Curhat Pedagang Pasar Baru, Isi Dompet Tidak Sebanding Pinjaman Bank

  • Bagikan
Pasar Sentral Wuawua atau Pasar Baru terlihat dari luar yang begitu megah namun pedagangnya mengeluhkan sunyinya para pembeli. (Foto: Sulham Tepamba/SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Sepinya pembeli di Pasar Wuawua atau lebih dikenal Pasar Baru, membuat sejumlah pedagang ikut melarat. Pasarnya pendapatan mereka menurun drastis dibandingkan sebelum direlokasi dari Pasar Panjang Bonggoeya.

Diceritakan Ana (26), Seorang Pedagang Pakaian yang menempati lantai 2 Pasar baru. Menurutnya selama berjualan, pendapatannya paling banyak Rp 300 ribu dan paling sedikit Rp 100 ribu atau tidak sama sekali dalam sehari. Sedangkan ketika masih di Pasar Panjang Bonggoeya, pendapatannya bisa mencapai Rp 1,5 juta dan terendah Rp 500 ribu. Padahal ia harus membayar satu los pasar yang digunakannya sebesar Rp 19 juta setiap tahun.

“Selama pindah di Pasar Wuawua ini pengahasilan saya tiap harinya sedikit sekali, kadang dapat pengunjung satu atau dua orang paling tinggi pendapatan 300 ribu,” katanya, Jumat (21/04/2017).

Seperti halnya Ince (19), Seorang Pedagang Pakaian yang senasib dengan Ana. Ia kadang mendapatkan pembeli satu orang satu hari dengan pendapatan tertinggi Rp 300 ribu. Apalagi ia menyewa dua los pasar yang artinya Rp 38 juta harus disetorkan setiap tahun. “Biasanya pengunjung satu atau tiga orang saja,” jelasnya.

Diungkapkan Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Pedagang Pasar Baru, Jayadin, para pedagang akan berhenti menjual jika kondisi tersebut tidak kunjung teratasi. Sebab kebanyakan pedagang mengambil pinjaman bank sebagai modal awal berjualan di tempat itu. Belum lagi kebutuhan utama keluarga mereka yang harus dipenuhi sehari-hari.

“Jika masih seperti ini (sepi), maka para pedagang tidak lama keluar dari pasar karena penghasilan yang begitu sedikit. Mana pembayaran los mahal, mana lagi para pedagang kebanyakan mengambil uang di bank untuk modal. Kalau pendapatan terusan seperti ini, kami mau makan apa. Pihak bank tidak mau tahu sunyi atau ramenya pasar kalau sudah tiba pembayaran harus kami bayar,” jelas Jayadin kepada SultraKini.Com.

Ia berharap pemerintah tidak hanya melihat kondisi para pedagang di Pasar Baru. Tetapi dibutuhkan langkah nyata mengatasi permasalahan tersebut.

“Pemerintah harus melakukan tindakan-tindakan bagaimana caranya memancing pembeli datang ke Pasar Wuawua,” harapnya.

(Baca: Pedagang Tidak Tahan Pasar Wuawua Sepi Pembeli)

Pasar Baru diresmikan pada November 2016. Umumnya pedagang diprioritaskan bagi korban kebakaran pasar tersebut pada 2010 lalu. Awalnya mereka direlokasi ke Pasar Panjang Bonggoeya guna menunggu perbaikan usai insiden tersebut. 

Seiring waktu kepindahan mereka di Pasar Baru, pedagang mengeluhkan sunyinya pembeli yang mengurangi pendapatan sehari-hari. Akibatnya banyak dari pedagang memilih pindah kembali ke Pasar Panjang Bonggoeya untuk menyambung hidup. Atau beberapa dari mereka memilih bertahan di Pasar Baru, namun menutup kiosnya.

(Baca juga: Hearing DPRD Kota Kendari, Pedagang Pasar Wuawua Harapkan Solusi)

Laporan: Sulham Tepamba

  • Bagikan