Standar Kecantikan Wanita Zaman Dulu yang Bikin Geleng-geleng Kepala

  • Bagikan
Standar Kecantikan Wanita Zaman Dulu yang Bikin Geleng-geleng Kepala. foto: brilio
Standar Kecantikan Wanita Zaman Dulu yang Bikin Geleng-geleng Kepala. foto: brilio

SULTRAKINI.COM: Tak jarang wanita menjadikan penampilan fisik sebagai tolak ukur kecantikan dan meningkatkan kepercayaan diri. Bahkan mereka rela mengeluarkan banyak duit hanya untuk menjaga penampilannya. Tapi standar kecantikan di zaman dahulu terbilang aneh jika dibandingkan dengan zaman sekarang.

Tren kecantikan memang sudah ada sejak zaman dulu. Bukan saja tren makeup, berbagai beauty item pun sudah ada sejak dulu. Tidak heran wanita zaman dulu memiliki paras cantik, karena memiliki perawatan tersendiri di zaman itu. Berikut ini tujuh mitos standar kecantikan zaman dahulu. Berikut ini tujuh mitos standar kecantikan zaman dahulu.

1. Alis Tebal dan Menyambung sebagai Bentuk Kecantikan

Mayoritas wanita saat ini cenderung suka mencabut bulu-bulu halus yang tumbuh di antara kedua alis mereka. Lain halnya dengan wanita zaman Yunani kuno. Mereka justru menyukai bentuk alis yang menyambung dan tebal, bahkan mereka sampai menggambar alis mereka menggunakan campuran bedak berwarna hitam, rambut kambing, dan resin pohon pada bagian tengahnya agar alis mereka terlihat tersambung. Alis yang menyambung dianggap sebagai simbol kepercayaan diri, kecantikan serta tingkat intelektual yang tinggi.

2. Para Wanita yang Memiliki Gigi Berwarna Hitam

Ohaguru merupakan praktik kecantikan yang terkenal di Jepang hingga akhir zaman Meiji sekitar abad ke-19 dengan acara menghitamkan gigi dengan pewarna. Tidak hanya di Jepang, tren ini dilakukan di Kepulauan Pasifik, Asia Tenggara hingga Tiongkok.

Para wanita saat itu menganggap diri mereka menarik dan cantik hingga akhirnya tren tersebut diakui sebagai simbol kecantikan di Jepang akhir abad ke-19. Selama ribuan tahun para wanita Jepang akan menghitamkan gigi mereka secara permanen setelah menikah sebagai simbol komitmen pernikahan.

3. Lemak di Bawah Dagu dan Muka Bulat

Saat ini para wanita menginginkan wajah tirus dan memiliki lekuk tulang rahang yang tegas. Bahkan di media sosial sebagian wanita sering mengeluh dengan double chin yang dimiiki. Namun hal itu berbanding terbalik dengan wanita Perancis di abad ke-18. Mereka menggangap wajah oval serta double chin dan pipi kemerahan menunjukan status sosial di masyarakat.

Selain itu mereka menyukai rambut keriting yang panjang serta diberi bedak berwarna putih atau keabu-abuan. Begitu pula dengan kulit mereka diberikan bedak karena warna kulit putih dianggap sebagai suatu keagungan.

4. Mengecat Kaki Sebagai Pengganti Stoking

Tren ini dilakukan oleh wanita Amerika Serikat pada masa Perang Dunia II, yakni sekitar 1942. Saat itu persedian nilon sebagai bahan baku stoking terbatas, meskipun permintaan saat itu sangatlah tinggi. Banyak produk kecantikan yang berusaha menciptakan inovasi sebagai pengganti stoking yang peredarannya semakin sedikit di masyarakat.

Mereka pun menciptakan sebuah make up cair untuk diolesi pada kaki wanita sebagai pengganti stoking. Meskipun menggunakan cat, tetap saja para pria akan melihat kaki mereka seolah menggunakan stoking. Agar lebih meyakinkan di bagian betis belakang diberi garis hitam seolah-olah jahitan stoking.

5. Semakin Kecil Ukuran Kaki akan Semakin Cantik

Tren kecantikan yang aneh dan mengerikan ini terjadi hampir di seluruh China pada abad ke-20 saat masa pemerintahan Dinasti Song. Asal-usul tren ini sebenarnya tidak diketahui secara pasti meski pun diduga ketika abad ke-16 saat seorang anak memperbani kakinya yang luka dengan erat hingga menyebabkan perubahan pada bentuk kakinya.

Hingga akhirnya praktik menggunakan sepatu sempit menjadi tren dan dilakukan di mana saja. Maka diciptakanlah sepatu berukuran kecil membuat jari kaki bengkok dan berkumpul di satu tempat. Perubahan bentuk tubuh seperti itu dianggap sebagai status kecantikan, misalnya bibir yang tebal atau bokong yang besar menjadi contoh status kecantikan kala itu. Para wanita rela mengikuti tren tersebut meski harus menyebabkan tulang kakinya patah dan menyebabkan cacat seumur hidup.

6. Penampilan Polos Tanpa Bulu Mata Dianggap Cantik

Pada abad pertengahan di Eropa, tepatnya masa Renaisans hingga abad ke-18, bulu mata bukanlah sesuatu yang lentik. Hal itu justru berbanding terbalik dengan tren kecantikan sekarang yang memiliki bulu mata lentik dan alis tebal adalah standar kecantikan oleh semua wanita.

Tidak tanggung-tanggung bukan hanya bulu mata dicukur, melainkan alis juga demikian. Pada saat itu, memiliki wajah bersih dari bulu memberikan kesan polos sementara bulu mata panjang dianggap simbol maniak seks. Bahkan tren kecantikan ini bisa terlihat dalam lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci.

7. Mengubah Bentuk Tempurung Kepala

Tempurung kepala merupakan bagian tulang yang sangat keras dari semua bagian tulang lainnya, karena ia berfungsi menjaga otak agar tetap aman. Ketika bayi, tempurung kepala sangatlah lunak sehingga tidak dianjurkan menekan keras kepala bayi.

Teknik ini justru dimanfaatkan oleh Suku Maya kuno dengan tujuan membentuk kepala anak mereka menjadi agak lancip ke atas. Kegiatan ini tercatat dilakukan 45.000 tahun yang lalu. Di mana mereka mempercayai hal tersebut sebagai bentuk kecantikan sejati dari manusia. Tidak hanya Suku Maya, praktik ini dilakukan oleh Suku Hun, Hawaii, Tahitit, Inca, dan beberapa Suku Indian di Amerika Serikat.

sumber : Kumparan.Com

laporan : Wa Ode Dirmayanti

  • Bagikan