BI Sultra Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 Diatas Nasional 5,5 Persen

  • Bagikan
Kepala KPwBI Sultra, Bimo Epyanto (tengah).(Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala KPwBI Sultra, Bimo Epyanto (tengah).(Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Perekomian Sulawesi Tenggara diperkirakan tumbuh lebih baik pada 2022 selaras dengan pemulihan ekonomi nasional dan global serta terus meningkatnya aktivitas dan konsumsi masyarakat seiring penanganan Covid-19 yang lebih baik dan pembangunan infrastruktur yang mendukung kinerja ekonomi lebih tinggi.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulawesi Tenggara memprediksi pertumbuhan ekonomi Sultra di 2022 ini lebih tinggi dibanding nasional. Secara nasional pertumbuhan ekonomi menyentuh angka 4,7 persen sampai 5,5 persen (yoy). 

Kepala KPwBI Sultra, Bimo Epyanto, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Sultra telah menunjukkan pertumbuhan yang positif, di triwulan III-2021 ekonomi tumbuh 3,97 persen (yoy), lebih tinggi daripada nasional yang tercatat 3,51 persen (yoy). 

“Sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional perekomian Sultra diperkirakan tumbuh positif di tahun 2022, sejak 2021 selaras membaiknya aktivitas dan daya beli masyarakat dengan proyeksi ekonomi nasional sepanjang tahun itu sebesar 3,2 persen sampai 4,0 persen (yoy) dan di Sultra pertumbuhannya diproyeksikan lebih tinggi di banding 2020,” ungkap Bimo saat Bicang-bincang Bareng Media di Kendari, Jumat (7/1/2022).

Pertumbuhan tersebut didorong dari sisi penawaran, yakni perbaikan pertumbuhan yang terjadi pada Lapangan Usaha (LU) pertambangan, LU konstruksi, dan LU perdagangan dan disisi permintaan adanya perbaikan pertumbuhan pada komponen PMTB.

“Meskipun demikian, terjadi perlambatan pertumbuhan LU industri pengolahan dan penurunan kinerja LU pertanian menjadi faktor penahan pertumbuhan ekonomi,” ujar Bimo.

Adapun yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sultra di 2022, yakni:

1. Membaiknya kondisi mitra dagang sultra yaitu Tiongkok yang terlihat dari perkiraan indeks PMI Manufaktur Tiongkok pada 2022 sebesar 51.30 poin yang di perkirakan dapat menarik perbaikan kinerja tambang dan industri pengolahan Sultra.

2. Penyelenggaraan event di Sultra yang sebelumnya tertunda dan di jadwalkan kembali secara offline pada tahun 2022 yang di perkirakan akan mendorong kinerja konsumsi

3. Membaiknya konsumsi masyarakat yang mendorong perbaikan kinerja perdagangan selaras dengan percepatan vaksinasi dosis lengkap dan perkembangan Covid-19 yang semakin melandai. 

4. Berlanjutnya proyek pembangunan fisik pemerintah, realisasi investasi beberapa pelaku usaha sektor pengolahan nikel.

5. Beroperasinya bendungan Ladongi yang berpotensi berdampak positif bagi sektor pertanian. 

Sementara yang akan menjadi tantangannya, adalah penurunan pagu anggaran dari pemerintah pusat TKDD pada tahun 2022 sebesar -8,62 persen (yoy). 

“Kemudian, adanya varian Omircon yang berpotensi menyebabkan pengetatan PPKM dan pembatasan mobilitas di sejumlah daerah yang berdampak pada tertahannya konsumsi masyarakat secara umum,” terang Bimo.

Selanjutnya, pemberlakuan peraturan pemerintah terkait perikanan yang membatasi operasional kapal >30 GT di wilayah pengelolaan pernikahan perikanan (WPP) 714 yang di jadikan sebagai spawning ground menurunkan jumlah armada kapal bertonase >30 GT serta potensi lanjutan Energy Crunch di Tiongkok yang dapat mendisrupsi perbaikan kondisi ekonomi Tiongkok.

BI juga mencatatkan faktor tumbuhnya ekonomi di 2021, antara lain;

1. Meningkatnya aktifitas, daya beli dan ekspektasi masyarakat sejalan dengan percepatan program vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah dan perkembangan covid 19 yang semakin membaik.

2. Peningkatan investasi sementara untuk pembangunan smelter nikel, pengembangan pabrik aspal, industri pengolahan gula, serta investasi di sektor swasta lainnya.

3. Perbaikan kinerja kontruksi dengan percepatan pembangunan berbagai proyek swasta dan proyek pemerintah.

4. Pemulihan ekonomi global yang berpotensi mendorong perbaikan kinerja ekspor Sultra.

5. Faktor base effect juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara tahunan mengingat kontraksi yang terjadi pada tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.

6. Optimalisasi penyerapan belanja pemerintah baik untuk penanganan covid maupun pembangunan proyek pemerintah.

Kedepan fokus pengembangan BI dalam mendorong perekonomian Sultra; pertama, pengembangan UMKM seperti pengembangan Klaster; Onboarding UMKM; Capacity Building; Business Matching; Penguatan Kelembagaan, dan sebagainya; Sinergi Kegiatan dan pengelenggaraan event yang mendukung.

Kedua, program bangga buatan Indonesia dan karya kreatif Indonesia dengan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah bersinergi bersama stakeholder EkSyar (MUI, Kemenag, BPJPH, BWI, MES, DMI,.Baznas, dan lainnya) dalam berbagai program pengembangan UMKM Syariah; inisiasi gerakan wakaf tunai, pengembangan kemandirian ekonomi pesantren, fasilitasi sertifikasi halal, dan berbagai program pengembangan UMKM Syariah; sinergi penyelenggaran Road To Fesyar.

Ketiga, pengembangan pariwisata pembentukan klaster untuk mendukung pengembangan pariwisata di beberapa daerah di Sultra seperti Tanjung Malaha Kabupaten Kolaka, Desa Pajam Wakatobi; program sosial BI pada beberapa destinasi wisata di Sultra (Labengki, Nambo, Wakatobi, dan lainnya); strategic advisory ke Pemda dalam pengembangan destinasi wisata di Sultra (termasuk KPSN Wakatobi); sinergi penyelenggaraan Bangga Berwisata di Indonesia.

Keempat, mendorong digitalisasi perekonomian perluasan akseptasi QRIS bagi UMKM; on boarding UMKM pada marketplace dan mendorong UMKM terhubung lembaga keuangan formal; mendorong cashless society melalui edukasi dan capacity building; membentuk TP2DD dalam mendorong perluasan implementasi ETP; pilot project pengembangan digital farming pada klaster padi sawah. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan