Oleh: Fitriani S.Pd
(Anggota Revowriter Wakatobi)
Lagi dan lagi. Bom itu meledak lagi. Bukan di Suriah atau di Gaza, melainkan ia terjadi di Indonesia. Ini bukan yang pertama dan terakhir, karena kedepannya bisa terulang lagi. Siapa yang tak geram ketika menyaksikan tragedi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur kemarin (13/05/2018). Dalam sekejap 3 tempat yang bernama gereja itu luluh lantah dan berhasil menewaskan 11 orang dan 41 luka-luka. Bahkan tubuh si pelaku bom bunuh diri terkoyak-koyak potongannya hingga sampai kegenteng rumah tetangga disekitar TKP (Tempat Kejadian Perkara).(Detiknews.com).
Aksi kecaman serta turut berduka cita tentu dengan sekejap mewarnai media online maupun offline negeri. Tak ada satupun yang meridhoi tragedi keji ini. Kepiluan itu semakin menjadi ketika lagi-lagi harus mendapati kenyataan bahwa aksi terkutuk ini melahirkan asumsi bahwa orang mukminlah dalangnya. Entah itu karena ada identitas keislaman yang melekat pada diri pelaku, atau adanya bukti-bukti yang mengaitkan pelaku dengan hal-hal yang identik dengan Islam. Sehingga tentu saja, tudingan negatif ini membuat hati kaum muslim secara keseluruhan bagai teriris-iris sembilu. Pedih dan berdarah-darah. Sakit tak tertahankan.
Bagaimana tidak demikian, pada faktanya Islam tidak pernah mengajarkan perihal bunuh diri dalam situasi dan kondisi apapun. Islam melarang membunuh siapapun tanpa alasan yang dibenarkan secara syar’i, terlebih tindakan itu menyebabkan kematian bagi dirinya sendiri. Adapun jika yang dimaksud ialah jihad, maka jihad dalam Islam tidaklah seperti demikian. Islam sebagai agama yang memiliki seperangkat rule dalam menunaikan segala sesuatu, yang satu diantaranya ialah adab dalam jihad. Sehingga tragedi peledakan bom dan bom bunuh diri kemarin yang katanya untuk menegakkan agama Allah, sejatinya bukanlah hal yang dibenarkan dalam Islam.
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan sesuatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekusaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS. Al-Israa :33)
Lalu bagaimana mungkin tragedi ini diboyong dan di-framing seolah-olah pelakunya ialah teroris yang identik dengan Islam. Apalagi tuduhan keji yang disasarkan kepada Islam bukan baru terjadi hari ini. Gelar teroris biasanya langsung diberikan, jika pelakunya adalah orang yang beragama Islam. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa musuh-musuh Islam tak akan pernah tenang menyaksikan fenomena akhir-akhir ini , dimana telah nampak keinginan dan kerinduan umat pada tegaknya kembali syariat Allah dimuka bumi dalam bingkai Khilafah sebagai solusi atas segudang permasalahan yang menimpa negeri. Sehingga tentu saja, framing-framing negatif tentang Islam kembali di lemparkan, entah itu untuk meragukan kaum muslim sendiri dengan agamanya, atau untuk menciptakan kerusuhan antar umat beragama. Yang pasti endingnya ialah ajaran Islam yang disalahkan.
Sebenarnya jika kita melihat secara mendalam, dalang dari semua ini ialah mereka yang tak pernah suka dengan Islam dan tak pernah ridho ketika Islam kembali berjaya sebagaimana dulu yang pernah terterapkan selama 1300 tahun lamanya.Tudingan-tudingan negatif terhadap Islam akan selalu disematkan. Jihad seolah diidentikan dengan tindakan biadab dan tak berperikemanusiaan. Hingga membuat sebagian orang jadi salah kaprah.
Islam Membawa Kedamaian
Sungguh, telah tercatat dalam sejarah tinta keemasan jika selama belasan abad dalam naungan Khilafah Islam, umat Yahudi dan Nasrani hidup damai didalamnya. Islam memang sangat tegas terhadap kafir harbi yaitu kafir yang jelas-jelas memusuhi Islam. Namun terhadap kafir dzimmi, yaitu mereka yang mau hidup damai dalam daungan Islam dilindungi nyawanya, harta dan tempat beribadatannya. Salah satu coontohnya ialah ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinipel, warga kristen ortodok justru menyambutnya dengan suka cita, karena mereka paham betul, bagaimana Khilafah memperlakukan orang Kristen.
Tentu hal tersebut membuat kita tak bisa mengelak kebenaran jika sepanjang sejarah Khilafah, tak ada satupun teror untuk umat Kristen ataupun agama diluar Islam. Mereka hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah. Tercukupi haq-haqnya dan terjamin keamanannya dalam beribadah. Teror itu justru terjadi hari ini, ketika Khilafah tak lagi ada. Sebaliknya, ajaran Khilafah yang hari ini semakin digaung-gaungkan kehadirannya justru di citra burukkan seolah menjadi bayang-bayang dibalik terorisme. Padahal ini adalah fitnah keji yang semoga saja hemegominya segera tumbang.
Sungguh, Islam adalah rahmatan Lil Alamin yang membawa kesejahteraan untuk seluruh alam semesta, baik ia muslim maupun non muslim.
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107). Wallahu A’lam Bissawab