Di Masa Hugua Ekonomi Wakatobi Tumbuh 11 Persen, Kini Pedagang dan Petani Mengeluh

  • Bagikan
Hugua bersama warga di salah satu pasar di Sultra. (Foto: ist)

SULTRAKINI.COM: WAKATOBI – Kemampuan pemimpin suatu daerah sangat menentukan kemajuan daerah yang dipimpinnya, terutama kesejahteraan masyarakatnya. Program pemerintah daerah yang berorientasi pada dampak menyeluruh di semua sendi-sendi perekonomian masyarakat, sangat dibutuhkan untuk mencapai kesejahteraan tersebut. Inilah yang menginspirasi Hugua saat memimpin Kabupaten Wakatobi selama dua periode pada 2006-2011 dan 2011-2016.

Visinya menjadikan Wakatobi sebagai destinasi pariwisata dunia, tak semata-mata tentang membangun brand melancong, lebih jauh lagi ia ingin mewujudkan multi efek ekonomi bagi masyarakat Wangiwangi, Tomia dan Binongko.

Mimpi Hugua terbukti, selama memimpin, pertumbuhan ekonomi mencapai 11 persen. Semua tingakatan masyarakat merasakan manfaatnya. Mulai dari petani, nelayan, pedagang, pengusaha kecil hingga besar, merasakan dampak pariwisata yang maju.

“Dampak ekonomi bagi masyarakat Wakatobi sangat besar, tumbuh bergairah. Adanya wisatawan itu mendatangkan uang bagi warga setempat, petani dapat menjual produknya, nelayan sampai jasa, semua hidup,” ujar Hugua yang ditemui di kediamannya, Rabu (23/5/2018).

Kini, setelah Hugua tak lagi menjabat, daya beli masyarakat menurun. Terjadi kelesuan ekonomi yang luar biasa dua tahun belakangan ini. Para pedagang, petani, nelayan mengeluh, pendapatan menurun drastis. Sebab oleh bupati saat ini, visi Hugua yang berorientasi global tak dijalankan. Akibatnya, Wakatobi terancam kembali di masa terbelakang.

Seperti diungkapkan pedagang beras di Pasar Sentral Wakatobi, Wa Bau yang diwawancarai, Rabu (23/5/2018) di tempatnya berjualan. Akibat turunnya pendapatan, tabungannya pun habis terkuras untuk kebutuhan sehari-hari.

“Dua tahun lalu, penghasilan kami per bulan bisa mencapai Rp60 juta. Sekarang hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, satu hari palingan kita laku 10 liter,” keluh Wa Bau.

Pedagang beras di Pasar Sentral Wakatobi. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

Hal yang sama diungkapkan pedagang beras di Pasar Pagi Wanci, Wa Ode Mulida. Untungnya, kata dia, anak-anaknya kini semua sudah lulus sekolah. “Kalau anak saya baru mau kuliah dengan kondisi sekarang ini, saya tidak mampu mungkin,” ucapnya.

Begitu pula yang dialami Janu, pedagang bumbu dapur. Kata dia, saat ini keuntungan hasil jualannya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, karena pasar pagi sudah tidak lagi ramai seperti dulu.

“Dulu di sini paling rame, tapi sekarang sudah sepi. Kebanyakan pedagang di sini sudah pindah ke Pasar Sentral Wakatobi dan pasar malam, jadi pembeli banyak lari ke sana juga,” tutur Janu.

Tak jauh berbeda dengan rumput laut, yang menjadi salah satu sektor penopang ekonomi masyarat Wakatobi khususnya di Pulau Wangiwangi. Sejak 2013 silam, memang produksi Rumput Laut menurun.

Tempat penjemuran rumput laut warga Wangiwangi yang kini sudah tidak terpakai lagi karena menurunnya produksi. (Foto: Amran Mustar Ode/SULTRAKINI.COM)

“Dari tahun 2013 lalu agar-agar (rumput laut) di sini mulai rusak. Dulu yang buat rame pasar itu kebanyakan petani rumput laut, apalagi bulan puasa begini pasti rame itu pasar. Kalau sekarang agar-agar rusak ini, kita mau apa,” keluh salah seorang petani rumput laut, Desa Liya Bahari Indah Kecamatan Wangiwangi Selatan, Kari.

Kini Hugua mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara periode 2018-2023 dengan nomor urut 2. Visinya tidak banyak berubah, peningkatan ekonomi dengan menggerakkan sektor pariwisata yang potensinya sangat besar dimiliki Sulawesi Tenggara, dia yakini masih tetap akan berdampak multi dimensi.

Laporan: Amran Mustar Ode

  • Bagikan