SULTRAKINI.COM: KENDARI – Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Kendari bersama Forum UMKM IKM Sultra serahkan bantuan alat cetak batako dan pavin blok kepada calon binaan wirausaha di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Sebanyak 10 orang calon binaan wirausaha mendapatkan bantuan berupa alat cetak dan uang tunai pembinaan pembuatan batako dan paving blok dengan memanfaatkan hasil pembakaran batu bara atau fly ash dan bottom ash (FABA) PLTU NII Tanasa.
Ketua Forum UMKM IKM Sultra, Abdul Hakim, mengatakan, bantuan alat cetak batako ini merupakan bantuan dari YBM PLN UPTDK 3 Kendari bermitra dengan forum UKM untuk memberikan bantuan peralatan kepada calon-calon wirausaha yang telah dilakukan pelatihan di BLK Kendari.
“Kami dari forum IKM mendorong, membina, dan memotivasi adik-adik calon pengusaha yang sudah dilatih supaya betul-betul bisa jadi wirausahawan,” kata Abdul Hakim, Kamis (25 Agustus 2022).
Ia menambahkan, pihak UKM hanya mendorong semangat anak muda dengan memberikan alatnya, sehingga mampu berkembang menjadi wirausaha.
“Cukup sediakan tempat. Bahkan kita juga sudah mencetakkan spanduk dan nama usahanya atau nama brand para pengusaha ini,” ucapnya.
Lelaki yang bergelut di dunia properti tersebut, menuturkan, pemberian bantuan ini hanya sebagai langkah awal menciptakan wirausaha. Ke depan, ia berharap bisa bermitra dengan Dinas Koperasi UKM atau dinas-dinas lain untuk menumbuhkan wirausaha-wirausaha muda di Sultra.
“Kita berharap para penerima bantuan ini bisa memanfaatkan peralatan yang sudah kita berikan. Juga diharapkan bisa mengurangi kesenjangan sosial dam mengurangi pengangguran,” harapnya.
Sementara itu, perwakilan Manager PLN UPDK Kendari, Rudi, mengungkapkan, pemanfaatan FABA sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, bahwa FABA bukan lagi sebagai limbah B3 tetapi masuk pada limbah non-B3 terdaftar. Sehingga menjadi kewajiban PLN agar limbah tersebut tidak menimbulkan masalah.
“FABA yang digunakan sebagai bahan baku ini bukan lagi masuk pada kategori limbah, tapi dapat dimanfaatkan. Saya harap ini bisa menjadi inovasi baru yang dapat dimanfaatkan dengan baik,” jelasnya.
Campuran untuk pembuatan batako dan paving blok itu sendiri (FABA), lanjut dia, mampu dihasilkan PLTU NII Tanasa dari hasil pembakaran batu bara dalam sehari sebanyak 15 hingga 20 ton. Dengan jumlah ini, maka akan sangat membantu para pelaku usaha mikro dan menengah untuk memajukan perindustrian Sultra.
“Kami sangat bersyukur jika FABA dapat dimanfaatkan dan berguna bagi para pelaku usaha,” ucap Rudi.
Menurutnya, FABA dijadikan sebagai bahan bangunan sangat ramah lingkungan dan tidak berbahaya Selain itu, relatif lebih aman ketika sudah tercampur dengan material bahan bangunan lainnya.
“Sudah diteliti juga tidak ada kandungan berbahaya, pihak lingkungan hidup,” bebernya
FABA digunakan sebagai perekat atau semen dalam komposisi pembuatan batako atau paving blok itu sendiri.
Salah satu calon binaan wirausaha, Safar menuturkan, awalnya yang belum paham untuk pembuatan batako, ketika menjalani pelatihan di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sultra bisa lebih mendalami komposisi material untuk membuat batako dari FABA atau sisa pembakaran batu bara tersebut.
“Rencana mau buat di rumah, apalagi tempat tinggal dekat dengan bahan bakunya,” ujar Safar.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang las tersebut mengaku senang bisa mendapatkan ilmu mengembangkan potensi berwirausaha, apalagi pihak Yayasan Baitul Mal membantu dengan modal usaha berupa uang tunai dan peralatan membuat batako dan pavin blok.
Pamanfaatan FABA juga sangat dirasakan Amri selaku pengasuh Pondok Pesantren Baron, mengaku bahwa penggunaan batako atau paving blok tersebut di lingkungan pondok pesantren sangat bagus dan kuat .
“Kualitasnya bisa dikatakan lebih kuat dibandingkan paving blok yang di luar sana yang cuma terbuat dari semen dan pasir, bahkan tukang yang memotong pun mengatakan kalau ini lebih keras,” jelas Amri.
Ia juga mengungkapkan terimakasih terhadap YBM PLN UPDK Kendari telah menyumbangkan paving blok secara gratis.
Ia pun tak merasa khawatir dengan bahan dasar yang terbuat dari limbah batu bara, karena menganggap hal tersebut sudah tidak tergolong limbah saat di manfaatkan apalagi tidak zat berbahaya.
“Kekhawatiran untuk efeknya tidak ada,” tuturnya. (B)
Laporan: Riswan
Editor: Hasrul Tamrin