Cerita Tradisi Sampea, Ragam Kekhasan dari Wisata Wakatobi

  • Bagikan
Tradisi Sampea dari Desa Liya Bahari Indah, Kabupaten Wakatobi, Sultra. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Festival Sampea Liya diapresiasi Pemerintah Daerah Wakatobi sebagai bentuk melestarikan kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat. Acara yang dirangkaikan dengan ulang tahun Desa Liya Bahari Indah ke-10, umumnya diselenggarakan pada akhir masa panen.

“Kami berterimakasih kepada pemerintah desa dan masyarakat Liya Bahari Indah karena masih mempertahankan budaya,” kata Sekretaris Daerah Wakatobi, Muh. Ilyas Abibu dalam sambutan Bupati, Minggu (27/8/2017).

Tradisi Sampea merupakan saling memberi atau berlomba saling memberi hasil panen terbaik. Petani dengan panen terbanyak dialah pemenangnya. “Siapa yang lebih banyak memberi, maka dialah pemenangnya. Sebaliknya, yang pulang membawa hasil banyak dia lah yang kalah. Karena prinsipnya memberi lebih baik daripada orang menerima,” terang Ketua BPD Desa Liya Bahari Indah, La Ode Muhamad Dahlan.

Sampea telah ada sejak ratusan tahun lamanya juga simbol kemakmuran dan kebangsawanan masyarakat. Ini terlihat ketika acara berlangsung, seorang warga akan diberikan bale atau janur kelapa. Jumlahnya bervariasi, bisa diperoleh satu atau dua bale. “Orang yang mendapat satu bale harus melawan orang yang membawa satu bale juga,” tambah Dahlan.

Budaya Sampae diharapkan bisa terus terjaga kekhasannya. Apalagi Pemda Wakatobi, Sulawesi Tenggara telah menetapkan sektor pariwisata sebagai andalan daerah. Disisi lain Wakatobi menjadi salah satu dari sepuluh Bali baru di Indonesia.

Dalam pergelarannya, ikut dihadiri Staf Kepesidenan RI dan para kepala satuan kerja perangkan daerah (SKPD) lingkup Pemda Wakatobi.

(Baca: Tunjang Predikat 10 Bali Baru, Wakatobi Bangun Pelabuhan Penyeberangan)

(Baca juga: Kemenpar Promosikan 10 Bali Baru di ASEAN C-Suite Investor Conference 2017)

Laporan: Amran Mustar Ode

  • Bagikan