BPS Ungkap Tenaga Kerja di Sultra Kategori Tertinggi Pertanian dan Status Buruh

  • Bagikan
Kepala BPS Sultra, Agnes Wiadiastuti, saat menyampaikan data status pekerjaan utama penduduk bekerja di Sultra (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)
Kepala BPS Sultra, Agnes Wiadiastuti, saat menyampaikan data status pekerjaan utama penduduk bekerja di Sultra (Foto: Wa Rifin/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kondisi ketenagakerjaan juga berkaitan dengan seluruh lapangan usaha dalam perekonomian. Jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing kategori lapangan usaha menunjukkan kemampuan lapangan usaha tersebut dalam menyerap tenaga kerja.

Data Badan Pusat Satatistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat, berdasarkan lapangan pekerjaan utama pada Agustus 2020, penduduk bekerja di Sultra paling banyak adalah kategori A (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) sebesar 36,71 persen, disusul oleh kategori G (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor) sebanyak 18,36 persen, dan kategori C (Industri Pengolahan) sebesar 8,94 persen.

Dilihat berdasar tren, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja. Kontribusi penyerapan tenaga kerja bergerak fluktuatif antar tahunnya.

Kepala BPS Sultra, Agnes Wiadiastuti, mengatakan selama Agustus 2019 – Agustus 2020, dua lapangan usaha yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja terbesar adalah kategori DE (Pengadaan Listrik dan Gas dan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang) sebesar 37,94 persen poin dan kategori G (Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor) sebesar 7,33 persen poin.

“Selain lapangan usaha yang tidak mengalami kenaikan presentase ada juga lapangan usaha yang mengalami penurunan persentase penduduk bekerja terbanyak adalah kategori JKLMN (Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estat, dan Jasa Perusahaan) sebesar 16,99 persen poin,” ungkap Agnes, Kamis (5/11/2020).

Sementara penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama. Dari seluruh penduduk bekerja di Sultra status pekerjaan utama yang terbanyak pada Agustus 2020 adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai (32,26 persen), diikuti status berusaha sendiri (20,03 persen), pekerja keluarga/tidak dibayar (19,72 persen), dan status berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar (19,23 persen).

Kemudian penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap memiliki persentase yang paling kecil, yaitu sebesar
3,15 persen.

Dalam setahun terakhir, persentase penduduk bekerja dengan status buruh/karyawan/pegawai, berusaha dibantu buruh tetap/dibayar, dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/pekerja keluarga/tidak dibayar mengalami penurunan, dimana persentase penurunannya masing-masing sebesar 1,09 persen poin, 0,95 persen poin, dan 0,70 persen poin.

“Untuk persentase penduduk bekerja yang mengalami kenaikan adalah pekerja keluarga/tidak dibayar (1,75 persen poin), pekerja bebas (0,52 persen poin), dan berusaha sendiri (0,46 persen poin),” ujarnya.

Secara sederhana, kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerja formal mencakup status berusaha dengan dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan/pegawai, sedangkan sisanya termasuk pekerja informal.

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka penduduk bekerja pada Agustus 2020 di Sultra sebanyak 35,41 persen bekerja pada kegiatan formal dan 64,59 persen bekerja pada kegiatan informal.

Persentase pekeja formal dan informal menunjukkan tren yang berfluktuatif semenjak Agustus 2018, pekerja formal pada tahun 2018 sebesar 36,91 persen
kemudian meningkat menjadi 37,45 persen pada tahun 2019 dan menurun pada tahun 2020 menjadi sebesar 35,41 persen.

Sedangkan pekerja informal pada tahun 2018 sebesar 63,09 persen kemudian menurun menjadi 62,55 persen pada tahun 2019 dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 64,59 persen.

“Kenaikan persentase pekerja informal menunjukkan bahwa masyarakat Sultra yang terkena dampak pandemi Covid-19 berusaha bertahan secara ekonomi,” ungkapnya. (B)

Laporan: Wa Rifin
Editor: Hasrul Tamrin

  • Bagikan