Dari Negeri Napoleon Bonaparte ke Kawasan Cagar Biosfer Ikan Napoleon

  • Bagikan
Saleh Hanan (Aktivis dan Pemerhati Lingkungan Wakatobi).Foto:ist

“Selamat jalan Madam Eny.
Apa boleh buat kami harus mengatakan itu, pada waktu yang hanya tersedia untuk menyampaikan selamat jalan ini; dengan Eny (mohon izin memanggil tanpa menyebut madam, sekali ini saja), dengan harapan yang kami sudah ganti menjadi hayalan membawamu ke sini, Wakatobi.

Sampai jumpa? Oh, kami tidak juga mengatakan hal yang mustahil lagi terjadi bagi kami. Itu sama perahu nelayan, ingin sampaikan pesan pada benua yang terlalu luas untuk mengetahui di mana dermaganya.
Maka hayalan itu mati angin di pulau kecil kami, menari–nari sampai makin lemah seiring waktu…”
(Salinan surat seorang nelayan Wakatobi melepas temannya pulang ke Eropa, bulan Juli 2012)
Surat nelayan itu tak pernah selesai ditulis dan tentu tak terkirim.

Surat di masa media elektronik belum populer di pulau kecil adalah medan laga dimana susunan kata-kata mengamuk, meraung, membara, membakar, sentimentil, mencair, menghanyutkan, atau segala rupa mewakili penulis dan ‘teruntuknya’ di atas lembaran kertas.

Keinginan nelayan membawa Madam Eny ke Wakatobi tak terwujud, akan tetapi isi surat itu sudah menjadi energi yang terlanjur dilepas ke atmosfer dunia. Mengikuti hukumnya, energi tidak pernah hilang, habis, berakhir, selesai, hanya berubah bentuk.

Siapa Madam Eny dalam surat nelayan ini? Dia ahli perikanan dari Eropa. Tak terjelaskan lagi asal negara apa. Pertemuan keduanya berlangsung di Bali dalam forum untuk menyiapkan usulan cagar biosfer Wakatobi. Sebenarnya itu bukan pertemuan khusus mereka berdua saja, tetapi kimia nelayan dan ahli perikanan membuat segalanya seakan hanya milik mereka berdua.

Beberapa hari setelah perpisahan mereka, 12 Juli 2012, Wakatobi dinyatakan UNESCO di Kota Paris sebagai cagar biosfer bumi.

Bulan ini, enam tahun lalu surat nelayan ditulis. Saat berjalan di tanah lapang di depan Notre Dame pada hari kedua saya di Paris, sebuah tanda, garis bawah, stabilo, penting saya berikan untuk histori gereja agung itu. Bahwa struktur rupawan di pulau yang diapit dua aliran sungai Sein, pulau kecil yang sebenarnya itulah pusat Paris, dikerjakan selama 300 tahun dan tak pernah selesai. Tak selesai, itu interes saya.

Surat nelayan Wakatobi kepada Madam Eny juga menjadi mega struktur hati yang tak pernah selesai, energi yang melayang di jagat dan tak pernah usai.

Setelah enam tahun, ini kesempatan meraup kembali energi surat nelayan. Merubah bentuknya. Tanggal 11 Juli 2018 (persis dihari ulang tahun pentasbihan cagar biosfer Wakatobi) Walikota Paris dan perusahaan-perusahaan pejalanan wisata berkumpul untuk melihat Wakatobi, Kendari, Ambon, mempresentasikan magic daerahnya. Di situ, pada majelis yang diorganisir CDA La Rochelle, delegasi Wakatobi akan ‘menjual ikan’ sebagai misi diversifikasi destinasi.

Maka tak perduli dimanapun Madam Eny berada, surat nelayan untuknya akan bertambah satu bait yang memanggil-manggil Anda, dari negeri Napoleon Bonaparte, Paris, datang ke kawasan cagar biosfer habitat ikan napoleon, Wakatobi.

Bonjour.

Oleh: Saleh Hanan (Aktivis)

  • Bagikan