Umar Bonte: Aktivis Saat Ini Cari Popularitas

  • Bagikan
Narasumber dialog kelembagaan, masing-masing dari kanan ke kiri, La Ode Umar Bonte, M Djufri Rachim, dan Hamdani Piabang, serta moderator Jumwal Saleh.

SULTRAKINI.COM: Anggota DPRD Kendari, La Ode Umar Bonte menilai pergerakan mahasiswa telah mengalami pergeseran nilai. Pada masa ia menjadi aktivis mahasiswa di awal tahun tahun 2000-an, pergerakan dilandasi oleh panggilan nurani karena melihat adanya sistem yang tidak pro kepentingan rakyat, namun dewasa ini pergerakan aktivis berubah orientasi.

“Saat ini aktivis lebih berorientasi pada mencari popularitas untuk kepentingan tertentu,” kata Umar yang mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Halu Oleo, pada acara dialog kelembagaan bertema pola pergerakan dalam mencegah perilaku kekerasan saat menyampaikan tuntutan dalam unjuk rasa, Jumat (17/6/2016) sore.

Guna mencapai keinginan tersebut, kata Umar, mahasiswa saat ini dengan mudahnya membuat panggung untuk ajang aktualisasi dirinya.

Selain Umar, tampil sebagai pembicara dalam forum yang dihadiri mahasiswa dan mantan aktivis di Kota Kendari adalah Hamdani Piabang dari Kesbangpol Provinsi Sulawesi Tenggara dan M Djufri Rachim dari Universitas Nahdlatul Ulama Sultra (Unusra).

Dialog dipandu Jumwal Saleh, Wakil Direktur Harian Berita Kota Kendari, berlangsung hingga saat buka puasa bersama. Hadir pula Ketua Ombudsman Sultra Muhammad Aksah, serta jajarannya.

M Djufri Rachim, mantan aktivis mahasiswa di era awal 90-an menilai pergeseran nilai-nilai gerakan juga dipengaruhi oleh kondisi sosial politik bangsa Indonesia. Jika di era Orde Baru pergerakan mahasiswa mengedepankan idealisme karena memang saat itu saluran untuk kepentingan masyarakat tertutup.

“Di era sekarang kanal-kanal pengaduan warga sudah terbuka resmi, seperti ombudsman, komisi informasi, dan lain-lain. Dengan demikian maka sistem yang tidak pro rakyat sudah terbagi penanganannya, tidak lagi mengharapkan pergerakan mahasiswa semata,” kata Djufri.

Untuk mempertahankan eksistensi gerakan maka mahasiswa kemudian “memungut” sisa-sisa isu yang tidak bisa tersalur lewat kanal resmi tersebut.

Djufri melihat, gerakan mahasiswa dewasa ini terbagi dua, masih ada yang memang karena dilatari murni idealisme dan ada pula pergerakan yang dimuati kepentingan tertentu. “Jadi tinggal dianalisis isu atau tema gerakannya, dengan mudah dapat ditebak,” kata Djufri lagi.

Sementara itu, Hamdani Piabang, mengingatkan gerakan mahasiswa saat ini dapat dengan mudah disusupi oleh tangan-tangan tak kentara. Lebih parah lagi gerakan anarkis seperti terorisme, Gafatar, atau bahkan ISIS bisa menyusup dengan mudah sehingga mahasiswa perlu waspada.

Ketua Jaringan Indonesia (JARI) Kota Kendari, Zainal Abidin, dalam pembukaan dialog menjelaskan diskusi dimaksudkan untuk menghimpun pemikiran tentang pola-pola gerakan mahasiswa guna disinergikan dengan gerakan-gerakan sosial untuk kepentingan positif bagi bangsa dan negara. (frirac)

  • Bagikan