Untuk Apa Pengajar BIPA di Sultra?

  • Bagikan
Ari Kusmiatun membawakan materi di Pelatihan Pembelajaran BIPA di Aula Kantor Bahasa Sultra, Selasa (5/3/2019). (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)
Ari Kusmiatun membawakan materi di Pelatihan Pembelajaran BIPA di Aula Kantor Bahasa Sultra, Selasa (5/3/2019). (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Salah satu pemateri pada Pelatihan Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing yang diadakan Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (Sultra) adalah Ari Kusmiatun, dosen di Universitas Negeri Yogyakarta. Dia juga pengajar BIPA di kampus tersebut.

Di hadapan peserta pelatihan, Kusmiatun turut mengupayakan tercapainya visi BIPA, yakni membawa bahasa Indonesia dikenalkan di dunia juga di Indonesia sendiri. Artinya, bahasa Indonesia sebagai soft diplomasi bagi Indonesia di kancadunia melalui pengenalan bahasa.

Kusmiatun memberikan materi tentang wawasan keindonesiaan dan pembelajaran budaya dalam BIPA, serta metodologinya kepada peserta pelatihan asal Sultra di Aula Kantor Bahasa Sultra.

Kenapa wawasan keindonesiaan? Kata dia, materi pengembangan tersebut salah satu bekal peserta ketika menjadi pengajar BIPA, sehingga mereka juga dibekali strategi dan media pengajaran BIPA serta evaluasi dan praktik pengajaran selama pelatihan.

Peserta menerima materi berbentuk game di Pelatihan Pembelajaran BIPA Aula Kantor Bahasa Sultra, Selasa (5/3/2019). (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)
Peserta menerima materi berbentuk game di Pelatihan Pembelajaran BIPA Aula Kantor Bahasa Sultra, Selasa (5/3/2019). (Foto: Intan Juwita/SULTRAKINI.COM)

Alasan lain ditambahkannya, pengajar BIPA harus memiliki wawasan tentang Indonesia yang materinya dikolaborasikan dengan unsur kebudayaan. Bahasa dan budaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Dia pun menekankan syarat menjadi pengajar BIPA, yaitu mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan memiliki kompetensi bahasa yang bagus, setidaknya pernah mengikuti pembekalan BIPA seperti diadakan Kantor Bahasa Sultra.

“Pelatihan tentang BIPA telah dilakukan sejak lama, namun di Sultra gaung ke-BIPAan belum terlalu bergema. Harapannya, kegiatan tentang BIPA di Sultra dapat terbentuk pengenalan BIPA lebih baik, sehingga bisa berkembang di Sultra,” ucap Kusmiatun kepada Sultrakini.com, Selasa (5/3/2019).

Menurutnya, sudah waktunya warga Sultra menjadi pengajar BIPA. Sebab, di ‘Bumi Anoa’ ini banyak orang asing yang perlu diberi pengantar ke-BIPAan. Kedatangan mereka tidak sebatas berwisata, tetapi untuk tujuan lainnya. Melalui BIPA, komunikasi warga lokal dengan mereka bisa terjalin secara efektif.

“Saya pikir BIPA harus ada di setiap wisata, termasuk Sultra. Teman-teman di sini pasti punya potensi besar karena Sultra punya kebudayaan yang cukup bagus, unik, dan menjadi modal mengenalkan Indonesia. Harapannya, BIPA dapat berkembang dengan baik di Sultra,” terangnya.

(Baca: Membuka Peluang Warga Sultra menjadi Pengajar BIPA)

Laporan: Intan Juwita
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan