Tambang dan Pertanian Penunjang Ekonomi di Sultra

  • Bagikan
Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani. (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Triwulan II 2019, kondisi sektor korporasi yang tercermin dari kinerja perekonomian di sisi penawaran terpantau relatif baik. Sektor pertambangan dan pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian Sulawesi Tenggara masih menunjukkan pertumbuhan yang positif walau pertumbuhan sektor pertambangan sedikit lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.

Sektor pengolahan menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang signifikan dengan mencatatkan pertumbuhan double digit, namun di sisi lain perlambatan sektor akomodasi yang seharusnya menjadi nilai jual Sulawesi Tenggara perlu menjadi perhatian.

Kepala KPwBI Sultra, Suharman Tabrani, mengatakan dampak perlambatan perdagangan internasional terutama adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Hal tersebut dikarenakan komoditas utama ekspor Sultra adalah hasil pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan) dengan pangsa mencapai 98,2 persen yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan mesin yang termasuk dalam komoditas terdampak perang dagang.

Ketergantungan terhadap nikel semakin memberikan risiko yang cukup besar karena fluktuasi harga nikel dunia yang sangat dipengaruhi oleh permintaan dunia.

“Pada akhir triwulan II 2019, nilai ekspor feronikel Sultra masih melanjutkan kecenderungan menurun sejak triwulan II 2018 dan mencatatkan pertumbuhan sebesar 91,8 persen (yoy) dengan nilai sebesar USD434 juta,” ujar Suharman, Kamis (17/10/2019).

Lanjut Suharman, berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan II 2019 secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi terpantau dalam kondisi yang solid. Pada periode pelaporan persentase responden yang menyatakan kondisi likuiditas perusahaan dalam kondisi baik terjaga dari 32,7 persen pada triwulan lalu menjadi 31,3 persen pada triwulan ini.

“Jumlah responden yang menyatakan kondisi likuiditas perusahaan cukup tercatat 60,0 persen pada periode laporan, relatif sama dengan pangsa triwulan lalu yang tercatat sebesar 60,7 persen. Sementara itu, terdapat sedikit peningkatan tekanan terlihat dari meningkatnya responden yang menyatakan kondisi likuiditas perusahaan berada pada kondisi yang buruk untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya dari 6,7 persen
pada triwulan I 2019 menjadi 8,7 persen pada triwulan II 2019,” jelas Suharman.

Dari sisi kondisi rentabilitas, keuangan korporasi juga terpantau dalam kondisi yang solid. Pada periode pelaporan persentase responden yang menyatakan kondisi rentabilitas perusahaan dalam kondisi baik mengalami penurunan dari 32,7 persen, pada triwulan lalu menjadi 25,3 persen. Jumlah responden yang menyatakan kondisi rentabilitas perusahaan cukup meningkat drastis dari 58,7 persen pada periode lalu menjadi 66,7 persen pada periode pelaporan.

“Selain itu, penurunan tekanan juga terlihat dari turunnya responden yang menyatakan kondisi rentabilitas perusahaan berada pada kondisi yang buruk dari 8,7 persen pada triwulan I 2019 menjadi 8,0 persen pada triwulan II 2019,” tutupnya.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan