Tenun Tradisional Masalili Muna Terus Dikembangkan

  • Bagikan
Kepala BI Sultra, Suharman Tabrani, Ketua Dekranas Sultra Agista Ariani Ali Mazi, Kepala OJK Sultra Muhamad Fredly Nasution, Ketua Dekranas Kota Kendari Sri Lestari Zulkarnanin serta beberapa desainer dan model fashion show. (Foto:Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala BI Sultra, Suharman Tabrani, Ketua Dekranas Sultra Agista Ariani Ali Mazi, Kepala OJK Sultra Muhamad Fredly Nasution, Ketua Dekranas Kota Kendari Sri Lestari Zulkarnanin serta beberapa desainer dan model fashion show. (Foto:Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTAKINI.COM: KENDARI – Salah satu kekayaan budaya Sulawesi Tenggara (Sultra), yakni kain tenun. Hasil kerajinan tangan Sultra yang ini telah dikenal luas hingga ke mancanegara. Dan salah satu desa penghasil tenun terbaik yaitu Desa Masalili, Kabupaten Muna.

Melihat potensi tersebut, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sultra bekerjasama dengan berbagai pihak terkait memberdayakan wanita Desa Masalili untuk mengembangkan Tenun Masalili sebagai kekuatan ekonomi lokal.

“Pengembangan ini bertujuan agar tenun Masalili dapat memberi dampak dan manfaat yang lebih besar untuk masyarakat. Dengan pengembangan tenun Masalili, diharapkan agar kearifan lokal dapat lebih dikenal dan diteriman oleh masyarakat yang lebih luas sehingga keragaman budaya Sultra berupa tenun dapat menambah warna di level nasional maupun internasional,” tutur Kepala BI Sultra, Suharman Tabrani saat acara fashion show busana muslimah dengan menggunakan tenun Masalili di Kendari, Selasa (21/5/2019).

Untuk mengembangkan Tenun Masalili, kata Suharman, pihaknya bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Muna, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Muna, Dinas Pariwisata Kabupaten Muna serta PT. BPD Sulawesi Tenggara Cabang Raha telah menandatangani MoU Local Economic pada Oktober 2018 lalu.

“MoU tersebut mencakup antara lain sisi penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas, motif, desain dan pemasaran,” ungkap, Tabrani.

Selain itu, BI Sultra juga akan memberikan bantuan berupa alat tenun bukan mesin (ATBM), mesin jahit dan alat-alat tenun lainnya kepada pengrajin tenun di Desa Masalili.

Suharman Tabrani mengatakan di Sultra, tenunan Desa Masalili diminati karena memadukan nilai sejarah dengan perkembangan jaman.

“Sebagai desa yang memiliki penduduk sebanyak 1313 jiwa dari 353 kelapa keluarga, Desa Masalili memiliki kurang lebih 250 perempuan yang memiliki keterampilan dan berprofesi sebagai penenun,” ujarnya.

Untuk diketahui, busana yang digunakan dalam fashion show menggunakan tenun Masalili sebagai bahan utama dan dirancang langsung oleh Agista Ariani Ali Mazi, Wignyo Rahadi, Irma Intan dan desainer Dekranas Kabupaten Muna.

Laporan: Wa Rifin
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan