Demi Kuliah Adik, Anak Tukang Kayu dengan IPK 4.0 UHO Tunda Lanjut Magister

  • Bagikan
Ardot saat didampingi ibunya Wa Ode Nia. (Foto: Muh Yusuf /SULTRAKINI.COM)
Ardot saat didampingi ibunya Wa Ode Nia. (Foto: Muh Yusuf /SULTRAKINI.COM)

SULTRAKINI.COM: KENDARI – Ardot, lulusan S1 dengan IPK 4.0 di Universitas Halu Oleo (UHO), terpaksa harus menunda mimpinya untuk melanjutkan studi magister. Alasannya, karena keterbatasan ekonomi orang tua maka ia merasa wajib untuk memberi kesempatan kepada adiknya untuk mengeyam pendidikan di bangku kuliah.

Lulusan terbaik yang lahir dari Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) itu, mengaku memiliki keinginan besar untuk melanjutkan pendidikan S2. Namun, di tahun ia menyelesaikan studi sarjana bertepatan dengan masuknya sang adik tercinta untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

“Insyaallah ada rencana lanjut studi jika ada jalur beasiswa, karena saya memiliki keterbatasan ekonomi. Apalagi tahun ini adik saya juga mulai masuk kuliah. Jadi saya mempertimbangkan untuk studi lanjut, mungkin dua tahun kedepan saya akan berjuang menempuh pendidikan magister,” ungkap, pria yang lahir di Desa Bangun Sari, Kabupaten Muna itu, Senin (29/7/2019).

Anak dari pasangan Slamet dan Wa Ode Nia itu, menuturkan prestasi yang ia raih tersebut didedikasikan untuk kedua orang tuanya. Meski ayahnya hanya bekerja sebagai tukang kayu, namun memiliki semangat yang tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya.

“Perlu diketahui orang tua saya tidak pernah tersentuh pendidikan, terutama ayahku bahkan tidak lulus SD. Namun hal ini yang menjadi motivasi beliau untuk memberi pendidikan yang tinggi bagi anak-anaknya,” bebernya, dengan bangga.

Semangat ayahnya yang gigih, menjadi motivasi baginya untuk belajar dengan baik dan bisa menjadi kebanggaan mereka. Nasehat, doa dan tetesan keringat kedua orang tua menjadi inspirasi baginya untuk mempersembahkan yang terbaik.

“Saya meyakini ridha dari orang tua, juga merupakan ridha tuhan. Semua prestasi ini juga merupakan hasil perjuangan kedua orang tuaku,” katanya.

Ardot berpesan bagi teman-temannya yang sementara berjuang menyelesaikan studi, bahwa setiap orang memiliki prestasi dalam bidangnya masing-masing. IPK 4.0 bukan menjadi tolak ukur untuk mendapat peluang kerja yang lebih baik dan cepat dibanding lulusan lainnya.

“Justru predikat sebagai lulusan terbaik untuk menjadi tantangan memperoleh lapangan kerja yang makin kompetitif,” ujarnya.

Tak hanya berprestasi secara akdemik, selama menempuh perkuliahan ternyata Ardot juga ternyata terlibat aktif dalam orginasasi kampus. Namun dengan dengan manjemen waktu yang bagus, ia mampu menyeimbangkan prestasi akademik dengan keaktifan dalam organisasi.

“Saya kira ini hanya masalah cara mengatur waktu dengan dengan baik. Untuk dunia perkuliahan saya prioritaskan, kalau memang lagi lowong saya aktif dalam dunia organisasi,” katanya.

Pria yang berasal dari desa terpencil di Kabupaten Muna itupun tak segan untuk tak segan untuk membagi tips dan strategi belajar yang gunakan. Meski ia menyadari setiap orang memiliki metode pembelajaran masing-masing untuk menorehkan prestasi secara akademik dan aktif berorganisasi.

“Untuk strategi belajar, saya banyak belajar sendiri secara online, untuk mencari materi yang berhubungan dengan perkuliahan,” tutupnya

Laporan: Muh Yusuf
Editor: Habiruddin Daeng

  • Bagikan