Buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra Diharapkan ‘Masuk’ Sekolah

  • Bagikan
Buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra, Sabtu (27/4/2019). (Foto: Ade Putri/SULTRAKINI.COM)
Buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra, Sabtu (27/4/2019). (Foto: Ade Putri/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara menerbitkan buku berjudul Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra. Hasil bedah buku tersebut, disarankan bisa dimiliki semua sekolah di Sultra.

Tim beda buku menyarankan, buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra periode 1985-2015 wajib dimiliki setiap sekolah.

“Buku ini sangat bagus, baik untuk pelajar, mahasiswa bahkan masyarakat yang ingin mengetahui perkembangan puisi,” ujar salah seorang tim bedah buku, Mahdi, Sabtu (27/4/2019).

Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra merupakan buku hasil penelitian yang dikerjakan pada 2015-2017. Tahun 2015 menjadi masa pengumpulan data yang bersifat kepustakaan maupun lapangan. Pemerolehan data juga menggunakan wawancara informan.

Hasil pengolahan data, sejarah puisi di Sultra terbagi dalam tiga periode, yaitu 1985-1995, 1995-2005, dan 2005-2015. Dalam mengetahui sambutan pembaca terhadap puisi di Sultra, penyusun buku menggunakan teori Resepsi Sastra dari Hans Robert Jauss.

Buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra berisi rangkaian sejarah perkembangan puisi di ‘Bumi Anoa’ ini, serta memuat biografi para penyair dari ketiga periode perkembangan puisi di atas.

Misalnya, periode 1985-1995 Laode Arie Yanna, periode 1995-2005 Abdul Razak Abadi, dan periode 2005-2015 Wa Ode Nur Iman.

Sejumlah puisi para penyair selama periode tersebut, terlampir dalam ‘Bacaan Pilihan’ buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra.

Bagian lain dalam buku ini adalah peristiwa sastra, lembaga atau komunitas sastra, media cetak, media internet, terbitan, manuskrip, penerbit, fakultas/prodi sastra, dan akademisi sastra yang tersebar di Sultra.

Bedah buku Perkembangan Puisi Indonesia di Sultra, dihadiri pihak Kantor Bahasa Sultra, sejumlah guru dari sekolah di Kota Kendari, Duta Rumah Belajar, komunitas sastra, sejumlah penyair, dan mahasiswa. (Adv)

Laporan: Ade Putri
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan