BI Sultra Komitmen Membangun Digitalisasi Transaksi dan Green Economy Pulihkan Ekonomi

  • Bagikan
Pertemuan Tahun Bank Indonesia 2021 (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Pertemuan Tahun Bank Indonesia 2021 (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 menyampaikan komitmen dan kebijakan dalam membangun pertumbuhan ekonomi Sultra melalui digitalisasi transaksi dan green economy.

Berada pada masa industri 4.0 dan pandemi yang terjadi mengakselerasi transformasi digital diseluruh aspek kehidupan. BI turut berperan aktif dalam akselerasi transformasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital antara lain melalui digitalisasi transaksi.

Dari sisi transaksi masyarakat, BI Sultra terus mendorong pemanfaatan Quick Response Code Indonesian Standards (QRIS) sebagai media pembayaran digital yang contactless dan cemumuah (cepat, mudah, murah, aman dan handal) melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan upaya digitalisasi transaksi.

Bersinergi dengan pemerintah daerah, perbankan dan PJSP, BI Sultra telah melakukan digitalisasi transaksi berbasiskan QRIS untuk pembayaran tagihan PDAM, transaksi di pasar tradisional yang dimulai dari Paddy’s Market Kota Kendari, transaksi pariwisata diberbagai spot antara lain Pantai Nambo, Tanjung Malaha dan Wakatobi, serta transaksi di rumah ibadah.  

Deputi Kepala Perwakilan-Tim Perumusan dan Implementasi Kebijakan dan Keuangan Daerah Bank Indonesia (BI) Sultra, Taufik Ariesta Ardhiawan, melaporkan per Oktober 2021, BI Sultra telah mendorong pemanfaatan QRIS dengan total 67.773 merchant di seluruh Sultra. Namun selain mendorong transaksi non-tunai di masyarakat, BI Sultra juga turut mendorong implementasi elektronifikasi transaksi pemerintah (ETP). 

“Dalam mendukung hal tersebut dan sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, BI Sultra mendukung pembentukan Tim Percepatan & Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) sebagai wadah untuk mengakselerasi digitalisasi di daerah. Dapat kami sampaikan bahwa saat ini di Sultra telah terbentuk seluruh TP2DD yaitu 18 Pemda yang ada di Sultra,” terang Taufik, Rabu (24/11/2021).

Selanjutnya kebijakan BI membangun ekonomi yakni melalui green economy. Terpantau selama 2021 harga ikan relatif tinggi disebabkan cuaca ekstrim yang terjadi, namun pembiaran dapat berdampak buruk pada perubahan iklim lebih ekstrim yang dapat menimbulkan gejolak output yang dapat mendorong inflasi dan pada akhirnya mengganggu pertumbuhan ekonomi Sultra. 

Karenanya, selain terus mendorong kinerja lapangan usaha pertambangan dan hilirisasi industri, BI perlu mendorong new engine of growth yang selaras dengan Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang sudah menjadi fokus dunia sejak Paris Agreement. 

“Dengan ekonomi hijau, kita bisa lepas dari middle income trap dan menjadi negara maju. Kami juga menekankan perlunya mendorong ekonomi hijau, karena ke depannya tanpa praktik ekonomi hijau maka kita akan dikecualikan dari perdagangan internasional,” papar Taufik.

Pengembangan ekonomi rendah karbon sudah menjadi agenda nasional karenanya di level Provinsi,  diperlukan sinergi dan kolaborasi antar otoritas sedini mungkin untuk meraih Sultra Emas. Beberapa sektor unggulan Sultta seperti pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata merupakan beberapa sektor yang dapat dikembangkan selaras dengan prinsip Ekonomi Hijau. 

BI berkomitmen untuk terus berkolaborasi dan berkontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berwawasan lingkungan, serta inklusif secara sosial melalui berbagai upaya pengembangan UMKM dan Klaster maupun ekonomi dan keuangan syariah. Pola pembinaan klaster UMKM yang difokuskan pada klaster yang berorientasi pada ketahanan pangan dan potensi perekonomian lokal. 

BI Sultra juga telah melakukan pembinaan klaster di sektor pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan dengan metode digital organic farming untuk beberapa komoditas yaitu padi organik di Dampala Jaya (Buton Utara), Mokupa (Kolaka Timur) dan Amohalo (Kota Kendari), Bawang Merah di Totallang (Kolaka Utara), kopi di Amotowo (Konawe) serta kakao di Tinete (Kolaka Timur). 

“Sedangkan untuk mendorong sustainable fishery, kami juga mengembangkan klaster perikanan di Kota Kendari dan kami juga telah mendorong pengembangan eco-tourism melalui pengembangan desa wisata malaha (Kolaka) serta klaster tenun di Masalili (Muna) dan Pajam (Wakatobi),” ungkap Taufik.

Di sisi yang lain, agar pelaku usaha di Sultra dapat menjadi bagian digital value chain, BI Sultra terus mendorong UMKM Sulawesi Tenggara untuk dapat bergabung dengan digital marketplace melalui program On Boarding UMKM. 

Selain itu bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya, kelompok Wirausaha Baru Indonesia (WUBI) serta UMKM Mitra Bank Indonesia telah membentuk platform e-commerce lokal, yaitu AYOMIBELI.COM sejak tahun 2020.

“Selanjutnya pada kesempatan ini kami juga menyampaikan bahwa sebagai bagian staregic advisory BI Sultra dalam pengembangan UMKM Sultra, kami telah menyusun Kajian Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan dari seluruh daerah di Sultra yang kami harapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam penentuan prioritas daerah untuk pengembangan potensi UMKM lebih lanjut,” jelasnya.

Sementara itu, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong ekonomi syariah dan kemandirian ekonomi pesantren, telah dilakukan rangkaian edukasi dan kampanye ekonomi syariah di Sulawesi Tenggara bersama Masyarakat Ekonomi Syariah, MUI, perbankan dan pihak terkait lainnya.

Dikesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Provinsi Sultra, Nur Endang Abbas, menyampaikan apresiasi kepada BI Sultra yang telah membantu UMKM-UMKM di Sultra untuk dapat memasarkan produk secara luas melalui digitalisasi program on boarding akses pada ecommerce maupun platform digital serta menjembatani pemasaran keluar negeri.

“Meri kita bersama sama mendorong UMKM-UMKM di Sultra untuk dapat bergabung dan mongoptimalkan digitalisasi untuk meningkatkan kapasitas usahanya,” kata Nur Endang. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan