Wali Kota Kendari Utus Timsus Tangani Banjir di Wanggu

  • Bagikan
Banjir di permukiman sekitaran Sungai Wanggu, Kota Kendari pada Juni 2018. (Foto: Dok.SULTRKAINI.COM)
Banjir di permukiman sekitaran Sungai Wanggu, Kota Kendari pada Juni 2018. (Foto: Dok.SULTRKAINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Pemerintah Kota Kendari kembali berupaya menangani banjir di sekitaran Sungai Wanggu, Kelurahan Lepo-lepo, Kota Kendari. Wali Kota Kendari, Sulkarnain Kadir membentuk tim khusus penanggulangan bencana guna berdialog dengan warga di sekitaran Wanggu.

“Ya kan banyak pilihan, bisa relokasi, pembebasan lahan atau bentuk lain. Kita ajak masyarakat diskusi bersama cari solusi mudah-mudahan nanti ada titik temu,” ucap Sulkarnain Kadir, Jumat (21/6/2019).

Tawaran Pemkot Kendari terhadap warga di sekitarn Kali Wanggu, yaitu merelokasi mereka ke Kelurahan Purirano, Kecamatan Kendari, Kota Kendari, namun ditolak warga. Akhirnya, hingga kini, warga setempat menjadi langganan banjir setiap tahunnya atau di kala penghujan. Serta terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat di pinggiran jalan.

(Baca: Mendirikan Bangunan di Kawasan Wanggu Ternyata Dijelaskan dalam Perda)

“Saya tahu sebelumnya rencana relokasi ini ditolak, sehingga kita tawarkan pembebasan lahan, masyarakat diberikan kebebasan memilih tempat domisili. Nanti kita tugaskan tim khusus untuk turun berdialog dengan masyarakat di sana (sekitaran Wanggu). Nanti kita diskusikan maunya masyarakat seperti apa, kita sinkronkan dengan kemampuan daerah apakah itu solusi yang baik dan tuntas,” jelas Sulkarnain.

Menteri Sosial RI, Agus Gumiwang Kartasasmita sebelumnya meninjau pengungsi korban banjir Sungai Wanggu pada Rabu, 12 Juni 2019. Masyarakat meminta kepada menteri untuk tidak direlokasi, melainkan dibuatkan rumah panggung. Namun wali kota Kendari menilai hal ini bukan solusi yang tepat.

(Baca: Mensos RI Meninjau Korban Banjir Sungai Wanggu)

“Kalau masyarakat minta dibangunkan rumah panggung, saya kira itu bukan solusi karena walaupun rumahnya ditinggikan, airnya tetap datang. Misalnya, ditinggikan tiga meter aksesnya kemana, tetap saja judulnya banjir,” tambahnya.

Menurut salah satu ketua RT di sekitaran Wanggu, La Bere, warganya tidak persoalkan tawaran pembebasan lahan, asalkan tercapai kesepakatan bersama antara warga dengan Pemkot. Di satu sisi, pembuatan rumah panggung adalah pilihan yang tepat. Termasuk solusi memperbaiki tanggul dan pengerokan sungai.

“Kalau pembebasan lahan yah tidak apa-apa dengan catatan kesepakatan, masyrakat juga tidak mau kalau harga rumah dan tanahnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. (Adv)

Laporan: Ade Putri
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan