalui dana desa. Pemda juga telah mengalokasihkan dana untuk penambahan mobil sampah, “ini salah satu langkah dari sekian banyak langkah Pemda untuk menangani sampah,” paparnya

Kata Arhawi, sampah di Wakatobi sudah terkendali dengan baik, namun yang menjadi tidak terkendali adalah karena posisi Wakatobi yang diapit oleh Laut Flores dan Laut Banda sehingga menjadi titik singgahan sampah dari barat maupun timur.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, Oktawinus, mengungkapkan Wakatobi merupakan salah satu daerah migrasi paus dan lumba-lumba. Sehingga bisa saja jika paus tersebut mati, karena sampah dari tempat lain.

“Bicara soal makhluk hidup khususnya hewan mamalia punya siklus hidup yang terbatas. Oleh karena itu, kami akan tindaklanjuti dalam bentuk penelitian lanjutan. Agar hasil-hasil visum lainnya dapat dijadikan rujukan bahwa penyebab utama kematian paus. Dan hasilnya dapat buka secara terang menerang,” pungkasnya.

Laporan: Amran Mustar Ode
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan