Demokrat, Facebook, dan Pasali

  • Bagikan

Catatan: M Djufri Rachim

Partai Demokrat Sulawesi Tenggara telah mempertontonkan kemampuan sebahagian besar bakal calon gubernur Sultra yang akan maju bersaing pada pilkada serentak 27 Juni 2018. Selama ini masyarakat mengenal para balon itu sekadar lewat tebaran banner, billboard, atau baliho di pinggir-pinggir jalan, tak kenal aslinya. 

Tampilan baliho adalah foto. Kemajuan teknologi dapat manipulatif gambar, kulit hitam jadi putih dan rambut putih jadi hitam, postur gemuk atau pun kurus jadi ideal. Menempatkan yang seharusnya menjadi tidak seharusnya, tidak seharusnya menjadi seharusnya. Pendeknya, melalui teknologi digital orang dapat dengan mudah menipu diri sendiri. 

Tampilan baliho adalah kata. Dirangkai sedemikian membujuk bak angin surga. Lantaran semangatnya sampai-sampai si pembujuk pun bingung dengan diksinya.

Partai Demokrat Sultra telah membuka “asli”nya para balon gubernur melalui konvensi bertajuk pendalaman visi dan misi di Kota Baubau, akhir pekan lalu. Sabtu (5 Agustus 2017). Ada balon yang tidak nyambung dengan pertanyaan dari panelis. Ada balon yang sekadar menjawab. Ada pula tentu balon yang tampil maksimal dengan menguasai materi atas pertanyaan yang padahal diolah dari materi visi dan misi balon itu sendiri.

Partai Demokrat Sultra adalah pelopor dialog terbuka sebelum menentukan pasangan calon usungannya pada pilkada. Bersama akademisi, tujuh profesor dan satu doktor, membuat rumusan-rumusan menuju penetapan. Tentu disertai harapan agar ini jangan sekadar “basa-basi” dalam melegalisasi calonnya.

Jika harapan itu benar, Partai Demokrat Sultra akan mendapat posisi positif di hati masyarakat. Sebuah nilai luhur dalam memori publik yang akan menjadi patokan menuju tempat pemungutan suara pada pemilu apa pun, nanti.

Sedangkan bagi balon gubernur melalui pendalaman visi dan misi juga bisa sebagai ajang uji sejauh mana dapat diaplikasikan terhadap kehidupan masyarakat Sultra, kelak. Tentu sekaligus sebagai wahana promosi diri, karena selain di hadiri ratusan atau ribuan orang juga disiarkan melalui page AJP-Media di situs  facebook.com.

Live report di laman facebook juga sebagai penegasan bahwa saluran komunikasi politik partai demokrat telah mengikuti tren digital yang telah menggempur semua sisi kehidupan manusia, tak terkecuali politik. Era digital “memaksa” semua sisi kehidupan melakukan adaptasi. 

Dulu, misalnya, untuk mengetahui bahwa di Baubau ada acara pendalaman visi misi balon gubernur yang dipandu penyiar TV, Poppy Zeidra, membutuhkan waktu paling cepat dua hari baru terbaca di koran. Karena korannya nanti Senin pagi baru terbit. 

Namun di era komunikasi berbasis digital, informasi saat ini langsung diketahui saat ini juga. Bagaimana Poppy berambut pirang mengenakan terusan biru tua dibalut ikat pinggang mengkilat-kilat dapat menghangatkan suasana, yang bisa membuyarkan fokus penonton.

Pemanfaatan media digital, media online, selain cepat, murah juga efisien dan efektif. Jika belum sempat menonton saat live report, kapan pun bisa ditonton kembali, sesuai kehendak.  Atas alasan inilah maka kemudian tren pembaca media ciber dalam lima tahun terakhir (2011-2016) mengalami peningkatan 500 persen dibandingkan media cetak yang turun 30 persen. (sumber: Dewan Pers)

Data dewan pers itu bersinergi dengan data pengguna media siber di Sultra. Usia pengguna media siber berdasarkan hasil survei lembaga Komunika beberapa tahun lalu menunjukkan usia mereka adalah usia produktif, yakni usia 24-30 tahun (34,5 persen), 31-40 tahun (29,5 persen), usia 18-23 tahun (26 persen), serta usia 41-50 tahun (6,8 persen). 

Maknanya bahwa, kemungkinan besar masyarakat Sultra yang menonton tayangan pendalaman visi misi  bakal calon gubernur Sultra dari Partai Demokrat tersebut sebanyak 96,8 persen berusia antara 18 – 50 tahun. Usia pemilih potensial.

Usia yang mampu menjalankan analisis dan logikanya setiap mendengar perang citra balon gubernur Sultra. Mereka mampu menakar siapa yang sekadar pencitraan dan siapa yang sungguh-sungguh dapat memegang lengan rakyat untuk mendengarkan detak jantung yang haus kesejahteraan.  

Dengan demikian maka tujuan konvensi sebagaimana diutarakan Ketua Partai Demokrat Sultra, Muhammad Endang SA, bahwa partainya tidak sekedar mencari pejabat melainkan mencari pemimpin melalui pertandingan program atau gagasan bisa nyambung dengan konstituen facebook di Sultra yang selama ini senantiasa menonton pertandingan “pasali” bahasa lain (Buton) dari amplop. Insya Allah. ([email protected])

  • Bagikan