Buat Anak Bahagia Itu Penting, Ini Tipsnya Buat Orang Tua

  • Bagikan
Sumber Gambar : Majalahkartini.co.id
Sumber Gambar : Majalahkartini.co.id

SULTRAKINI.COM: Membahagiakan anak adalah hal yang sangat diinginkan orang tua. Jika kita sebagai orang tua sudah memahami cara menjalani hidup dengan bahagia, otomatis anak pun akan bahagia.

Konselor anak dan remaja personal Growth Ghianina Armand dan Kantiana Taslim, menjelaskan terdapat sejumlah cara bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental anak dan membuat bahagia. Menurut mereka, orang tua merupakan kunci kesehatan mental anak yang utama.

Yang namanya untuk anak, sebagian besar orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk mereka. Orang tua bisa membuat anak bahagia dengan cara menciptakan lingkungan ramah anak, yaitu:

1. Nilai moral
Kita sebagia orang tua perlu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak sejak usia dini. Nilai moral yang diajarkan pada anak-anak sejak usia dini akan menggiring anak tumbuh dewasa. Nilai moral juga menjadi landasan bagi anak berperilaku dan bertindak.

2. Memberikan perhatian
Orang tua harus memberikan perhatian pada semua aspek perkembangan anak, seperti pendidikan, pertemanan, aktivitas sosial, dan penggunaan teknologi.

“Menyediakan waktu yang berkualitas juga sangat penting agar hubungan dan kedekatan orang tua dengan anak tetap kuat dan kukuh. Hubungan yang kuat antar-keduanya sangat mempengaruhi kesehatan mental sang anak,” ucap psikologi Kantiana Taslim kepada CNNIndonesia.com, Rabu 20 November 2019.

Bagi seorang anak, perhatian dari orang tua memiliki arti yang sangat penting. Perhatian akan membuat jiwa anak menjadi kaya, merasa dihargai, dan dianggap penting.

3. Orang tua harus peka
Peka itu berarti seseorang peduli terhadap orang di sekitarnya, mulai dari hal kecil sampai besar, mulai dari terlihat maupun tidak terlihat. Kepekaan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan anak.

Orang tua harus tahu dan mengenal jika anak sedang mengalami masalah karena kebanyakan anak tidak mau menceritakan masalahnya kepada orang tua. Misalnya, jika anak terlihat sering sedih, murung, dan tidak bersemangat. Kita sebagai orang tua secara perlahan menanyakan kepada anak tentang apa yang meraka alami dan rasakan. Lalu kita dengarkan keluhanan anak tersebut.

“Jika anak tidak mau menceritakan, berikanlah waktu dan ruang, dan dicoba lagi di saat anak kira-kira sudah siap untuk bercerita,” ucap Ghianina.

4. Orang tua harus bersikap terbuka
Orang tua harus terbuka dan mendengarkan keluhan yang dimiliki anak. Orang tua bisa memberikan saran sesuai kebutuhan anak. karena dapat membantu meringankan keluhan anak.

Jika orang tua merasa kondisi anak memburuk dan tidak tahu bagaimana lagi untuk membantunya, orang tua disarankan untuk merujuk anak untuk melakukan konseling dengan profesional.

5. Lingkungan yang aman
Masa eksplorasi anak perlu didukung dengan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Lingkungan hidup yang aman seperti rumah dan sekitarnya dapat membuat anak marasa aman dan terlindungi. Karena linkungan yang aman akan mengurangi perasaan khawatir, cemas dan takut. Meskipun lingkungan rumah aman, kita juga harus tetap mendampingi anak.

6. Kontrol teknologi
Perkembangan teknologi yang cepat, bagi sebagian besar orang tua, bak dua mata pisau. Jika kita tidak bisa mengawasi, pengaruh negatifnya akan mengganggu proses tumbuh kembang anak.

Penting bagi orang tua untuk memiliki kontrol terhadap penggunaan media teknologi pada anak. Orang tua bisa memantau tontonan dan media yang dilihat oleh anak. Agar mengurangi dampak negatif terhadap sikap, perilaku, dan kesehatan mental anak.

7. Kepercayaan
Tahukah Anda, kepercayaan yang diberikan penuh kepada anak merupakan modal besar dalam kemampuan tumbuh kembang anak. Orang tua perku menyediakan ruang, kebebasan dan kepercayaan kepada anak.

Kepercayaan yang diberikan kepada anak bisa membantu meningkatakan resiliensi dan kempuan pemecahan masalah.

“Jika anak terlalu dikekang dan diharapkan untuk mengikuti apa yang orang tua mau, akan meningkatkan kemungkinan anak tersebut untuk memberontak yang dapat berdampak negatif terhadap hubungan anak dan orang tua, dan pada akhirnya malah melakukan perilaku yang tidak diharapkan,” ucap ahli psikologi terapan, Ghianina Armand.

Sumber : CNN Indonesia

Laporan: Ilam Sari

  • Bagikan