Cegah Warga Buton Kembali Disandera

  • Bagikan
Rapat koordinasi membahas perlindungan WNI yang bekerja sebagai awak kapal ikan asing. (Foto: Ist)

SULTRAKINI.COM: BUTON – Tidak sedikit warga Buton memilih ke luar negeri untuk mencari nafkah menghidupi keluarganya. Salah satunya bekerja sebagai awak kapal ikan di Sabah, Malaysia yang sering berulang kali terjadi kasus penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf, bahkan baru-baru ini memakan korban.

Mencegah hal yang sama terjadi, Bupati Buton La Bakry mengikuti Rapat Koordinasi dengan lintas kementerian/lembaga dan pemda yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI, Rabu (7 April 2021).

Rapat koordinasi, kata La Bakry, membahas penanganan dan pencegahan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai awak kapal ikan di Sabah, Malaysia.

“Masalah WNI yang bekerja di luar negeri dan disandera ini sering kita hadapi,” ucapnya pada dirilis Diskominfo dan Persandian Buton, Kamis (8 April 2021).

Menurutnya, Kepulauan Buton dan Sulawesi Selatan memiliki karakter pelaut dan nelayan ulung, itulah yang menjadi alasan bahkan untuk ke luar negeri masyarakat mau.

“Yang jadi pertanyaan kenapa wilayah kita 2/3 laut dan menyimpan kekayaan ikan yang begitu melimpah tetapi warga kita masih mencari nafkah di negeri orang,” ucapnya.

La Bakry berharap, pemerintah pusat, kementerian terkait dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat merencanakan bersama-sama dengan pemerintah daerah baik pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Salah satunya upaya meningkatkan kualitas ekonomi di Kepulauan Buton, misalnya rumut laut.

“Kalau ini kita bisa lakukan dalam satu tahun anggaran selesai, tapi data tentang nelayan kita yang bekerja di Malaysia harus kita pegang dulu setidaknya asalnya sudah kita tahu,” tambahnya.

Dirjen Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI, Andy Rachmianto, mengatakan rapat tersebut bertujuan agar pemerintah dapat berkoordinasi terkait upaya pencegahan dan dalam rangka melindungi WNI yang bekerja sebagai awak kapal ikan asing di Sabah, Malaysia.

“Dua hari lalu kita menyaksikan empat sandera terakhir yang ditawan oleh kelompok Abu Sayyaf di wilayah Filipina Selatan dan kemarin Menlu RI menyerahkan empat WNI kepada keluarganya masing-masing,” ujarnya.

Dengan dipulangkannya empat orang WNI tersebut, menurutnya tidak ada lagi WNI yang tercatat sebagai sandera di Filipina Selatan.

Andy mengungkap, kasus penyanderaan WNI hingga saat ini mencapai 54 kasus khususnya anak buah kapal yang mayoritas di wilayah Filipina Selatan, seperti di perairan Sabah sekitar 40 kasus, empat orang di Somalia, tiga orang di Republik Kongo, dan tiga orang di Gabon.

“Yang semuanya sudah bisa kita selesaikan,” sambungnya. (C)

Laporan: Aisyah Welina
Editor: Sarini Ido

  • Bagikan